RIWAYAT R. H. RIDWAN MOERJONO ASAL KAPU (KAPUREJO) PAGU KEDIRI
Foto : Eyang RH Ridwan Moerjono + RAyu Hj. Siti Soekesi |
Eyang HR Ridwan Moerjono |
R. H. Ridwan Moerjono adalah sosok terpandang pada masanya dari desa kelahirannya, tepatnya di Kapu Kapurejo Pagu Kediri.
Dalam kehidupan diriwayatkan, bahwa H. R. Moerjono mempunyai beberapa saudara kandung yang tinggal di sekitar Kapu Kapurejo Pagu Kediri.
Dikisahkan juga bahwa keluarga besar orang tua RH Ridwan Moerjono masih kerabat (keluarga dekat dengan keluarga pendiri pondok pesantren tertua di Kapu Kapurejo Pagu Kediri.
Ada kisah bahwa sebagian tanah milik RH Ridwan Moerjono di hibahkan ke pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo Pagu Kediri. Semoga menjadikan amal ibadahnya hingga kebaikan turun temurun ke trah turun RH Ridwan Moerjono Aamin.
Keterangan foto :
Foto zaman kuno, ketika beliau-beliau para masyayikh masih berusia dini. tampak dalam foto Almarhum Romo KH. Badrus Sholeh bersama Ibu Nyai Hj. Azzah badriyah.
Ada yang mengerti siapa saja yang tampak dalam foto?
Umur lebih tua / sebaya dari KH Badrus Sholeh (pendiri pondok pesantren Purwoasri) jika menyapa kangmas Moerjono dan kerabat lain seperti Mbah Kiyai H. Ilyas, Mbah Kiyai Sambirobyong, Mbah Nyai Misbah, Mbah Nyai Mukuh, Mbah Lurah Baye dll (penulis masih ingin memperbanyak khasanah artikel sumber referensi yang lain untuk melengkapi tulisan artikel ini), diceritakan juga bahwa beliau sering berdiskusi tentang pergerakan kemerdekaan negeri ini, mengisi perjuangan bila berkunjung silahturahmi / situasi pengungsian sesuai bidang dan kemampuan masing-masing di pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo Pagu Kediri bersama tokoh-tokoh yang lain.
HR Ridwan Moerjono banyak beraktivitas di dunia pemerintah di era kolonial Belanda.
HR Ridwan Moerjono pernah bekerja sebagai seorang juru penerang pada jamannya, dengan lewat kesenian wayang beber beliau sering pentas untuk dakwah dan memberikan informasi kepada halayak masyarakat pada masanya.
Ilustrasi pentas wayang Beber Tempo Doeloe |
Beliau banyak belajar wayang beber dari tokoh wayang beber di Pagu tepatnya dari penuturan kisahnya rumah dalang wayang beber tersebut depan pasar Pagu lama yang bernama Ki Dalang Soejono.
Sesuai dengan aktivitasnya beliau berdomisili di kota Soerabaia dibelakang rumah sakit Karang Menjangan Soerabaia.
Terkait pekerjaan beliau adalah setingkat wilayah propinsi Jawa Timur berkantor di Soerabaia bagian pejabat tinggi (sekarang setingkat staff ahli gubernuran di bidang penerangan). Beliau juga pernah menjadi bertugas di Red Cross di Soerabaia berkantor di rumah sakit Karang Menjangan Soerabaia.
LELURI LELUHUR
SAKING GARIS BIYUNG (Rr Hj. Moeljo Soelistyowati)
(Foto album sekitar tahun 1977/1978) |
* Eyang kakung R H Ridwan Moerjono (saking Kapu Pagu Kediri, Jupen Wilayah / Dalang Wayang Beber, nate diamanahi seperti Utusan Daerah di Kaltim, tasih kerabat dekat keluarga pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo Pagu Kediri, kapernah mas Mbah Kyai Badrus Sholeh Purwoasri, Mbah Kyai Misbah, Mbah Lurah Baye Dongkol).
* Eyang putri Rr Hj Siti Soekesi (saking Sedayu Gresik)
Eyang kekaleh/sesarimbitan dipun sumarehaken wonten Setono Pendem Sidoarjo Jatim.
Mugi-mugi dipun ampuni doso-dosonipun dipun trami amalipun.
ALFATEKAH
Tentang sekilas pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo Pagu Kediri bisa di KLIK DISINI :
https://syehhakediri.blogspot.com/2024/10/pondok-pesantren-salafiyah.html
https://youtu.be/XRjyRKCDDNU?si=3FiDlWAjpEZr-xQU
Istri
Eyang Hj R Ayu Siti Soekesi |
Istri beliau berasal dari Kangean Sedayu Gresik secara administratif ikut pemerintahan daerah tingkat II kabupaten Gresik.
Nama istri beliau adalah R Ayu. Hj. Soekesi. R Ayu. Hj. Soekesi merupakan putri seorang ningrat dan tokoh perdikan suku Madura bertempat tinggal di Kangean Sedayu Gresik.
Ini terlihat dari cara berpakaian masih memakai binggel emas asta kiwo tengen juga suku kiwo tengen. Itu menunjukkan keningratan masih turun trah kerajaan Madura. Dan mempunyai gledeg (semacam kotak kayu besar berfungsi untuk menyimpan barang-barang berharga sekarang seperti lemari besi / brangkas).
(Penulis masih menggali lebih banyak informasi tentang keluarga besar di Kangean Sedayu Gresik).
Dikisahkan jika ingin silaturahmi ke Kangean Sedayu Gresik harus menyeberang perahu dulu baru nyampek di pinggir pantai Kangean Sedayu Gresik, selanjutnya melakukan perjalanan darat menuju kediamannya.
Karena pekerjaannya pernah tinggal di belakang rumah sakit Karang Menjangan Soerabaya.
Dikisahkan bahwa anak perempuan no 2 Rr Moeljo Soelistyowati sewaktu kecil di rumah Karang Menjangan Soerabaia disenangi oleh Noni Belanda, sempat rambutnya di semir warna rambut jagung / rambut bule, seperti anak noni Belanda (pokoke diperlengkapi seperti anak-anak Noni Nederland yang ada di Soerabaia, pun juga diperbolehkan bermain dengan anak Noni-noni Belanda lainnya bermain sambil belajar, itu salah satu kehebatan HR Ridwan Moerjono bisa lobi hingga bekerja di pemerintah jaman Hindia Belanda, selain trah turun beliau.
Selain sebagai pejabat penerangan (juru penerang) waktu itu, beliau juga bekerja di Red Cross (Palang Merah Indonesia) berkantor di sekitar Rumah Sakit Karang Menjangan Soerabaia.
Berikut trah turun R.H. Ridwan Moerjono + R Ayu Hj. Soekesi :
1. R. Moeljoto
2. Rr. Moeljo Soelistyowati
3. R. Moeljadi
4. Rr. Moeljo Ninik
5. R. Moeljo Gotok
6. Rr. Moeljo Mien
7. Rr. Moeljo Tuti
8. Rr. Moeljo Endang (dipupu Mbah Lurah Baye)
9. R. Moeljo Bambang
19. Rr. Moeljo Untari
11. R. Moeljo Raharjo (Totot)
12. Rr. Moeljo Mamik
13. Rr. Moeljo Rin
Kisah Agresi militer Belanda :
Dalam kisah cerita sewaktu jaman Agresi pendudukan Belanda kembali, kisah ini bersumber dari cerita anak perempuan no. 2 Rr. Moeljo Soelistyowati bahwa waktu agresi keluarga besar RH Ridwan Moerjono mengungsi dari Soerabaia menuju kampung halamannya di desa Kapu (Kapurejo) Pagu Kediri.
Mengapa mengungsi, karena situasi Soerabaia meletus perang yang menewaskan Jendral Malabay, sehingga Soerabaya akan di bumi hanguskan di gempur dari berbagai arah oleh Belanda dan sekutunya di bantu tentara Gorka dari India. Itulah sebab pengungsian besar-besaran di kota Soerabaia waktu itu hingga meletusnya pecah perang gerilya 10 Nopember 1945 Soerabaia.
Diceritakan sewaktu ngungsi keluarga besar RH Ridwan Moerjono naik kereta api.
Turun stasiun Gurah dulu ada jalur kereta api Soerabaya - Jombang - Pare - Kediri (sekarang tinggal puing-puing sejarah perkeretaapian di Jawa) dan dijemput oleh sanak keluarga naik dokar.
Jarak stasiun Gurah ke Pagu sekitar 14 km kala itu masih sepi dengan jalan setapak untuk dilalui dokar (alat transportasi gerobak kereta ditarik dengan kuda).
Karena keluarganya banyak yang kecil-kecil disertai R.Ayu Hj. Soekesi naik dokar anak yang besar-besar jalan kaki.
Sewaktu jalan kaki menuju Pagu anak perempuan no 2 Rr Moeljo Soelistyowati membawa jagung di tengah jalan karung berisi jagung sekitar 1 sak karung, karungnya sobek / bocor hingga jagung banyak berserakan di jalan.
Itulah jaman kekejaman penjajahan Belanda dan sekutunya. Demi nyawa dan kelanggengan keluarga rela mengungsi dari Soerabaia ke Pagu kira-kira berjarak 125 km dengan perjalanan masih keadaan perang agresi.
Dalam perjalanan ngungsi istri RH Ridwan Moerjono banyak membawa bekal untuk makanan sehari-hari, seperti : jagung, beras, ikan asin, kecap, dan bahan makanan yang tersimpan sewaktu di Soerabaia tepatnya di sekitar Rumah Sakit Karang Menjangan Soerabaia.
Setibanya di Pagu ketemu dengan kerabat keluarga besar RH Ridwan Moerjono di Kapu (Kapurejo) Pagu Kediri.
Karena situasi masih perang agresi, suatu ketika bangsa Belanda dan sekutunya (Londo Godhong = orang pribumi yang berkianat membantu Belanda (antek Belanda), menyerang hingga di daerah seperti biasa masyarakat berlindung membuat bungker (joglangan diatasnya di tutupi pohon-pohon pisang jika ada pesawat menjatuhkan bom dari udara mortir yang yang tersebar menancap di tumpukan pohon pisang memang orang Jawa banyak akalnya.
Suatu ketika ada serdadu Belanda dan sekutunya (antek-anteknya Londo Godhong) masuk di kawasan Pagu ditandai serine dan kethongan tanda serangan bom udara. Seketika semua keluarga besar RH Ridwan Moerjono masuk bungker, dalam ceritanya bungker di buat sekitar makam umum, ceritanya Bongso Walondo takut dengan keangkeran kuburan apalagi waktu menjelang Maghrib dan disertai hujan gerimis. Dengan ijin Allah SWT keluarga besar RH Ridwan Moerjono selamat dari pencarian orang-orang yang dianggap dewasa untuk di tawan dijadikan budak diperkebunan, kerja paksa hingga di kirim ke luar negeri.
Lokasi makam desa Pagu |
Di desa Pagu inilah RH Ridwan Moerjono ketemu kerabat lama kebetulan seorang tokoh dalang wayang beber namanya Ki Soedjono konon rumahnya depan pasar Pagu.
RH Ridwan Moerjono banyak belajar wayang beber hingga dapat pentas / tanggapan sendiri, selain itu anak-anak dilatih kembali tarian-tarian tradisional memang jiwa seni RH Ridwan Moerjono sudah mengalir sejak muda. Ini terbukti RH Ridwan Moerjono mempunyai seperangkat baju kostum wayang orang komplit untuk sebuah pentas seni klas sederhana dan sudah dapat menghibur masyarakat sekitar dengan melibatkan keluarga besarnya anak-anak dan saudaranya serta para Nayogo (penabuh/pengrawit gamelan Jawa) untuk memainkan tanggapan wayang orang dan tari-tarian tradisional Jawa.
Ilustrasi pentas wayang beber |
Dalam ceritanya sering di tanggap dalam acara bersih desa dan secara hajatan di daerah Menang, Sambirobyong, Mukuh, Pagu, Turus, Baye dan sekitar desa-desa Pagu (maklum tanggapan tidak bisa jauh luar kota karena keadaan perang gerilya dan keadaan darurat perang diberlakukan jam malam), ada kisah tersendiri di desa Baye (Mbah Lurah Baye, ini ada bukti salah satu anak perempuan RH Ridwan Moerjono dipupu /anak angkat Mbah Lurah Baye namanya Rr Moeljo Endang hingga dijodohkan oleh bapak Anton mantan kepala kanwil Transmigrasi Jawa Timur lulusan dari UGM Jogjakarta), kebetulan Mbah Lurah Baye masih kerabat dekat RH Ridwan Moerjono.
Biasanya banyak tanggapan pentas tarian-tarian tradisional Jawa dari Tari Serimpi, Tari Gambyong, Tari Golek, Tari Arjuna Buto Cakil dll sesuai permintaan.
Karena RH Ridwan Moerjono juga seorang pejuang Red Cross beliau juga kembali ke rumah sakit Karang Menjangan Soerabaya untuk mengobati semua yang membutuhkan perawatan, berobat hingga tindakan medis. Selain itu juga sebagai karyawan Juru penerang disinilah keahliannya dalam pentas wayang beber sebagai alat dakwah dan perjuangan lewat jalur seni Wayang Beber.
Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seorang istri R Ayu Hj Soekesi dikala keadaan aman tidak ada kegiatan, punya usaha jualan sambilan seperti warung untuk menyediakan masyarakat sekitar dan para pejuang yang kebetulan mampir. Kebetulan di sekitar dekat dengan pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo Pagu Kediri. Konon pendiri pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo juga seorang pejuang kemerdekaan melawan Belanda.
Suatu ketika ada pejuang agresi namanya R. Kodrat Samadikoen kebetulan ditunjuk sebagai kepala rumah sakit korban agresi di Grogol (red : kulon kali Brantas ada buktinya), melintas dan makan di warung dari situ RH Kodrat Samadikoen mengenal Rr Hj Moeljo Soelistyowati hingga ke jenjang pelaminan.
Surat keterangan perjoeangan RH Kodrat Samadikoen |
Surat keterangan perjoeangan RH Kodrat Samadikoen |
RH Ridwan Moerjono merupakan sosok yang mementingkan pendidikan, berfikir modern, moderat masih mengikuti budaya adiluhung Jawa dan berwawasan panjang ini terbukti anak-anaknya banyak mengenyam pendidikan umum dan ngaji.
Dalam kisah ngaji tentang Islam banyak belajar ngaji di Kiyai di Sambirobyong (dalam ceritanya dengan Kiyai Sambirobyong masih kerabat sangat dekat sekali), juga ngaji di pondok pesantren Salafiyah Kapu Kapurejo Pagu Kediri.
Contohnya anaknya perempuan no 2 Rr Moeljo Soelistyowati pernah mengenyam pendidikan sekolah setingkat SMP di sekolah Mardi Tresno Pare, ada salah satu orang gurunya nama panggilanya pak Ham beliau pandai beberapa bahasa terutama bahasa Inggris, bahasa Holland. Dalam kisahnya pak Ham / Mbah Gimbal agak jadap mirip ngendheng (gila ngakoni ngelmu) dulu masih hidupnya sering berdiam dan bertempat tinggal di area ringin Budho semua manusia mempunyai cobaan dan ujian masing-masing, memang disekitar pohon beringin ada beberapa patung atau arca peninggalan sejarah. Konon meletusnya G 30 S PKI patung-patung tersebut dihancurkan oleh kelompok yang tidak senang dengan budaya dan agama asli Nusantara.
Kisah tambahan Pak Ham / Mbah Gimbal berpenampilan seperti orang gila rambut panjang hingga nempe, banyak orang menyebut Pak Ham adalah Mbah Gimbal karena kondisi tubuhnya seperti itu.
Pada waktu sudah jaman merdeka RH Ridwan Moerjono kembali bekerja sebagai Juru Penerang setingkat Provinsi berkantor di kantor gubernuran Jawa Timur di Surabaya dan berdomisili di Sidoarjo tepatnya di Jalan Teuku Umar Wates Ngajah Sidoarjo.
Dalam perjalanan pekerjaannya RH Ridwan Moerjono pernah ditunjuk sebagai utusan daerah di propinsi Kalimantan Timur hingga pensiun.
Setelah pensiun diberi amanat sebagai kepala staf PMI di Sidoarjo hingga akhir hayatnya di makamkan di makam TPU Pendem Sidoarjo berdampingan dengan makam istrinya tercinta R Ayu Hj Soekesi (barat alun-alun Sidoarjo/ Utara masjid Agung Sidoarjo alun-alun / Utara makam keluarga besar Tjondronegoro Sidoarjo sebelah barat Masjid Agung Sidoarjo).
Ada kisah tambahan bahwa RH Ridwan Moerjono juga mempunyai seorang istri simpanan kabarnya juga mempunyai beberapa anak keturunannya informasinya tinggal di kota Sidoarjo (masih dalam penelusuran penulis).
Demikian kisah RH Ridwan Moerjono, penulis masih perlu banyak referensi untuk melengkapi hingga sempurna tulisan artikel RH Ridwan Moerjono. Penulis adalah cucu dari RH Ridwan Moerjono dari trah ibu Rr Moeljo Soelistyowati yaitu R. Tri Priyo Nugroho Kediri bin RH Kodrat Samadikoen.
Penulis ingin melengkapi :
1. Keluarga besar (famili kandung) R Ayu Hj Soekesi di Sedayu Gresik
2. Keluarga besar (famili kandung) RH Ridwan Moerjono di Kapu Kapurejo Pagu Kediri
3. Masa-masa perjuangan agresi Belanda di Soerabaya
4. Peninggalan pakaian atribut wayang orang dan pakaian kostum tarian tradisional Jawa serta seperangkat Wayang Beber sebagai alat dakwah dan penerangan tempo dulu. Kabarnya disimpan salah satu anak di Sidoarjo. Ini penting untuk dilestarikan sebagai peninggalan budaya khususnya trah keluarga dekat dan untuk pelestarian budaya adiluhung pada umumnya.
Kisah hubungan RH Kodrat Samadikoen dan KH Badrus Sholeh pendiri pondok pesantren Purwoasri
Foto : RH. Kodrat Samadikoen muda, sumare wonten pesarean makam Umum Bendo (Mbah Jo Branti) , Bendo Pare Kediri |
Ketika RH Kodrat Samadikoen bekerja di kecamatan Purwoasri sebagai juru tulis waktu itu berdomisili di desa Tawang Purwoasri. Di desa Tawang ada seorang pengusaha kaya raya bernama pak Soemadi pengusaha tembakau, beliau banyak membantu keluarga RH Kodrat Samadikoen dan pergerakan KH Badrus Sholeh Purwoasri.
Dikisahkan peristiwa G 30 S PKI gerakan Ansor berjuang mengamankan negara dan bangsa Indonesia serta sebagai tameng bagi para Kiyai dan ulama serta warga Islam pada umumnya.
Ada kisah mistis, Mbah Kiyai Badrus Sholeh menganjurkan dibawah meja makan dialasi sesek/ gedhek / anyaman dari bambu, ijazahnya supaya slamet selama ada pemberontakan Gestok G 30 S PKI. Alhasil keluarga besar R. Kodrat Samadikoen slamet Kabeh Alhamdulillah.
Ada tambahan cerita, bahwa KH Badrus Sholeh sangat sayang dan perhatian pada anaknya Kodrat no 2 bernama R. Poernomo Soemadi (pegawai Pegadaian Solo, sumare wonten pesarean umum Ngawi/ Timur alun-alun Ngawi)
Dikisahkan KH Badrus Sholeh merupakan tokoh penentang gerakan para PKI khususnya di wilayah Kediri dan sekitarnya.
Tangkis sungai Brantas di Purwoasri adalah sebagai saksi.
Setiap hari banyak para kaum komunis di bunuh di pinggir tangkis sungai Brantas Purwoasri Kediri.
Demikian juga rumah RH Kodrat Samadikoen di tunggu/ di jaga oleh para algojo Ansor. Bahwa pergerakan melawan komunis menggema seantero negeri di Indonesia.
Pada bulan September tahun 1965 istri RH Kodrat Samadikoen yaitu Rr Moeljo Soelistyowati melahirkan anak perempuan, anak yang ke 7.
Kelahirannya di tunggu oleh para para algojo Ansor. Serta semua kegiatan perayaan kelahiran di biayai oleh KH Badrus Sholeh. Uniknya juga ada perempuan ke 7 diberi nama oleh KH Badrus Sholeh dengan Rr Kartini Siti Khodijah.
Semoga bermanfaat dan berkah.
Video dan foto-foto dokumentasi lokasi leluhur dan kerabatnya makam pesarean R. H. Ridwan Moerjono terletak di makam lawas desa Pagu :
KLIK DISINI :
https://youtu.be/XRjyRKCDDNU?si=sEVtosq5kwIKHnZO
Foto data tambahan :