Cakrabyuha
(Padmabyuha)
cakrabyuha (Aksara Jawa : ꦕcaꦏꦿkraꦧꦾꦸbyuꦲ). tegese araning gelaring baris.
Formasi Cakrabyuha atau Padmabyuha adalah salah satu bentuk formasi militer dalam peperangan dalam kisah wayang kulit terdapat dalam kitab Mahabharata. Sesuai namanya, formasi strategi perang Cakrabyuha atau Padmabyuha tersusun dari ribuan prajurit dalam bentuk lingkaran besar berlapis-lapis. Formasi strategi perang tersebut sangat kuat, rumit dan sulit ditembus oleh pihak lawan.
Cakrabyuha (Dewanagari: चक्रव्यूह; IAST: Cakravyuha) atau Padmabyuha (Dewanagari: पद्मव्यूह; IAST: Padmavyuha) adalah salah satu bentuk formasi militer dalam peperangan India Kuno yang disebutkan dalam kitab Mahabharata. Sesuai dengan namanya (Cakra bermakna "roda" atau "lingkaran"), formasi ini tersusun dari ribuan prajurit yang membentuk lingkaran besar berlapis-lapis. Susunan tersebut sangat rumit dan sangat sukar untuk ditembus.
Deskripsi Dari Mahabharata.
Formasi Cakrabyuha ditemukan dalam kitab Mahabharata buku ketujuh, Dronaparwa. Formasi ini disusun oleh Drona yang saat itu menjabat sebagai panglima pasukan Korawa dalam perang besar di Kurukshetra melawan para Pandawa. Di pihak Pandawa, yang mampu menembus Cakrabyuha hanya Abimanyu saja. Oleh karena itu, pihak Korawa mengirim Susarma, raja Trigarta untuk memancing Arjuna agar menjauhi medan pertempuran. Siasat tersebut berhasil dijalankan. Abimanyu, putra Arjuna mampu mendobrak formasi tersebut. Ia berhasil membuat kerusakan di beberapa bagian Cakrabyuha. Akan tetapi kemampuan Abimanyu dalam menembus Cakrabyuha belum sempurna. Ia tahu cara mendobrak, tetapi tidak tahu cara keluar dari formasi tersebut. Akhirnya ia gugur setelah dikeroyok para kesatria Korawa tepat di pusat formasi tersebut.
Epos Mahabharata.
Dalam epos Mahabharata, kisah cerita Ksatria Abimanyu putera dari Arjuna gugur di Kurusetra, medan perang Bharatayudha.
Pada pertempuran hari ketiga belas, Abimanyu berhasil masuk ke tengah barisan Kurawa untuk mematahkan formasi tempur melingkar yang dikenal sebagai Cakrabyuha tetapi ia tidak tahu bagaimana cara keluar dari dalamnya. Sebab ketika masih berada di dalam kandungan ibunya, Abimanyu mendengarkan cara untuk memasuki formasi ini dari Ayahnya, namun saat Arjuna mengungkapkan teknik keluar dari formasi, ibunya yaitu Subadra tertidur sehingga Abimanyu ikut terlelap.
Kemampuan Abimanyu dalam menembus Cakrabyuha belum sempurna. Ia tahu cara mendobrak, tetapi tidak tahu cara keluar dari formasi. Maka sangat penting bagi kita untuk medengarkan informasi secara utuh.
Bambang Sumitra Ksatria yang Bisa Menembus Cakrabyuha.
Kisahnya sebagai berikut :
Sekian jam sebelum Abimanyu gugur di medan laga Baratayudha...
Keesokan pagi, genderang perang kembali berkumandang.
Di medan perang, Wersaya dan Gardapati sudah berdiri menantang, menunggu Bima dan Arjuna.
Seperti yang sudah direncanakan, keduanya terpancing dan meninggalkan Tegal Kurusetra, mengejar musuh mereka.
Duryudana yang melihat Puntadewa masih berada di medan perang langsung mendekati Durna.
"Bapa Resi, kenapa kita tidak langsung menghabisi Puntadewa? Jika dia mati, perang ini selesai!"
Durna mengangguk. "Baik, Anak Prabu. Aku akan menjebak Puntadewa dalam formasi Cakrabyuha dan menghabisinya di sana!"
Aswatama, putra Durna, segera meniup terompet perang. Itu adalah tanda dimulainya formasi Cakrabyuha.
Barisan Kurawa bergerak membentuk lingkaran berlapis-lapis, mengurung Puntadewa di tengah.
Prajurit Pandawa yang tersisa berusaha melindunginya, tapi mereka mulai kewalahan.
Di pesanggrahan Pandawa, Prabu Kresna yang melihat situasi ini langsung bergegas mencari Abimanyu.
"Abimanyu! Dimana kau?!" seru Kresna.
Abimanyu berlari keluar dari dalam pesanggrahan. "Ada apa, Uwak Prabu?"
Kresna menjelaskan bahwa Puntadewa telah terjebak dalam Cakrabyuha.
"Hanya kau satu-satunya yang bisa menembus barisan itu!"
Abimanyu mengangguk mantap. Ia memang tahu bagaimana cara menembus Cakrabyuha.
Tapi ada satu masalah. Ia tidak tahu cara keluar dari sana.
Namun, demi menyelamatkan Puntadewa, ia menyembunyikan keraguannya.
"Aku akan berangkat, Uwak Prabu!" kata Abimanyu tegas.
Di depan kereta Abimanyu, tiba-tiba muncul Bambang Sumitra.
"Kakak, perkenankan aku ikut bersamamu!"
Abimanyu menatap adiknya dengan ragu. "Sumitra, ini perang. Kau masih terlalu muda untuk ini."
"Aku juga putra Arjuna! Aku juga ingin menunjukkan baktiku pada Pandawa!"
Abimanyu akhirnya tersenyum dan meraih tangan adiknya. "Baiklah. Kau akan membawa kudaku, Ciptawilaha. Kita akan bertempur bersama!"
Abimanyu, Bubarkalah Cajrabyuha.
Ksatria muda itu bernama Abimayu. Jujur, tegas dan pemberani. Putra seorang ksatria Pandawa yang akan rela berkorban bagi kemenangan Dharma.
Maka terangkatlah ia dalam perang Bharatayudha sebagai Panglima termuda. Sebab musuh telah berencana memainkan formasi mematikan bernama Cakrabyuha.
Siapa pun berani masuk dalam perangkap Cakrabyuha, ia tidak akan mudah keluar. Formasi itu penuh tipu daya, memerangkap para ksatria yang tidak tahu jalan keluar.
Hanya Arjuna, yang telah diajari oleh Khrisna yang mengetahui cara keluar dari perangkap Cakrabyuha.
Maka hati-hatilah Panglima muda nusantara. Perangkap Cakrabyuha telah dimainkan. Telah banyak ksatria-ksatria negeri yang tidak waspada dalam bimbingan nurani, telah terperangkap dalam jebakan Korawa itu.
Dulu Abimayu tidak bisa keluar hingga harus gugur karena dikeroyok musuh-musuhnya. Kali ini, sebagai Panglima Muda nusantara, kau tidak boleh lengah. Para Pandawa negeri percaya padamu. Di bahumu telah diletakkan beban menembus perangkap mematikan itu.
Kau adalah ksatria termuda di antara para Panglima yang pernah ada. Tapi semangat ksatriamu dipercaya negeri akan berhasil memporakporanda formasi jebakan dalam bentuk apa pun.
Inilah saatnya, Abimayu nusantara. Tunjukkan bahwa kau adalah ksatria yang lahir dari Arjuna (pikiran cerdas) yang dibimbing Krhisna (hati nurani). Negeri ini terletak dalam kecerdasan dan keberanianmu.
Suluk pedalangan Sendon Tlutur.
Surem surem diwangkara kingkin,
Lir manguaswa kang layon,
Denya ilang memanise,
Wadananira landhu,
Kumel kucem rahnya maratani,
Marang saliranipun,
Neles dening ludira kawangwang,
Gegana bang sumirat.
Surem peteng sorote sang surya amarga nandhang prihatin,
Kaya-kaya arep ngaras layon kuwi,
Kahanane layon wis sirna kencanane,
Pasuryane layu,
Kumel pucet,
Getihe sumebar warata marang saawake kabeh,
Katingal teles kebes dening getih,
Mega akasa sumawur awarna abang.
Kagem nyuluki raos sungkawa, welas, sedhih, prihatin.
Menawi wonten ing pathet sanga kawiwitan laras satunggal.
Menawi ing pathet enem utawi manyura kawiwitan laras kalih.
Imajier Nuswantoro
ꦆꦩꦗꦶꦪꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦺꦴ