SERAT KRIDHAMAYA
Serat Kridhamaya berisi 8 pupuh tembang yang berisi tentang berbakti kepada Tuhan melalui rasa, cipta, jiwa, dan diri serta sopan-santun, cita-cita, pahala, dan kedudukan manusia sebagai makhluk hidup.
Kajian Kridhamaya (7:14-15): Panutup
Pupuh 7, bait 14-15, Maskumambang (12i, 6a, 8i, 8a), Serat Kridhamaya karya R. Ng. Ranggawarsita dari Surakarta Adiningrat.
Pangiketing pustakeku, nuju ari isnen Legi, ping telulikur tanggalnya, ing wulan jumadilakir, taun Dal mangsa kasapta, windu sangara kang wajib.
Angka sewu wolungatus seket gangsal angleresi, wanci jam sedasa enjing, nenggih sengkalaning warsi, tata wingnya ngesthi tunggal, punika minangka pepeling.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Penulisan serat ini, kalau hari Senin Legi, tanggal dua puluh tiga, di bulan Jumadilakir, tahun Dal mangsa ketujuh, windu Sangara yang wajib.
Angka seribu delapan ratus lima puluh lima bertepatan, waktu jam sepuluh pagi, yakni ditandai dengan sengkalan tahun, tata wignya ngesthi tunggal (1855), ini sebagai pengingat.
Kajian per kata :
Pangiketing (Penulisan) pustakeku (serat ini), nuju (kala) ari (hari) isnen (Senin) Legi (Legi), ping telulikur (keduapuluh tiga) tanggalnya (tanggalnya), ing (di) wulan (bulan) jumadilakir (Jumadilakir), taun (tahun) Dal (Dal) mangsa (mangsa) kasapta (ketujuh), windu (windu) sangara (sangara) kang (yang) wajib (wajib). Penulisan serat ini, kalau hari Senin Legi, tanggal dua puluh tiga, di bulan Jumadilakir, tahun Dal mangsa ketujuh, windu Sangara yang wajib.
Penulisan serat ini selesai pada hari Senin Legi, tanggal 23 Jumadilakir, tahun Dal, mangsa ketujuh, windu Sangara.
Angka (angka) sewu (seribu) wolungatus (delapan ratus) seket (lima puluh) gangsal (lima) angleresi (bertepatan), wanci (waktu) jam (jam) sedasa (sepuluh) enjing (pagi), nenggih (yakni) sengkalaning (sengkalan dalam) warsi (tahun), tata (tata) wingnya (pengetahuan) ngesthi (mengingat) tunggal (yang Satu), punika (ini) minangka (sebagai) pepeling (pengingat). Angka seribu delapan ratus lima puluh lima bertepatan, waktu jam sepuluh pagi, yakni ditandai dengan sengkalan tahun, tata wignya ngesthi tunggal (1855), ini sebagai pengingat.
Bertepatan dengan tahun 1855 AJ, pada waktu jam 10 pagi. Sebagai penanda sang penulis memberi sengkalan tahun: tata wignya ngesthi tunggal yang artinya: menata pengetahuan untuk mengingat yang Tunggal. Kalimat itu juga mengandung angka tahun 1855 AJ.
Catatan :
Jadi penulisan serat ini: 23 Jumadilakir 1855 AJ, jika dikonversi ke tahun Masehi bertepatan dengan: 19 Januari 1925 AD. Maka dipastikan serat ini bukan ditulis oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita karena pada tahun tersebut beliau telah meninggal. Ada kemungkinan bahwa angka tahun itu merupakan tahun diterbitkannya Serat Kridhamaya ini dalam bentuk buku cetak. Karena ada versi cetak dari serat ini, yakni terbitan Drukkerij “CENTRAAL”, Solo, 1925. Dengan demikian dua bait penutup merupakan tambahan dari penyalin serat aslinya. Wallahu a’lam. Pengkaji belum meneliti secara khusus masalah ini. Namun yang umum diketahui bahwa serat Kridhamaya merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita.
Wassalam.
Imajiner Nuswantoro
Berikut di bawah ini penulis Imajiner Nuswantoro ingin menyajikan tentang tulisan artikel 2 (dua) pdf yaitu Kajian Sastra Klasik Serat Kridhamaya dan Serat Kridhamaya (Tulisan Imajiner Nuswantoro)
:
Kajian Sastra Klasik Serat Kridhamaya