Sejarah Kapitayan, Agama Orang Jawa Terdahulu, Punya Sembahyang Syariat Menyembah Tuhan Mirip Salat dan Otobiografi Kyai Agus Sunyoto
Sebelum agama lain menyebar, mayoritas orang Jawa di masa lampau memeluk agama Kapitayan dengan sesembahan Tuhan bernama Sang Hyang Taya.
Menurut budayawan Agus Sunyoto mendiang Ketua Lesbumi PBNU ini, adapun pimpinan agama Kapitayan ini adalah Danyang Semar. Sementara karena tidak mengetahui namanya, orang Belanda menyebut kapitayan ini sebagai kepercayaan animisme dan atau dinamisme.
Taya sendiri berarti kosong, suwung hampa sehingga disimbolkan dengan kekosongan.
Menjelang zaman megalitik, para penganut kapitayan membuat tempat ibadah bernama sanggar.
"Sanggar ini bentuknya kotak tapi tengah ruangan kosong," katanya.
Dijelaskan penulis buku Atlas Walisongo ini, Islam telah ada jauh yaitu mulai jaman Kerajaan Singosari sekitar tahun 1405. Di pantai utara Jawa juga banyak orang-orang Cina beragama Islam sebagaimana catatan dari Ma Hua, juru tulis dari Cheng Ho yang pernah singgah di Pantai Utara Jawa yaitu Gresik Surabaya.
Selain itu ada juga golongan orang Timur Tengah, Arab, Persia muslim. Sedangkan menurut Ma Hua, penduduk pribumi Jawa terlihat beribadah menghadap gua ke pohon-pohon.
Dalam berdakwahpun wali songo termasuk Sunan Bonang saat berdakwah di Kediri melihat kalau penduduk sudah menyembah atau beribadah dengan nama sembahyang.
"Sembahyang itu terdiri dari empat gerakan tulajeg Tungkul Tandem. Gerakannya itu namanya sembahyang kehidupan sehari-hari,".
Tulajeg itu mirip sedekap, tungkul seperti ruku dan tandem seperti sujud.
Selain itu penduduk pribumi juga melakukan Poso pitung yaitu hari kedua dan hari kelima 2 tambah 5 menjadi 7.
Diantara penduduk pribumi ini juga telah ada terbagi menjadi golongan penengen (kanan) dan golongan pangiwo (kiri) sebagaimana aturan haram halal dalam Islam.
Jadi menurut Agus Sunyoto, orang Jawa di masa lampau itu sejatinya telah mempunyai kepercayaan semacam tauhid, tetapi belum mengenal Al Quran dan Syahadat.
Dari sinilah kemudian para wali penyebar Islam menggunakan strategi budaya untuk berdakwah antara lain membangun Masjid Demak dan membuat aneka budaya sehingga setelah mereka berkumpul maka diadakanlah persyahadatan massal.
"Dua kalimat upacara pembacaan dua kalimat imam masjid Demak itu dilaksanakan pada saat Maulid dan Muharram itu kemudian wali-wali Kapan masyarakat penduduk desa karena semua penduduk desa semuanya latarnya ngajak dakwah dengan cara seperti itu akhirnya," tandasnya.
Dengan pendekatan budaya inilah penyebaran Islam oleh Wali Songo selama 40 tahun berhasil menyebar merata di Pulau Jawa.
Otobiografi Agus Sunyoto
(Penulis dan sejarawan Indonesia)
Drs. K.H. Ng. Agus Sunyoto, M.Pd. (21 Agustus 1959 – 27 April 2021) adalah seorang penulis, sejarawan, dan salah satu tokoh Nahdlatul 'Ulama. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku Atlas Wali Songo yang mengisahkan penyebaran agama Islam di Nusantara yang tokoh-tokohnya nyata atau tidak sekadar dongeng. Buku tersebut telah dinobatkan sebagai buku nonfiksi terbaik pada 2014.
Pendidikan
Pendidikan formal ia dapatkan dari SMAN IX Surabaya, kemudian dilanjutkan di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya) lulus pada 1985. Ia melanjutkan program magister di jurusan Pendidikan Luar Sekolah IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang) lulus pada 1989.
Sedangkan pendidikan non formal ia dapatkan dari berbagai guru dan pesantren, seperti Pesantren Nurul Haq Peneleh Surabaya (KH. Ghufron Arif); Kampung Gundih (KH. M. Sulchan); Ngelom Sidoarjo (KH. Abu Hasan Hamzah); Demak Jawa Tengah (KH. Ali Rahmatullah); dan lain-lain.
Karya
Karya-karyanya yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku adalah :
Atlas Wali Songo (2012)
Gajah Mada (2019)
Resolusi Jihad
Pesona Wisata Kabupaten Malang (2001)
Wisata Sejarah Kabupaten Malang (1999)
Darul Arqam: Gerakan Mesianik Melayu (1996)
Banser Berjihad Melawan PKI (1995)
Sunan Ampel: Taktik dan Strategi Dakwah Islam di Jawa (1990)
Suluk Abdul Jalil: Perjalanan Ruhani Syeh Siti Jenar, buku 1 dan 2 (2003)
dan lain-lain :
Karya-karya fiksinya banyak dipublikasikan dalam bentuk cerita bersambung, antara lain di Jawa Pos: Anak-Anak Tuhan (1985); Orang-Orang Bawah Tanah (1985); Ki Ageng Badar Wonosobo (1986); Khatra (1987); Hizbul Khofi (1987); Khatraat (1987); Gembong Kertapati (1988); dan-lain
Khususipun dumateng Kyai Agus Sunyoto Al Fatihah