Ratu Shima Kerajaan Kalingga 611 M & Nabi Muhammad SAW 570-632 M
Banyak orang tidak mengetahui kehidupan di dunia lain semasa Nabi Muhammad hidup dari tahun 570-632 Masehi. Termasuk kehidupan di Tanah Air Nusantara yang kini menjadi negara Indonesia. Ternyata, sejarah mencatat ada orang Indonesia yang hidup di era Nabi Muhammad.
Orang itu adalah Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga. Sejarah mencatat dia lahir pada tahun 611 M di Sumatea Selatan. Pada tahun tersebut Nabi Muhammad berusia 41 tahun dan baru setahun diangkat rasul.
Ratu Shima adalah anak dari agamawan Hindu yang pindah ke Jepara usai menikah dengan Kartikeyasinga dari Kerajaan Kalingga. Saat di Jawa, Ratu Shima tinggal di berbagai candi Hindu di kawasan Dieng.
Posisi Ratu Shima perlahan makin kuat usai suaminya, Katikeyasinga, diangkat menjadi Raja Kalingga pada tahun 648 Masehi. Ketika Katikeyasinga berkuasa, Nabi Muhammad sudah wafat dan Jazirah Arab memasuki periode kekhalifahan, tepatnya Periode Khulafaur Rasyidin yang dipimpin sahabat Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
Dalam Sejarah Nasional Indonesia (2008) diceritakan, posisi Ratu Shima yang semula istri raja berubah menjadi penguasa tunggal Kalingga usai suaminya wafat pada 678 M. Dia menjadi Ratu Kalingga sebab tak ada penerus yang bisa berkuasa. Anak-anaknya masih sangat kecil.
Saat menjadi raja, sejarah mencatat Kerajaan Kalingga mencapai masa keemasan. Ratu bergelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara ini berhasil membawa Kalingga menjadi kerajaan terkenal, khususnya di sektor perdagangan.
Dalam Tradisi Pemikiran Islam di Jawa (2006) diceritakan, Ratu Shima berhasil mengubah pelabuhan Jepara sebagai sentra perdagangan dan pertemuan para pedagang dari berbagai wilayah. Bahkan, disebutkan juga Kalingga sudah menjalin perdagangan dengan Dinasti Tang dari China.
Mengacu pada naskah China kuno yang terhimpun di Nusantara dalam Catatan Tionghoa (2009), terungkap kalau para pedagang China sudah berdagang dan menyaksikan kejayaan Ratu Shima. Para pedagang bersaksi kalau Kerajaan Kalingga sangat kaya karena menjadikan garam yang mudah ditemukan sebagai komoditas ekspor.
Ada juga beberapa utusan Ratu Shima yang pergi ke China menjalin relasi dengan kaisar. Lalu, para penduduknya pun sudah sangat maju karena mengenal aksara dan ilmu astronomi. Di Kalingga juga terdapat pusat agama Budha Hinayana, sehingga banyak penganut Budha belajar agama bertahun-tahun di sana.
Nama besar Ratu Shima pun viral sampai ke luar negeri. Bahkan hingga jazirah Arab yang semasa Kalingga eksis sudah memasuki era kekhalifahan. Popularitas tersebut terkait ketegasan Sang Ratu yang melarang warganya mencuri.
Pernah ada cerita Raja Arab, Ta-Shih, penasaran datang ke Kalingga membawa karung emas. Karung emas akan ditaruh di jalanan supaya orang tergoda mengambilnya. Namun, beberapa bulan kemudian, tak ada orang yang mengambil. Bukti warganya sangat takut atas hukuman Ratu Shima.
Sampai akhirnya, posisi karung emas tersebut bergeser sedikit karena anak Ratu Shima paling disayang, Pangeran Narayana, tak sengaja menyentuhnya. Pada titik ini, Ratu Shima langsung mengeluarkan aturan tegas, yakni hukuman mati.
Singkat cerita, putusan hukuman mati berubah jadi pemotongan kaki. Sebab, kakinya dianggap bersalah karena menggeser karung emas. Alhasil, kaki Narayana pun dipotong sebagai hukuman.
Hidup Ratu Shima sendiri berakhir pada 695 Masehi. Sementara Kerajaan Kalingga runtuh pada tahun 752 M. Ketika situasi ini terjadi, Islam di Jazirah Arab sudah berkembang pesat. Sejarah mencatat di Arab sudah memasuki era Bani Umayyah yang eksis dari tahun 661-750 Masehi.
Letak pusat kerajaan Kalingga.
Kerajaan Kalingga kerajaan mendunia. Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya berada di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Kerajaan Kalingga, juga dikenal sebagai Holing, adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Nusantara pada abad ke-6 hingga ke-7 Masehi. Kerajaan ini berlokasi di wilayah yang kini dikenal sebagai Jawa Tengah, dengan pusat pemerintahan yang diperkirakan berada antara Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Meskipun informasi mengenai Kerajaan Kalingga tidak terlalu banyak, beberapa sumber sejarah memberikan gambaran tentang kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya kerajaan ini.
Sistem pemerintahan Kerajaan Kalingga :
- Kerajaan Kalingga memiliki sistem pemerintahan yang terorganisir dengan baik. Raja-raja Kalingga dibantu oleh para bangsawan dan elit kerajaan dalam pengambilan keputusan dan administrasi.
- Menjunjung tinggi hukum dan peraturan
- Masyarakatnya melek hukum
- Memiliki lembaga pendidikan yang maju
- Memiliki hubungan internasional yang baik dengan negara-negara seperti China dan India
Kebijakan pemerintahan Kerajaan Kalingga :
- Melarang rakyatnya untuk menyentuh atau mengambil barang yang bukan milik mereka
- Menghukum potong tangan bagi siapa saja yang mencuri
- Menjalankan hukum yang tegas dan keras untuk memberantas pencurian dan kejahatan
- Mendorong agar rakyatnya senantiasa jujur
- Ratu Shima, pemimpin terkenal Kerajaan Kalingga
- Ratu Shima adalah salah satu pemimpin Kerajaan Kalingga yang terkenal karena keadilan, kejujuran, dan keberaniannya menegakkan hukum. Ia memerintah dengan sangat keras, tegas, tetapi juga adil.
- Kerajaan Kalingga pernah membawahi 28 kerajaan kecil yang diberi kebebasan dalam mengatur pemerintahannya sendiri.
Dikisahkan bahwa, Putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban.
Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.
Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
Letak dan Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga.
Letak pasti Kerajaan Kalingga masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerajaan ini terletak di pesisir utara Jawa Tengah, antara Pekalongan dan Jepara. Sumber sejarah mengenai Kerajaan Kalingga antara lain berasal dari catatan Tiongkok pada masa Dinasti Tang, seperti yang disebutkan dalam catatan I-Tsing, seorang pendeta Buddha yang mengunjungi Nusantara pada abad ke-7. Selain itu, naskah lokal seperti Carita Parahyangan juga memberikan informasi mengenai kerajaan ini.
Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga.
Pada abad ke-7, Kerajaan Kalingga dipimpin oleh seorang ratu bernama Shima. Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan adil dalam menegakkan hukum. Ia menerapkan peraturan ketat terhadap kejujuran dan keadilan, sehingga masyarakat hidup dalam ketertiban dan keamanan. Salah satu kisah terkenal adalah ketika Ratu Shima menghukum putranya sendiri karena melanggar hukum, menunjukkan bahwa hukum berlaku tanpa pandang bulu.
Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Kalingga.
Kehidupan sosial masyarakat Kalingga sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan Ratu Shima yang menekankan kejujuran dan disiplin. Masyarakat hidup dalam harmoni dan saling menghormati. Budaya di Kerajaan Kalingga juga dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha, yang tercermin dalam berbagai ritual dan tradisi keagamaan. Kerajaan ini menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Jawa, dengan adanya pendeta terkenal seperti Jnanabhadra yang berperan dalam penyebaran ajaran Buddha Hinayana.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kalingga.
Perekonomian Kerajaan Kalingga bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Wilayahnya yang subur memungkinkan masyarakat untuk bercocok tanam, dengan padi sebagai hasil utama. Selain itu, letaknya yang strategis di pesisir utara Jawa menjadikan Kalingga sebagai pusat perdagangan yang ramai. Komoditas perdagangan meliputi kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Masyarakat Kalingga juga dikenal pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa.
Kehidupan Agama di Kerajaan Kalingga.
Kerajaan Kalingga merupakan pusat pengajaran agama Buddha Hinayana di Jawa. Pendeta dari Tiongkok, seperti Hwi-ning, mengunjungi Kalingga untuk menerjemahkan teks-teks Buddha ke dalam bahasa Tionghoa dengan bantuan pendeta lokal seperti Jnanabhadra. Selain Buddha, agama Hindu juga dianut oleh sebagian masyarakat, menunjukkan toleransi beragama yang tinggi di kerajaan ini.
Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Kalingga.
Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi pada masa pemerintahan Ratu Shima, sekitar tahun 674 Masehi. Pada masa ini, Kalingga mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, militer, agama, dan perdagangan. Namun, setelah wafatnya Ratu Shima, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 752 Masehi, Kerajaan Kalingga ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya, yang saat itu sedang memperluas pengaruhnya di Nusantara.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Kalingga :
- Beberapa peninggalan sejarah yang terkait dengan Kerajaan Kalingga antara lain:
- Prasasti Tukmas : Ditemukan di lereng Gunung Merbabu, prasasti ini bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, menyebutkan tentang mata air yang jernih dan disamakan dengan Sungai Gangga di India.
- Prasasti Sojomerto : Ditemukan di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno, berasal dari sekitar abad ke-7 Masehi, dan bersifat keagamaan Siwais.
- Candi Angin : Terletak di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, candi ini diperkirakan lebih tua dari Candi Borobudur dan menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di wilayah tersebut.
Berita Cina
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.
Catatan dari zaman Dinasti Tang :
- Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M – 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.
- Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah timurnya terletak Pulau Bali dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
- Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
- Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
- Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa
- Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
- Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima (Simo). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.
Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.
Prasasti
Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Kesimpulan :
Kerajaan Kalingga merupakan salah satu kerajaan penting dalam sejarah Nusantara yang memberikan kontribusi signifikan dalam penyebaran agama Buddha di Jawa. Kepemimpinan Ratu Shima yang tegas dan adil menciptakan masyarakat yang tertib dan makmur. Meskipun kerajaan ini akhirnya ditaklukkan oleh Sriwijaya, peninggalan sejarahnya tetap menjadi bukti kejayaan masa lalu dan memberikan wawasan berharga tentang kehidupan masyarakat pada masa itu.
Ratu Shima, Penguasa Nusantara di Masa Era Nabi Muhammad SAW
Tak banyak yang mengetahui bahwa di era Nabi Muhammad (570-632 M), di belahan dunia lain tepatnya di Nusantara hidup seorang pemimpin perempuan yang namanya melegenda hingga ke jazirah Arab. Ia adalah Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga yang dikenal dengan ketegasan dan kebijaksanaannya.
Sejarah mencatat, Ratu Shima lahir pada tahun 611 M di Sumatera Selatan, ketika Nabi Muhammad baru setahun diangkat menjadi Rasul di usia 41 tahun. Ia merupakan putri dari seorang agamawan Hindu yang kemudian pindah ke Jepara setelah menikah dengan Kartikeyasinga, raja Kerajaan Kalingga. Sejak kecil, Ratu Shima hidup di berbagai candi Hindu di kawasan Dieng, sebelum akhirnya menetap di Kalingga.
Kedudukannya semakin kuat ketika suaminya, Kartikeyasinga, naik takhta sebagai Raja Kalingga pada 648 M. Saat itu, Nabi Muhammad telah wafat dan dunia Islam memasuki era Khulafaur Rasyidin, di bawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Sepeninggal Kartikeyasinga pada 678 M, Ratu Shima naik takhta sebagai penguasa tunggal karena putra-putranya masih terlalu kecil untuk memimpin.
Kalingga dalam Puncak Kejayaan.
Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Kalingga mencapai masa keemasan, terutama dalam sektor perdagangan. Ratu Shima, yang bergelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara, berhasil menjadikan pelabuhan Jepara sebagai pusat perdagangan internasional. Pedagang dari berbagai wilayah berdatangan, termasuk dari Dinasti Tang di China.
Menurut catatan kuno yang dihimpun dalam Nusantara dalam Catatan Tionghoa (2009), para pedagang China yang datang ke Kalingga menyaksikan betapa makmurnya kerajaan ini. Salah satu kunci kejayaan Kalingga adalah garam, yang menjadi komoditas ekspor unggulan. Selain itu, Kalingga juga dikenal sebagai pusat ilmu astronomi dan aksara, serta tempat berkembangnya ajaran Buddha Hinayana, menarik banyak penganut Buddha untuk belajar di sana.
Ketegasan Ratu Shima yang Viral hingga Jazirah Arab.
Nama Ratu Shima tidak hanya besar di Nusantara, tetapi juga tersiar hingga ke jazirah Arab. Popularitasnya bukan hanya karena kejayaan Kalingga, melainkan juga karena aturan ketat yang ia terapkan terkait kejujuran dan larangan mencuri.
Sejarawan mencatat kisah menarik tentang seorang raja Arab bernama Ta-Shih, yang penasaran dengan ketegasan Ratu Shima. Ia datang ke Kalingga dengan membawa karung emas, lalu meletakkannya di jalanan untuk menguji apakah ada warga yang tergoda mengambilnya. Namun, berbulan-bulan berlalu, tak ada satu pun orang yang berani menyentuhnya—bukti bahwa rakyat Kalingga benar-benar patuh pada hukum yang diterapkan sang ratu.
Namun, ujian sejati datang ketika Pangeran Narayana, putra kesayangan Ratu Shima, tanpa sengaja menyentuh karung emas tersebut. Sesuai hukum yang berlaku, ia harus dihukum mati. Namun, setelah pertimbangan panjang, hukuman itu diubah menjadi pemotongan kaki, karena kakinya dianggap sebagai anggota tubuh yang bersalah.
Akhir Riwayat Ratu Shima.
Ratu Shima wafat pada 695 M, meninggalkan jejak kepemimpinan yang kuat. Beberapa dekade setelah kepergiannya, Kerajaan Kalingga runtuh pada 752 M, saat Islam telah berkembang pesat di jazirah Arab dan dunia tengah berada dalam era Bani Umayyah (661-750 M).
Meski kerajaan itu akhirnya hilang dari peta sejarah, nama Ratu Shima tetap dikenang sebagai sosok pemimpin tegas dan bijaksana, yang jejaknya bahkan terdengar hingga negeri-negeri jauh di luar Nusantara.
Sejarah Nabi Muhammad SAW (Dari Lahir Hingga Wafatnya Sang Rasul)
Muhammad adalah seorang pemimpin agama, sosial, politik dan pendiri dari agama Islam. Menurut keyakinan umat Islam, dia adalah nabi yang diberikan wahyu ilahi untuk memberitakan dan meneguhkan prinsip monoteistis dalam ajaran Adam, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi lainnya.
Nabi Muhammad SAW, sosok yang menjadi teladan bagi seluruh umat Islam, menjalani kehidupan yang penuh dengan pelajaran berharga. Kisah hidupnya yang penuh dengan kebijaksanaan, ketabahan, dan kesabaran memberikan contoh abadi bagi setiap Muslim. Sejak kelahirannya hingga wafatnya, perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW menyimpan banyak hikmah yang patut kita teladani.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awal di tahun 571 Masehi, yang dikenal sebagai Tahun Gajah. Tahun ini diabadikan dalam sejarah karena pasukan gajah pimpinan Abrahah yang hendak menyerang Ka'bah dihancurkan oleh burung ababil, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Fil. Beliau lahir dari pasangan Abdullah dan Aminah, namun sayangnya, ayahnya meninggal dunia sebelum beliau dilahirkan. Muhammad SAW dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan kemudian diasuh oleh Halimah Sa'diyah, seorang wanita yang dengan keikhlasannya, Allah karuniakan kelimpahan air susu saat menyusui Nabi kecil.
Semasa kecil, Nabi Muhammad SAW tumbuh sebagai anak yatim. Meskipun kehilangan ayah dan di usia 6 tahun ibunya meninggal, beliau tetap berada dalam asuhan kakeknya. Saat kakeknya wafat, pamannya, Abu Thalib, mengambil alih tanggung jawab merawatnya. Meskipun tumbuh dalam keterbatasan, Nabi menunjukkan sikap yang mulia sejak kecil, dikenal dengan kecerdasannya serta kejujurannya.
Ketika remaja, Nabi Muhammad SAW menjaga dirinya dari perbuatan buruk yang umum terjadi di kalangan anak muda pada zamannya. Ada sebuah kisah di mana beliau dua kali mencoba menghadiri pesta pernikahan di masa Jahiliyah, namun Allah SWT menutup pendengarannya sehingga beliau tertidur hingga pagi dan terhindar dari keburukan.
Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW mulai berdagang bersama seorang wanita kaya raya bernama Khadijah. Khadijah, yang terkesan dengan kejujuran dan integritas Muhammad, akhirnya melamar beliau melalui sahabatnya, Nafisah binti Umayyah. Pernikahan mereka menjadi simbol kebahagiaan dan cinta yang tulus, dengan Khadijah mendukung perjuangan dakwah Nabi hingga akhir hayatnya.
Pada usia 40 tahun, saat Nabi Muhammad SAW sedang beribadah di Gua Hira, beliau menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril. Ayat pertama yang diturunkan adalah Surah Al-'Alaq ayat 1-4, yang memulai peran beliau sebagai Rasul terakhir. Peristiwa ini menjadi titik awal dakwah Islam, yang kemudian disebarluaskan secara perlahan di kalangan keluarga terdekatnya.
Setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah secara terang-terangan. Meskipun mendapat dukungan dari sebagian kecil keluarga dan sahabat, dakwah beliau mendapat tantangan besar dari kaum Quraisy. Mereka menentang ajaran Islam karena khawatir hal tersebut akan merusak agama nenek moyang yang menyembah berhala. Abu Jahal dan Abu Lahab, dua tokoh Quraisy, termasuk yang paling vokal menentang Nabi, bahkan mereka tidak segan-segan menyebar fitnah dan melakukan kekerasan terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Karena tekanan yang semakin besar di Mekkah, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya akhirnya melakukan hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Di sana, Nabi diterima dengan baik dan mulai membangun masyarakat Islam yang kuat. Pada tahun kedua Hijriah, perintah zakat dan kurban mulai disampaikan kepada umat Islam sebagai bagian dari ajaran untuk berbagi dan membantu sesama.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Pada bulan Shafar tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mulai jatuh sakit. Beliau menderita demam tinggi selama beberapa hari hingga akhirnya berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun di pangkuan istrinya, Aisyah. Rasulullah wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal, hari yang sama dengan kelahirannya. Kewafatan beliau merupakan duka yang mendalam bagi seluruh umat Islam, namun ajaran dan teladannya terus hidup hingga kini.
Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Allah SWT memberikan mukjizat luar biasa kepada Nabi Muhammad SAW, yang tidak hanya menunjukkan kebesaran Allah, tetapi juga mendukung kebenaran ajaran Islam. Salah satu mukjizat yang paling terkenal adalah peristiwa pembelahan bulan, yang terjadi ketika kaum Quraisy menantang Nabi untuk menunjukkan bukti kenabiannya. Selain itu, mukjizat lain seperti air yang mengalir dari jari-jari Nabi dan makanan yang melimpah meskipun jumlahnya sedikit, semakin memperkuat keimanan para pengikutnya.
Kisah Sejarah Bani Umayyah, Khalifah Pertama setelah Khulafaur Rasyidin
![]() |
Sepeninggalan Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin, kepemimpinan Islam dilanjutkan oleh Bani Umayyah. |
Saat kita membahas tentang masa kejayaan Islam, maka tidak terlepas dari masa perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam berdakwah menyebarkan agama Islam. Setelah Rasulullah SAW wafat, kepemimpinan Islam digantikan oleh para sahabat atau biasa disebut masa Khulafaur Rasyidin. Pemimpin Khulafaur Rasyidin disebut dengan khalifah. Para khalifah ini terdiri dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Setelah kepemimpinan para khalifah ini berakhir, kekhalifahan Islam dilanjutkan oleh Bani Umayyah. Masa ini sering disebut juga sebagai khalifah pertama setelah Khulafaur Rasyidin atau kekhalifahan kedua setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kekhalifahan Bani Umayyah dibagi menjadi dua periode. Periode pertama terjadi di Damaskus dan periode kedua di Andalusia (Spanyol). Selanjutnya, bagaimana sejarah berdirinya Bani Umayyah ?
Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Damaskus.
Bani Umayyah adalah sebuah dinasti Islam yang didirikan pada tahun 661 Masehi. Kekhalifahan ini berlangsung dari tahun 661-750 Masehi.
Pendiri Bani Umayyah adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Abd Manaf yang juga menjadi khalifah (pemimpin) pertama Bani Umayyah. Mu’awiyah bin Abu Sufyan ini sering dijuluki sebagai Muawiyah I dan pernah menjabat sebagai Gubernur Syam pada masa Khulafaur Rasyidin. Tepatnya yaitu pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Sementara itu, ibukota Bani Umayyah di Damaskus, Suriah.
Berdirinya Bani Umayyah tidak lepas dari masa-masa krisis pada pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Puncak kejayaan Khulafaur Rasyidin itu ada pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, gengs. Terus, pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib mengalami kemunduran. Terutama saat Ali bin Abi Thalib wafat dalam serangan balas dendam atas konflik kebijakan Utsman bin Affan di periode kedua.
Setelah itu kepemimpinan tidak langsung serta merta beralih ke Mu’awiyah bin Abu Sufyan, guys. Awalnya, setelah Ali bin Abi Thalib wafat, kepemimpinannya digantikan oleh putranya yang bernama Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Tapi, pada tahun 661 Masehi, Hasan mundur. Kemunduran Hasan ini menyebabkan kekhalifahan Islam dipegang oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan deh. Setelah Bani Umayyah berdiri, ibukota kerajaan Madinah dipindah ke Damaskus yang terletak di Kota Syam.
Dinasti Bani Umayyah berhasil didirikan bukan hanya karena kemenangan diplomasi Mu’awiyah bin Abu Sufyan atas peristiwa Perang Shiffin, bagian dari Perang Saudara Islam I akibat terbunuhnya Utsman bin Affan tadi. Tapi juga karena pemikiran kuat Mu’awiyah bin Abu Sufyan untuk membangun masa depan dan dukungan orang-orang Suriah.
Khalifah pada Masa Bani Umayyah
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari demokratis menjadi kepemimpinan yang turun temurun. Bahkan, seluruh rakyat Damaskus diwajibkan untuk setia pada anaknya, Yazid. Selain itu, pejabat pada dinasti ini berasal dari keturunan Arab.
Mu’awiyah I memiliki banyak pengalaman di bidang politik. Ia pernah memimpin pasukan dalam penaklukan Suriah, Palestina, Romawi, dan Mesir. Saat menjabat sebagai Gubernur Syam, Mu’awiyah bin Abu Sufyan juga membawahi Palestina dan Mesir.
Pada awal Mu’awiyah I menjabat, wilayah pemerintahannya diperluas sampai ke India. Total, ada 13 orang yang pernah menjadi khalifah pada Dinasti Umayyah di Damaskus.
Pada masa kepemimpinan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pasukan pengepung Konstatinopel berhasil ditarik. Pemisahan urusan keuangan dari urusan pemerintahan diatur dengan mengangkat pejabat khusus yang disebut sahib al-kharaj.
Lalu, pada masa pemerintahan Al-Walid bin ‘Abd al-Malik, daerah kekuasaan Bani Umayyah diperluas. Al-Walid bin ‘Abd al-Malik berusaha memperluas wilayahnya hingga ke Afrika Utara, yaitu ke Al-Aqsa dan ke Andalusia (Spanyol).
Perebutan Andalusia ini dipimpin oleh panglima perang Musa bin Nusair dengan mengirim Tariq bin Ziyat. Lalu, selat Afrika dan Spayol, yaitu Selat Gibraltar, berhasil direbut oleh Tariq bin Ziyat pada tahun 711 Masehi.
Masa Kejayaan Bani Umayyah.
Masa kejayaan Bani Umayyah ditandai dengan terjadinya kemajuan tata kelola dalam berbagai bidang. Perkembangan terjadi pada bidang pemerintahan, sosial, hukum, ekonomi, keagamaan, hingga pendidikan. Berikut penjelasannya :
1. Pemerintahan
Struktur dan administrasi pemerintahan di masa Bani Umayyah merupakan penyempurnaan dari masa khalifah Umar bin Khattab. Wilayah kekuasaannya yang luas dibagi ke beberapa provinsi dan dipimpin oleh gubernur yang diangkat langsung oleh khalifah.
Selain itu, terbentuk juga beberapa lembaga dan departemen, seperti al-katib, al-hajib, dan diwan. Lembaga Al-katib melakukan segala urusan administrasi pemerintahan. Di dalamnya terdapat sekretaris negara, sekretaris pendapatan negara, sekretaris militer, hingga sekretaris kepolisian.
Sedangkan al-hajib mengurus pengaturan pejabat dan siapa pun yang ingin bertemu dengan khalifah. Sementara diwan berisi beberapa departemen, di antaranya :
- Departemen yang mengurusi surat-surat negara
- Lembaga pencatatan semua keputusan khalifah
- Departemen yang mengelola pendapatan negara
- Layanan pos
- Lembaga pertahanan militer
2. Hukum
Sistem hukum pada masa Bani Umayyah dibuat sesuai tuntunan Al-Qur’an, sunah, dan ijtihad. Badan ini terbebas dari pengaruh penguasa. Terutama saat melakukan penghakiman terhadap pejabat yang melakukan pelanggaran.
3. Sosial
Di bidang sosial, hubungan antar bangsa Arab Muslim dibuka. Begitu pula terhadap negara taklukkan seperti Mesir, Persia, dan Eropa. Akhirnya, lahir banyak kreativitas baru di bidang seni dan ilmu pengetahuan.
4. Ekonomi
Jalur perdagangan menjadi semakin lancar. Salah satu contoh pelabuhan yang terlihat perkembangannya yaitu Basrah di Teluk Persia. Di sana, perdagangan ramai dan semakin makmur.
Selain itu, pada masa Bani Umayyah, dicetak mata uang khusus. Lapangan kerja juga semakin banyak. Gaji tetap mulai diterapkan sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya. Ekonomi yang mapan mampu mendorong terbentuknya hubungan masyarakat Muslim yang lebih harmonis.
5. Keagamaan
Kehidupan masyarakat di masa ini tentu dipengaruhi oleh Islam. Banyak bangunan artistik yang dibangun memenuhi kota. Gaya Persia dipadu dengan nuansa Islam terlihat kental pada setiap sisi bangunan. Masjid agung yang terkenal adalah Masjid Damaskus.
Selain itu, banyak ulama yang fokus pada kajian ilmu keagamaan, seperti tafsir, hadis, dan hukum islam. Di masa ini, lahir juga ilmu-ilmu baru seperti nahwu, bahasa, dan sastra.
6. Pendidikan
Dinasti Umayyah memiliki jasa besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Pusat aktivitas ilmiah dilakukan di masjid. Banyak diskusi dilakukan di masjid. Tidak hanya itu, pembelajaran syair, sejarah, akidah, dan lainnya juga banyak dilakukan di sana.
Pusat pengkajian ilmu yang sering dikunjungi oleh orang-orang Islam dari berbagai daerah adalah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Penyebab Runtuhnya Bani Umayyah
Setelah dalam beberapa kepemimpinan khalifah Bani Umayyah berada di masa kejayaannya, akhirnya runtuh juga. Apa yang menjadi penyebab runtuhnya Bani Umayyah ?
Perpecahan terjadi pada masa kekhalifahan Marwan bin Muhammad. Kepemimpinannya ditandai sebagai akhir dari Bani Umayyah di Damaskus. Kekuasaannya dikalahkan oleh Abu al-Abbas al-Saffah dalam sebuah pertempuran di Sungai Zab. Dalam perang tersebut, lebih dari 300 anggota keluarga Umayyah terbunuh.
Akibatnya, Marwan bin Muhammad kabur mencari perlindungan. Ia lari ke Barat namun ditangkap di Sungai Nil. Meninggalnya Marwan bin Muhammad ini membuat kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berakhir.
Ternyata tidak sampai di situ, gengs. Saat dikira seluruh keluarga Umayyah terbunuh dalam perang tersebut, ternyata ada satu orang yang berhasil lolos. Siapakah dia? Nah, namanya itu Abd al-Rahman bin Mu’awiyah. Ia melarikan diri ke Spanyol. Di sana, pemerintahan Islam didirikan kembali.
Referensi :
Suryadi, Rudi Ahmad. Suryati. 2021. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Imajiner Nuswantoro