Silsilah KRT Mangkuyudo Versi KRT. Yudodiprojo
Menurut sumber buku Babad Kedhu Ketitang yang disusun oleh KRT. Yudodiprojo, menceritakan silsilah Mangkuyudo sebagai berikut:
Putra Prabu Brawijaya V (Pamungkas) yang ke-30 yang bernama Joko Antar/Radyan Harya Suwongso yang bergelar Panembahan Tinembah setelah beragama Islam (Jaman kerajaan Demak) berguru pada Pangeran Pujonggo. Joko Antar memiliki 2 anak yaitu Wongsogati/Kyai Ageng Sleseh di Gunung Tumpeng Kedhu kemudian pindah ke Demak berganti nama menjadi Ki Ageng Samak dan Nyai Ageng Sela Manik menikah dengan Pangeran Makdum Jamil di Wiratha Panalungan.
Ki Ageng Samak/Wongsogati/Kyai Ageng Sleseh memiliki seorang putra bernama Kyai Citrogati/Panembahan Sareseh di Liyangan (wilayah Kabupaten Temanggung sekarang). Menikahi adik pamannya (Pangeran Makdum Jamil) berputra Kyai Morogati/Kyai Ageng Sela Manik II dan menikahi putra Ki Ageng Bodho I dari Sekruwe Kedhu Siwur berputra Kyai Somogati/Ki Ageng Kalinongko (di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung).
Kyai Ageng Sela Manik II/Morogati memiliki anak perempuan yang dinikahi Ki Ageng Karotangan dari Pager Gunung mendapatkan putra bernama Ki Ageng Manguneng I. Ki Ageng Manguneng I memiliki putra Ki Ageng Manguneng II. Ki Ageng Manguneng II berputra Ki Ageng Muneng (dimakamkan di Desa Muneng, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung). Ki Ageng Muneng berputra 2 orang, yaitu Kyai Proyogati dan Kyai Banten.
Kyai Proyogati berputra Kyai Wongsocitro.
Pada Masa Pemerintahan Amangkurat Amral, Wongsocitro diberi gelar Raden Tumenggung Mangkuyudo I kemudian meninggal di dekat benteng Kediri bersamaan dengan Dermoyudo III saat menyerang benteng Trunojoyo (sampyuh). Kemudian jenazah Mangkuyudo I dimakamkan di Astana Pekuncen Desa Ketitang (Sumber: Sejarah Kedhu Ketitang, KRT. Yudodiprojo).
Dalam Babad Tanah Jawi in Proza (J. J. Meinsma, 1874), diceritakan, saat itu Kedhu sangat tidak aman saat Mataram dikuasai pasukan Trunojoyo. Ketika dipengasingan (Tegal), Sunan Amangkurat II (Amral) memerintahkan Raden Nerangkusuma untuk mencari informasi tentang Mataram lewat Pagelen (sekarang Purworejo dan sekitarnya) ataupun Kedhu (Temanggung dan sekitarnya).
Banyak orang yang kemudian takluk ingin mengabdi kepadanya, termasuk Wongsocitra/Wongsacitra dan kedua anaknya (Ki Lembu dan Ki Buwang) yang memiliki banyak pasukan. Oleh Raden Nerangkusuma kemudian diterima dan ditugaskan mengumpulkan dan memimpin tenaga dari wilayah Kedhu. Kemudian, Ki Wongsacitra diangkat menjadi Tumenggung Mangkuyudo.
Diceritakan, saat menyerbu benteng terakhir Trunojoyo di Kedhiri Mangkuyudo Kedhu atau ki Wongsacitra mampu mengalahkan Tumenggung Mangkuyudo sampang dan Dhandang Wacana, kemudian menjebol pintu gerbang benteng, namun dicegat Darmayuda dan kemudian sama-sama tewas (sampyuh) saat bertempur didepan gerbang tersebut (1677). Setelah Trunojoyo dibunuh, Ki Lembu diangkat menjadi bupati Kedhu dengan nama Tumenggung Mangkuyudo II dan adiknya Ki Buwang diangkat menjadi wakilnya dengan nama Tumenggung Notoyudo.
Berikut foto dokumentasi sekitar makam KRT Mangkuyudo :
Sumber referensi :
https://www.facebook.com/100070308814886/posts/pfbid0g4v4w41XbxCkYykjNtnM86D242mzJUNNyvDW3ZzJgRRvT3gHzBEd3ncy78TfBa5Ql/?app=fbl