Nini Among Kaki Among
ꦤꦶꦤꦶꦄꦩꦺꦴꦁ ꦏꦏꦶꦄꦩꦺꦴꦁ
Nini Among Kaki Among istilah ini juga merujuk pada empat kuasa spiritual yang dipercaya ada di dalam tubuh manusia, yaitu Kakang Kawah, Adi Ari-Ari, Kaki Among, dan Nini Among.
Keempat kuasa spiritual tersebut diyakini mewakili selaput janin, plasenta, langit, dan bumi. Orang Jawa percaya bahwa setiap manusia yang lahir akan diiringi oleh empat saudaranya, yaitu kakang kawah, adi ari-ari, getih, dan udel.
Makna dari empat kuasa spiritual tersebut sangat terikat dengan budaya Jawa dan hanya dipahami oleh orang Jawa.
Nini among kaki among sing momong jiwa ragaku sedulur papat limo pancer kakang kawah adi ari-ari itulah beberapa kata kata dalam melestarikan adat Jawa.
Kiai among nyai among perkenankan mengaturkan persembahan untuk para leluhur yang menurunkan jabang bayi" adalah ungkapan yang diucapkan dalam tradisi Bancakan Weton.
Tradisi Among-Among adalah tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kelahiran seseorang yang masih hidup, berdasarkan penanggalan Jawa. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak leluhur.
Tradisi Among-Among muncul pada masa kekuasaan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram atas ajaran Raden Sahid atau Sunan Kalijaga.
Kakang Kawah Adi Ari-Ari dan Keyakinan Magis Masyarakat Jawa
Bagi kita semua yang lekat dengan kebudayaan Jawa pasti pernah mendengar kata-kata “kakang kawah adi ari-ari”. Meski sering mendengarnya, tetapi jarang yang mengetahui makna di baliknya.
Setelah bayi lahir ari-ari kemudian keluar menyusul (Unsplash)
Arkeolog dan Sejarawan Nusantara, Dwi Cahyono dalam penelitian yang berjudul Ari-Ari, Relasi "Paseduluran" pada Konsepsi Jawa tentang Kelahiran Jabang Bayi, makna mantra Jawa "Aji Paseduluran" yang berbunyi sebagai berikut :
- Marmarti Kakang Kawah Adi Ari-ari,
- Getih Otot Puser, kadangingsun papat
- Kalimo pancer, Kadangingsun kang katon lan kang ora katon,
Konsep Kakang Kawah Adi Ari-Ari
Plasenta pasca kelahiran anak dalam bahasa Jawa disebut sebagai “ari-ari". Sejarawan Zoetmulder mencatat jika kata tersebut sudah ada dalam Bahasa Jawa Kuna dan Jawa Tengahan, yang secara harfiah berarti : adik laki- laki atau perempuan, atau Sebagai sapaan bagi kerabat yang lebih jauh atau bahkan orang-orang yang bukan kerabat.
Ari-ari atau plasenta adalah suatu organ dalam kandungan pada masa kehamilan yang sudah disebutkan dalam pustaka kuno :
Brahmandapurana (31, 130), kakawin Ramayana (2.51), dan dalam kitab susastra gancaran Tantu Panggelaran (80).
Mengapa plasenta disebut ari-ari ?
Saat proses kelahiran plasenta keluar dari rahim setelah lahirnya bayi, sehingga dipahami sebagai adik yang "lebih muda usia', dan karenanya digunakan kata sapaan "ari" atau "adi".
Ari-ari berbeda dengan ketuban yang dalam bahasa Jawa disebut "kawah". Ketuban keluar lebih awal dari bayi, sehingga kata sapaannya adalah "kakang (kakak)".
Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat semacam relasi paseduluran antara ketuban (kawah), bayi, dan plasenta (ari-ari) pada sebutan "kakang kawah adi ari-ari".
Hubungan persaudaraan antara bayi dengan ari-ari juga tercermin pada anggapan masyarakat Jawa bahwasanya ari- ari adalah "saudara kembar" si jabang bayi.
Selain itu, masyarakat Jawa percaya jika ada hubungan "gaib" antara jabang bayi dengan ari-arinya. Relasi keduanya dapat dijumpai pada sebutan "butur (yang mene- mani)" ari-ari, yang kemudian memunculkan keyakinan sebagai "bature bayi".
Relasi Manusia dengan Ari-Arinya.
Hubungan antara seorang individu atau manusia dengan plasentanya tidak serta-merta berakhir pada momen kelahiran. Ketuban (kawah) yang mendahului dan plasenta (ari-ari) yang mengikuti kelahiran nanti dipandang sebagai saudara atau “sedulur" dari bayi atau seseorang manakala dewasa.
Dengan demikian, "kakang kawah adi ari-ari" menegaskan relasi "paseduluran’ atau persaudaraan. Relasi kekeluargaan diantaranya yang berlangsung panjang tercatat dalam Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu yang oleh penganut kepercayaan Jawa dipercayai sebagai ciptaan Kanjeng Sunan Kalijaga.
Kidung tersebut pada bait 41 dan 42 tersurat "Sedulur Papat Kelimo Pancer" yang memuat petunjuk tentang saudara manusia yang merawat dengan hati-hati dan memelihara berdasarkan kekuasaannya.
Kemudian wujud ketuban (kawah) sebagai kakak (kakang) adalah penjaga badan sesuai kehendak dengan kuasanya. Lalu "adik" berwujud ari-ari memayungi perilaku berdasar arahannya.
Ketiga ada darah (getih), yang siang dan malam membantu Sang Pencipta mewujudkan kehendak-Nya. Selanjutnya ada pusar kekuasaan adalah memberikan perhatian dengan kesungguhan untuk memenuhi permintaan yang bersangkutan. Keempat saudara tersebut (kawah, ari- ari, darah, dan pusar) menyatu diri atau “mancer” dan menjadi yang kelima yang disebut sebagai “manunggal”.
Sedulur Papat Kalima Pancer, dengan demikian memiliki makna spiritual yang mendalam yang terdiri dari lima elemen dasar yang berkenaan dengan kelahiran seorang.
Manusia lahir tidak lepas dari empat duplikasi yang menyertai. Duplikasi itu yang kemudian dimaknai sebagai "sedulur” atau saudara tidak kasat mata.
Keempat saudara tersebut terdiri atas kawah (watman), ari-ari (wahman), darah (rahman), dan puser (ariman).
Imajier Nuswantoro