AMBEG ANGKARA MURKA BUDI CANDALA
Artine angkara murka terdapat beberapa arti dari angkara murka, diantaranya adalah :
1. Angkara murka itu artinya kebengisan atau ketamakan. Seseorang yang memiliki angkara murka dalam hatinya selalu memiliki kehendak serba sangat. Misalnya sangat ingin disegani, sangat ingin senang, sangat ingin menang sendiri. Nafsu angkara murka membuat manusia merasa kurang dan dirundung kesusahan. Obat dari nafsu tersebut adalah nrimo ing pandum.
2. Angkara murka adalah diilustrasikan dalam sebuah film indonesia tahun 1972 yang disutradarai oleh Misbach Jsa Biran dan dibintangi oleh Rachmat Kartolo dan W.D. Mochtar
SIKAP AMBEG ANGKARA MURKA BUDI CANDALA.
Sikap ambeg angkara murka budi candala adalah gambaran orang yang jahat sejahat-jahatnya manusia. Ia berwatak angkara murka. Dengan segala sikapnya yang kasar dan keras, ia menjadi sumber kekacauan dan keributan dalam kehidupan bersama. Bahkan, dengan muda, orang yang ambeg angkara murka budi candala terpancing untuk melakukan penumpahan darah terhadap orang yang berbeda dari dirinya.
Contoh referensi sikap ambeg angkara murka budi candala :
1. Dalam dunia pewayangan, sikap ambeg angkara murka sering digambarkan dalam diri para Kurawa atau juga dalam diri Rahwana. Baik para Kurawa dari versi Mahabarata maupun Rahwana dalam versi Ramayana adalah sosok pribadi yang ambeg angkara murka budi candala. Mereka mudah sekali menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan dan kepentingan mereka pribadi. Bahkan, kerap kali mereka bersikap kasar terhadap kaum lemah.
2. Sebenarnya, kearifan lokal falsafah Jawa ini bisa menjadi semacam kaca benggala untuk melihat diri sendiri dan sesama. Dengan kearifan ini, kita diajak untuk bertanya diri, apakah aku masih dikuasai oleh watak ambeg angkara murka budi candala? Atau, kita bisa melihat orang-orang lain, apakah mereka itu masuk dalam kelompok yang berwatak ambeg angkara murka budi candala? Ataukah yang sebaliknya, yang baik dan positif, yakni watak ambeg paramarta atau ambeg parama arta, yakni orang yang baik, sabar, murah hati dan derwaman?
3. Dalam konstelasi sosial-politik-kemasyarakatan, kacan benggala ini juga bisa dipakai untuk kriteria mengambil keputusan dalam hal memberikan pilihan atau dukungan pada calon pemimpin tertentu. Janganlah memilih mereka yang masih menampilkan watak ambeg angkara murka, sebab mereka tak akan membawa bangsa ini maju dan sejahtera, melainkan justru akan menyengsarakan rakyat demi kepentingan dan kekuasaan mereka sendiri.
Demikianlah, refleksi tentang sikap ambeg angkara murka budi candala ternyata tak bisa dipisahkan dari lawannya yakni ambeg paramarta. Yang kedua selalu menjadi pilihan yang terbaik daripada yang pertama dalam konteks refleksi ini. Yang kedua adalah ambeg paramarta, yang pertama adalah ambeg angkara murka budi candala.
4. Bersikap ambeg angkara murka budi candala, saya mengusulkan, lebih baik bersikap lemah lembut atau bahkan diam. Diam dalam arti tidak melawan angkara murka dengan kekerasan, tetapi tetap melawan dengan suara dan karya demi kebaikan. Lawan dengan karya nyata yang baik, meskipun dipandang sebelah mata, bahkan dipersalahkan.