TINGGAL GLANGGANG COLONG PLAYU
Artinya yaiku Ninggalake papan pasulayan.
Tinggal Glanggang colong playu adalah pepatah Jawa yang artinya lari dari tanggungjawab, atau dengan kata lain seseorang yang mengingkari janji atau lari dari tanggung jawab yang telah diserahkannya disebut juga pengecut.
OJO TINGGAL GLANGGANG COLONG PLAYU
ARTI harfiah pitutur di atas adalah, jangan kita meninggalkan gelanggang (posisi) dan lari meninggalkan tanggung jawab. Semua kita adalah pemegang posisi, pemimpin, apapun posisi kita, apapun kepemimpinan kita. Posisi itu bisa berupa kepala rumah tangga, ketua RT, guru, anggota dewan, menteri, presiden, atau apapun. Setiap orang mengatakan bahwa kepemimpinan atau istilah lain jabatan adalah amanah.
Yang ada pada sebagian orang adalah bahwa konsekuensi logis dari jabatan adalah fasilitas.
Pada jabatan tertentu ada tunjangan jabatan, pada jabatan lain ada mobil dinas dan pada jabatan yang lain lagi ada rumah dinas dan seterusnya.
Jarang orang memikirkan bahwa dalam jabatan ada amanah.
Tanpa bermaksud menggunjingkan orang lain, namun apa yang terjadi disekitar saya dapat dijadikan sebuah pelajaran bagaimana kepercayaan menjadi salah satu kunci untuk dapat menjalani kehidupan dengan mudah dan menjadikan seseorang lebih terhormat serta disegani orang lain.
Tinggal glanggang colong playu.
Dalam sebuah pekerjaan yang ditangani oleh konsultan, dalam pelaksanaan ditingkat bawah dibentuk sebuah tim yang terdiri dari lima orang setiap timnya, lengkapnya adalah satu senior dan empat anggota tim.
Lima orang mempunyai tanggungjawab untuk mengawal atau mendampingi program bantuan kepada masyarakat. Secara alur kerja tentu sudah jelas tanggung jawab masing-masing personil. Kebetulan secara ikatan kerja hanya diikat oleh kontrak dengan durasi tertentu, kebetulan waktu itu kurang lebih hanya satu tahun, sehingga waktu kerja sudah dibatasi dan jelas tanggungjawab yang harus diselesaikan hingga kontrak kerja selesai.
Seorang senior logikanya tanggungjawab yang dipikul lebih besar bila dibandingkan dengan anggota tim lainnya, bukan sertamerta menjadi seorang mandor yang hanya menikmati hasil akhir dari jerih payah anggota timnya. Karena yang namanya tim adalah satu kesatuan yang saling berhubungan. Seperti mata rantai, bila satu terputus maka akan menjadi sebuah permasalahan.
Dalam perjalanan memang sudah terbaca, tanggungjawab senior yang dirasa kurang menjadi bahan perbincangan anggota tim. Keluhan dari anggota tim terkait kinerja senior yang sering abai dan seolah menyerahkan segala sesuatunya pada anggota tim membuat hubungan kurang harmonis, meski tak ada anggota tim yang berani menegur secara langsung.
Menjelang kontrak kerja selesai, tentu target administrasi sangat banyak. Tak pelak membuat seluruh anggota tim bekerja keras untuk menunaikan tugas dan tanggungjawab masing-maing sesuai dengan tupoksi mereka. Tapi nyatanya semua tak berjalan mulus karean senior yang diharapkan mampu menjadi leader nyatanya tak seperti yang diharapkan. Dia sibuk dengan urusan pribadinya, tak maksimal kinerjanya sehingga anggota tim lain hanya bisa mengeluh dan berusaha menyelaikan target kerja tim.
Dengan segala keterbatasan dan kerja keras anggota tim, akhirnya selesai juga tanggungjawab penyelesaian administrasi. Kontrak kerja selesai, namun masih ada tanggungjawab administrasi yang tercecer. Senior yang harusnya menjadi pemimpin nyatanya tak menghiraukan tagihan kekuarangan administrasi tersebut, saat di SMS jawabannya sungguh diluar dugaan: Lha mbok kon piye? aku masih repot, lagian bukannya kalau sudah gajian semua sudah selesai, kita kalau disuruh menyelasaikan administrasi mereka mau gaji berapa?. Akhirnya anggota tim yang menyelsaikan seluruh data dan administrasi yang diminta.
Pentingnya Sebuah Kepercayaan
Dalam hal apapun, kepercayaan adalah modal yang sangat berharga, tak terkecuali dalam dunia kerja.
Kita ingat sebuah petuah bijak dalam Bahasa Jawa: ‘kelangan bondo dudu opo-opo, kelangan nyowo tegese kelangan separo, kelangan kapercayan tegese kelangan sak kabehe', yang artinya kurang lebih demikian: kehilangan harta bukan apa-apa, kehilangan nyawa berarti kehilangan sebagian, kehilangan kepercayaan berarti kehilangan segalanya.
Bila diterjemahkan lebih luas, kehilangan harta bukan apa-apa, karena harta masih bisa untuk dicari. Selama orang masih bernyawa, mau berusaha, dan masih dipercaya oleh orang lain, kemungkinan besar kesempatan untuk mencari harta masih terbuka lebar. Ikhtiar dan berusaha bisa menjadi kunci dalam mencari harta.
Kehilangan nyawa bukan berarti kehilangan segalanya, karena selama orang meninggal dengan meninggalkan hal-hal baik selama hidupnya, kemungkinan orang tak serta merta melupakan kebaikannya, masih ada hal-hal yang bermanfaat yang ditinggalkannya.
Tapi, kalau orang sudah kehilangan kepercayaan, bisa jadi dia seperti kehilangan segalanya. Orang yang tidak dipercaya lagi oleh orang lain kemana-mana hanya jadi "sampah". Misalnya dia berkata apapun, berbuat apapun, orang sudah tidak percaya kepadanya, walaupun apa yang dia ucapkan, apa yang dia lakukan itu mungkin saja tidak salah. Apa yang bisa diharapkan lagi?, menanamkan kembali rasa percaya orang lain kepadanya sangat sulit karena yang tertanam dalam pemikiran orang adalah ketidakpercayaan.
Realita Dalam Kehidupan
Apa yang saya sampikan diatas adalah sebuah contoh kecil, masih banyak hal-hal yang lebih besar yang terjadi dalam kehidupan nyata. Cerita lain, ada seorang istri yang "kehilangan" suaminya karena sang suami tak juga kembali bertahun-tahun, tanpa kabar. Setelah sekian tahun tak kembali dan tak ada kabar berita akhirnya sang istri menikah lagi.
Ada laki-laki yang tidak bertanggungjawab meninggalkan pacarnya, karena sang pacar sudah mengandung dari hasil hubungan mereka. Banyak suami yang meninggalkan istri dan anak-anaknya tanpa kabar. Ada pimpinan yang ingkar dan mengabaikan hak-hak anak buahnya. Banyak ibu yang tidak bertanggungjawab dan meninggalkan atau bahkan membuang bayi mereka dipinggir jalan. Dan masih banyak lagi realita yang terjadi dalam kehidupan ini tentang orang yang lari dari tanggungjawabnya.
Mungkin kita bisa menyimpulkan, dalam segala aspek kehidupan, menemukan orang yang lari dari tanggungjawab adalah hal yang memungkinkan. Lihat saja berita yang ada atau apa yang ada disekitar kita, dengan berbagai macam alasan orang menghindar dari tanggungjawab, menjadi seorang pengecut, tinggal glanggang colong playu.