HIKAYAT TAJUL MULUK DAN NASKAH ASLINYA
RINGKASAN
HIKAYAT TAJUL MULUK JILID I
Raja
Zainul Muluk dari negari Syarikatan mempunyai empat orang putra. Sesudah kawin
lagi dengan putri Kande Lilan baginda mendapat seorang putra lagi dan diberi
nama Tajul Muluk. Menurut ahli nujum, Tajul Muluk akan menjadi seorang raja
besar, tetapi baginda sendiri akan menjadi buta bila melihat anaknya itu. Sebab
itulah baginda membuang Tajul Muluk yang masih bayi itu ke dalam hutan bersama
ibunya Kande Lilan.
Pada
suatu hari ketika Zainul Muluk sedang berburu, secara kebetulan melihat
anaknya. Baginda tidak mengenal anaknya yang sudah berusia tujuh tahun itu.
Pada saat itulah mata baginda buta. Tajul Muluk dituduh mencelakakan mata raja.
Ia ditangkap lalu dibuang ke dalam jurang. Menurut ahli nujum obat mata baginda
ialah bunga Meungkawali. Keempat putranya disuruh mencari bunga mujarab itu dan
barangsiapa yang berhasil akan diangkat menjadi raja menggantikan baginda.
Dalam perjalanan mencari bunga Meungkawali mereka bertemu dengan Tajul Muluk
yang ternyata masih hidup meskipun sudah dibuang ke dalam jurang. Mereka tidak
mengetahui bahwa Tajul Muluk adalah adik mereka sendiri.
Tajul
Muluk turut serta mencari bunga obat mata ayahnya. Ketika sampai di negeri Buni
Yaman keempat bersaudara itu dipenjarakan oleh Ratu Janu Hati akibat kalah main
catur. Dalam permainan berikutnya Tajul Muluk dapat mengalahkan Janu Hati
sehingga ia diangkat menjadi raja negeri Buni Yaman sesuai dengan taruhan yang
sudah disepakati. Janu Hati menjadi permaisurinya dan keempat saudaranya
dibebaskan. Tatapi Tajul Muluk bersumpah tidak akan mendekati istrinya sebelum
ia menemukan obat mata ayahnya. Dengan bantuan Janu Hati akhirnya Tajul Muluk
sampai di negeri Peulinggoe Pura yang diperintah oleh raja Muzafasyah yaitu
ayah putri Meungkawali.
Dalam
usaha mendapatkan bunga sakti itu Tajul Muluk harus kawin dengan putri Mahmuda
yaitu anak ratu Hamilah yang bertanggung jawab atas bunga Meungkawali. Dengan
susah payah akhirnya Tajul Muluk dapat memasuki mahligai putri Meungkawali dan
memetik bunganya yang disebut bunga Meungkawali. Sesudah agak lama Tajul Muluk
tinggal bersama putri Mahmuda ia teringat akan nasib ayahnya yang dalam keadaan
buta itu.
Dengan
menunggang seekor kuda terbang bersama Mahmuda ia menuju negeri Syarikatan.
Mereka singgah di Buni Yaman. Kemudian melanjutkan perjalanan bersama keempat
saudaranya. Sebelum sampai di Syarikatan bunga Meungkawali dirampas oleh
Hamidasyah yaitu abang Tajul muluk yang tertua dan ia sendiri dipukul dengan
batu sampai pingsan. Disangkanya Tajul Muluk sudah mati. Bersama ketiga orang
adiknya Hamidasyah melanjutkan perjalanan hingga sampai di istana orang tuanya.
Baginda
Zainul Muluk segera diobati dengan bunga Meungkawali sampai sembuh. Dengan
bantuan ratu Hamilah Tajul Muluk sembuh kembali dan dipertemukan dengan kedua
isterinya. Ia diterbangkan ke Syarikatan. Di suatu tempat agak jauh dari istana
ayahnya, ia tinggal di sebuah istana yang dibangun oleh Dewi Hamilah. Dalam
waktu singkat banyak penduduk datang bermukim di sekitar istana Tajul Muluk.
Adapun putri Meungkawali tatkala terbangun dari tidurnya heran melihat bunganya
sudah hilang berikut cincinnya. Ia pergi mencarinya. Di negeri Syarikatan,
Meungkawali menyamar sebagai penjaga kuda raja.
Pada
suatu hari raja Zainul Muluk berkunjung ke istana Tajul Muluk bersama keempat
orang putranya. Ikut pula penjaga kudanya, Meungkawali. Dalam pertemuan itulah,
atas keterangan Janu Hati berbuka rahasia bahwa sebenarnya yang menemukan bunga
Meungkawali adalah Tajul Muluk. Dalam kesempatan itu pula Meungkawali bertemu
dengan Tajul Muluk dan jatuh hati kepadanya. Tajul Mulukpun kagum melihat
kecantikan Meungkawali. Tetapi Meungkawali segera terbang ke negerinya. Di sana
ia memarahi Dewi Hamilah yang telah membantu Tajul Muluk memetik bunganya.
Hamilah mengatakan bahwa ia sengaja memberi jalan kepada Tajul Muluk supaya ia
jatuh cinta kepadanya.
RINGKASAN
HIKAYAT TAJUL MULUK JILID II
Selang
berapa lama kemudian Tajul Muluk pulang ke negeri orang tuanya bersama Putri
Meungkawali. Kande Lilan amat terharu menerima kedatangan putranya yang
disangkanya sudah tidak ada lagi. Demikian pula Janu Hati dan Mahmuda. Beberapa
waktu kemudian, perdana menteri negeri Syarikatan bernama Bahrum mempersunting
Putri Ruhul Afda menjadi istrinya.
Raja
Budiu Indra dari negeri Beureuma Sakti pada suatu ketika dapat menaklukkan
negeri Peulinggoe Pura, dan pada suatu kesempatan ia dapat menculik Putri
Meungkawali. Karena mengetahui Tajul Muluk mengikuti Meungkawali, Raja Budiu
amat murka. Tajul Muluk dilempar jauh-jauh dan Meungkawali disihir menjadi
patung setengah batu dan setengah manusia.
Di negeri Kasab, Tajul Muluk berkenalan dengan Putri Lidan Bumi yang kemudian menjadi istrinya, dan diangkat pula sebagai raja negeri itu menggantikan Geunta Ali. Dalam mencari Meungkawali Tajul Muluk dibantu oleh Hantu Hitam. Di negeri Iram Dami, Tajul Muluk bertemu dengan Putri Cahya Mala. Putri itu jatuh cinta kepadanya dan sesudah mengalahkan Dewa Sakti, Tajul Muluk menikah dengannya serta diangkat pula menjadi raja Iram’Dami menggantikan Raja Beureuman Kayuti.
Dalam usaha mencari Meungkawali selanjutnya, Tajul Muluk bertemu dengan anak Raja Budiu Indra bernama Dhien Peuduka. Putri ini sangat mencintai Tajul Muluk yang menyebabkan ayahnya amat murka. Tajul Muluk dapat mengalahkan pasukan Budiu Indra dan Dhien Peuduka menjadi istrinya. Akhirnya dengan bantuan Beureuman Kayuti, Putri Meungkawali diketemukan dan berkat ilmu saktinya putri itu kembali lagi seperti sediakala. Dengan membawa empat orang putri yaitu Meungkawali, Dhien Peuduka, Cahya Mala, dan Lidam Bumi, tak lama kemudian Tajul Muluk sampai di Syarikatan. Di sana mereka disambut dengan meriah oleh keluarga istana termasuk Putri Janu Hati dan Mahmuda.
Semua putri menyembah Lilan Kande dan Baginda Raja Zainul Muluk. Keempat orang putri masing-masing Cahya Mala, Lidam Bumi, Janu Hati, dan Mahmuda kemudian dinikahkan oleh Tajul Muluk dengan keempat saudaranya. la hanya memiliki Meungkawali dan Dhien Peuduka. Tiada berapa lama kemudian Meungkawali melahirkan seorang putra dan diberi nama Syamsul Kamar.
Tersebutlah seorang raja dari negeri Cina bernama Mureh. Pada suatu malam ia bermimpi mendapat setangkai bunga. Menurut ahli nujum raja akan mendapat seorang putri bernama Meungkawali. Tetapi putri itu akan direbut kembali oleh suaminya yang sakti bernama Tajul Muluk. Dengan armadanya yang besar raja Cina berangkat menuju Syarikatan. Sampai di sana balatentara Cina mendapat perlawanan hebat dari Tajul Muluk. Pertempuran seru terjadi. Tajul Muluk dibantu oleh pasukan sakti Muzafasyah dan raja-raja lain.
Dalam peperangan itu adik raja Cina bernama Eumpieng Beusoe tewas. Dengan ilmu saktinya panglima perang Cina bernama Beureuman Dewi dapat menawan Tajul Muluk bersama Meungkawali. Mereka dibawa ke negeri Cina. Syamsul Kamar mengikuti ayahnya ke negeri Cina, ia bersama panglima-panglima perang lainnya. Pasukan Cina dibuat tidak berdaya. Raja Cina terbunuh dalam peperangan itu. Negerinya ditaklukkan dan Beureuman Kayuti menggantikannya sebagai raja.
Sesudah semuanya selesai barulah Tajul Muluk, bersama Meungkawali beserta sejumlah pengikutnya pulang ke Syarikatan. Di sana mereka hidup dalam keadaan damai. Tiada berapa lama kemudian Syamsul Kamar menggantikan ayahnya sebagai raja negeri Syarikatan.
NASKAH ASLI HIKAYAT TAJUL MULUK