Paribasan, bebasan, sanepan lan saloka semuanya hampir sama maknanya yang dimaksud yaitu untuk mengungkapkan sesuatu dengan beberapa kata sebagai bahan tebakan.
Maksud artiannya adalah perilaku Orang tua biasanya di dilakukan / ditiru oleh anak-anaknya, maka hal ini harus menjadikan ke hati-hatian kita para orang tua, agar selalu memberi warisan peri
laku kepada anak-anak kita yang berguna bagi kehidupan kedepannya.
Makna lain bebasan kacang ora ninggal lanjaran adalah kabiyasakane anak niru wong tuwane.
KACANG ORA NINGGAL LANJARAN / ORA ANA BANYU MILI MENDUWUR
1. Lanjaran merupakan bambu atau benda apa saja yang digunakan untuk panjatan tanaman, dalam hal ini kacang.
2. Banyu adalah air.
3. Mili maksudnys mengalir.
4. Menduwur maksudnya kearah atas.
Ungkapan lain yang serupa, masih dalam bahasa Jawa adalah : Ora ana banyu mili menduwur, tidak ada air mengalir ke atas.
Maksudnya sama saja, perilaku anak mengikuti orang tuanya.
Manusia dewasa yang tampak santun belum tentu aslinya sopan, karena orang dewasa sudah pandai mengenakan berbagai topeng untuk mengkamuflase sifat aslinya. Guna mengetahui sifat asli seseorang, saya gunakan rumus kacang ora ninggal lanjaran dan ora ana banyu mili menduwur secara terbalik. Jelasnya, untuk mengenal sifat asli bapaknya, lihatlah perilaku anaknya.
Karena anak belum pandai mengenakan topeng. Anak masih jujur dan tembus pandang seperti air yang jernih.
Kalau melihat anak membentak-bentak adiknya, kira-kira bapaknya juga suka membentak.Itu baru perilaku suka membentak perilaku lain masih banyak.
Kacang ora ninggal lanjaran, dengan kata lain, kebiasaan anak akan meniru orang tuanya.
Inilah contoh sederhana. Bapaknya tukang bentak, si anak juga ikut-ikut suka membentak.
Dalam psikologi, identifikasi yang pengertiannya anak akan mengidentifikasikan diri dengan hero / kepahlawan yang dia kagumi. Bisa tokoh fiktif bisa tokoh betulan di masyarakat. Misalnya anak main-main jadi polisi, karena menganggap polisi itu gagah. Tapi saya pikir ini bukan proses identifikasi. Bahkan mungkin si anak benci pada bapaknya yang suka maki-maki. Si anak tadi tidak memukul adiknya, mungkin karena sang bapak sudah cukup puas dengan mencaci-maki dan bukan tukang pukul.
Ada pitutur yang mengatakan hukum alam wis netepake, sapa kang nandur bakal ngundhuh. Dene apa kang diundhuh iya manut wijine kang ditandur.
Yen sing ditandur winih alang-alang, ya aja ngarep-arep bisa panen pari, iku genah nyalahi kodrat.
Mula mumpung isih esuk, nandura wiji cipta lan panggawe kang becik-becik.
Awit elingana, yen akeh sethithik anak putu kita uga bakal katut melu ngrasakake pahit getire wong kang bibite ditandur dening wong tuwane
(Hukum alam sudah menetapkan, siapa yang menanam akan memetik hasilnya. Apa yang akan dipetik tentusaja sesuai dengan apa yang ditanam.
Kalau yang ditanam biji alang-alang ya tidak mungkin memanen padi, karena jelas menyalahi kodrat Nya.
Mumpung masih ada waktu kesempatan dan kesehatan, tanamlah benih pikiran dan perbuatan baik.
Ingatlah sedikit banyak anak cucu kita juga akan ikut merasakan pahit getirnya orang yang benihnya ditanam oleh orang tuanya maka, bapak tadi tidak menanam benih-benih pikiran dan perbuatan baik.