R.H. HAMZAH HADIWIDJAJA
Eyang H R Hambyah Hadiwijaya (Pelas Pesing) bin Kh Moesthoalim / RM Imam Soebroto / R Wirjosentono Ngadiluwih, sumare wonten makam masjid Jami' Daarul Jalaal Ngadiluwih.
Saking garwo R Nganten Moetar (Moetardiati), saking Ngadirejo Kediri, dipun sarehaken (wonten ingkang wastani setono Botoputih) ing makam Ngadirejo Jl. Imam Bonjol Kediri (garwo 1)
Nurunaken 12 putro/putri :
1) R Soewoso Muhasidiq (kota Kediri jl. Airlangga dekat kantor Bumiputera),
2) R Soecipto Hadiwidjaja (Meninggal sebagai pahlawan kusuma bangsa di Ambarawa melawan penjajah),
3) R Soepraptoyo (pengajar / staff UGM/jl. Baciro Jogja),
4) R. Soesigit Hadiwidjaja (Surabaya),
5) R Moetojo Hadiwidjaja (Petemon Surabaya),
6) R Soebekti (Wates Kediri),
7) R Kodrat Samadikoen Al. Sjajid sumeh (Bendo-Pare),
8) R Sotrisno Dandung (Kandat Kediri),
9) Rr Miko / Sujatmikowati (Madiun),
9) R Soeyanto/Soeyadi (Pare) /kembar dampit
10) Rr Suryati (Pakunden Blitar) /kembar Dampit.
11) Rr Moertati (Banyumas)
Saking garwo Hj. Dewi saking Mojo / Sambi / Ngadiluwih (garwo 2) nurunaken 3 putro.
1) Kh. Saefudin Zuhri (Ngadiluwih)
2) H. Pras (Keras)
3) Kh. Zaenal Matfakir (Selomanen)
Otobiografi R.H. Hamzah Hadiwidjaja
Menurut cerita dari putra-putri beliau kami rangkum dalam beberapa cerita-cerita menarik selama masih hidupnya R.H. Hamzah Hadiwidjaja.
R.H. Hamzah Hadiwidjaja (lahir ?, wafat sekitar tahun 1967/1968), dalam usia 90an tahun.
R. Hadiwidjaja kesehariannya menggunakan pakaian Jawa (beskap dan jarik juga keris/ sengkelat selalu tidak pernah ketinggalan, dengan rambut panjang di gelung memakai blangkon.
1. R.H. Hamzah Hadiwidjaja adalah putra tunggal dari KH. Moesthoalim
2. Beliau pernah menempuh pendidikan pondok pesantren di Tebuireng Jombang
3. Pengalaman beliau pernah menjadi waker / pengawas pabrik gula di karesidenan Kediri.
4. Beliau pernah menjadi mantri pasar era jaman kolonial antara lain di :
- Pasar Pelas Keras
- Pasar Toengloer Paree
- Pasar Ngringging
5. Hobby beliau senang seni melukis.
6. Hobby yang lain adalah memelihara dan memikat (Jawa : njodog/mikat/pulut) burung perkutut
7. Beliau juga seorang ahli obat tradisional.
8. Beliau juga seorang pendekar ahli pecak silat.
9. Selain itu beliau juga ahli tirakat.
10. Kesenangan memelihara kuda, selain untuk alat transportasi juga hobby memelihara kuda.
11. Beliau juga tidak meninggalkan budaya Jawa mulai hari, weton, pindah, omah-onah, laku hingga thetek bengek tentang Jawa dan Kejawen termasuk seni kebudayaan gamelan Jawa.
11. Beliau pernah tinggal di belakang pasar Paing Kota Kediri. Memang istri pertamanya berasal dari Ngadirejo kota Kediri seorang putri ningrat Wedono.
12. Beliaulah yang memindahkan makam leluhur Nyai Sedah Mirah dari sekitar pasar Paing dipindah di dekat perempatan (sekarang Retjo Pethung) pasar Setono Betek kota Kediri. Jarak pemindahan ke arah barat kurang lebih 1 km.
Cerita pendekar :
1. Pada waktu menjadi waker pengawas pabrik gula (ada yang bilang sinder tebu) di karesidenan Kediri, beliau membawa uang dari pabrik untuk dibagikan kepada tuan tanah. Didalam perjalanan tersebut beliau akan dirampok oleh gerombolan penjahat. Dengan gagah beraninya R. Hadiwidjaja mengendarai blendi (kereta kecil yang di tarik seekor kuda). Situasi saat itu masih gung lewang-lewung (sepi jauh dari rumah penduduk). Dengan senjata pecut dan dugang (kayu untuk menyandat kereta waktu berhenti), di tengah perjalanan sempat dipukul-pukulkan ke gerombolan perampok. Sambil membunyikan bell kereta blendi yang bunyinya : kling klong....kling klong....kling klong terus hingga masuk di perkampungan.
Alhasil kereta blendi masuk di perkampungan akhirnya tidak jadi di rampok.
2. Diceritakan pada waktu itu di sekitar karesidenan Kediri khususnya di Pelas dan sekitarnya banyak China Mindring (migran dari pasukan Tiongkok yang perahunya banyak bersandar di sungai Brantas. Diatas telah dipaparkan bahwa beliau hobby melukis. Pada saat melukis di ruang joglo (sekarang ruang tamu) tampak kanvas ukuran sedang dengan lukisan belum selesai. Biasa seniman nyambi kegiatan lain jika senggang melanjutkan hobby lukisannya.
Pada suatu hari ada beberapa China Mindring menghampiri dalemnya (rumahnya), di mungkinkan bahwa banyak China Mindring menemui R Hadiwidjaja karena ingin kulak gula langsung dari orangnya pabrik. Pasti harga agak murah.
Kembali ke lukisan, di ruang joglo depan di Pelas Kediri ada lukisan belum selesai, dan beberapa orang China Mindring ndayoh, namun R Hadiwidjaja sedang ada kegiatan lain. Didalam menunggu di dalem rumah R Hadiwidjaja itu China Mindring ikut melukis (corat-coret) lukisan di kanvas (kain kuno/blaco).
Datanglah R Hadiwidjaja dengan nada marah kepada China Mindring hingga terjadi perkelahian antara pencak silat dan kungfu China Mindring. Ada yang bilang China Mindring dicathut pupunya, karena kurang ajarnya itu. Lukisan bukannya baik tapi rusak, maklum kain pada waktu itu langka dan mahal. Alhasil China Mindring berlarian tunggang langgang.
Namun beberapa jam berikutnya membawa teman-temannya China Mindring dengan kata lain tidak terima temannya dikalahkan. Yang datang lebih banyak semua ahli-ahli kungfu China Mindring.
Dalam perkelahian tersebut R Hadiwidjaja di keroyok 10-15 orang China Mindring.
R Hadiwidjaja disinyalir mempunyai ilmu kanuragan digdaya (wong kuno).
Dengan melompat ke kanan ke kiri bagaikan selembar kapuk, sambil memutar-mutarkan sepeda dengan pegangan pengayuh sepeda. Alhasil gerombolan China Mindring lari semua kalah ilmunya wong Jawa.
3. Cerita kanuragan digdaya lain. Salah satu putranya R. Kodrat Samadikoen dalam ceritanya menuturkan bahwa Kodrat disuruh menaiki sepeda untuk ketemu di suatu tempat. Anehnya R Hadiwidjaja sudah nyampek duluan. Menurut cerita R Hadiwidjaja mempunyai kesaktian ngelmu Seipi angin (ilmu dengan sekejap mata sudah di tepat yang di tuju).
4. Cerita nyata pernah di alami putranya yang bernama Kodrat. Pada perang agresi salah satu putranya adalah pejuang pemuda (ketua pemuda). Di dalam perjalanan gerilya kartu pejuang pemuda jatuh dan disampaikan ke pihak Belanda kolonial, mengapa bisa nyampek ke tangan Belanda kolonial, pada waktu itu banyak sekali yang disebut LONDO GODHONG maknanya orang-orang pengkhianat seolah-olah berjuang untuk merdeka namun orang-orang Londo Godhong berkhianat membela Belanda kolonial.
Didalam perjalanan tersebut Kodrat menjadi gokek-gokekan Walanda.
Akhirnya ke cekel dan di bawa ke penjara terkeras pada waktu itu Kalisosok Surabaya. Dalam beberapa hari di penjara tiba-tiba (kesaktian R Hadiwidjaja), muncul dan mengajak keluar dari deruji penjara tanpa ada rintangan sama sekali.
Dalam ceritanya Kodrat Samadikoen masih hidup kejadian tersebut terjadi 2 kali. Karena Allah SWT Maha Pemurah si Kodrat masih diparingi hidup hingga bisa menikmati masa pensiun.
Foto : R. H. Kodrat Samadikoen & Rr. Hj. Moeljo Soelistyowati
Imajiner Nuswantoro