JENANG SENGKOLO
Jenang Sengkolo atau lebih dikenal dengan jenang abang atau jenang abang putih atau jenang retha ini merupakan sajian wajib yang dinilai dan dipercayai oleh masyarakat Jawa sebagai bentuk pengejawantahan kesungguhan doa bagi pemilik hajat.
Pelaksanaan hajat pun bervariasi salah satunya yang sering menggunakan Jenang Sengkolo adalah tingkeban, selamatan memperingati kelahiran bayi. Di mana dinilai sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan sekaligus pengharapan agar si bayi yang baru saja dilahirkan diberikan keselamatan.
Panamaan Jenang Sengkolo pun terbilang unik, pasalnya nama Jenang dalam bahasa Jawa diartikan sebagai bubur. Sengkolo berasal dari kata morwakala yang berarti menghilangkan balak. Dengan demikian, Jenang Sengkolo diartikan sebagai satu kesatuan yang melambangkan komponen-komponen dalam kehidupan seseorang baik itu antar sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya.
Versi lain, ada yang mengartikan bahwa Jenang Sengkolo merupakan lambang kesederhanaan dalam kehidupan seseorang. Bahkan ada yang mengatakan jikalau Jenang Sengkolo sebenarnya melambangkan asal muasal seorang manusia. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan warna Jenang Sengkolo sendiri.
Warna dari Jenang Sengkolo berwarna merah sebagaimana yang telah disebutkan. Warna merah pada Jenang Sengkolo berasal dari bahan dasar gula merah tebu atau gula Jawa tebu. Warna merah pada Jenang Sengkolo dimaknai sebagai indung telur dari seorang wanita, bentuk pengejawantahan dari sosok ibu sebagai dimulainya kehidupan seorang manusia.
Sementara warna dari jenang putih yang berasal dari bahan dasar beras dan santan kelapa. Warna putih pada Jenang Sengkolo dimaknai sebagai wujud penghormatan pada seorang ayah yang melambangkan sebagai simbol sperma laki-laki.
Imajier Nuswantoro