SEMAR NGEJAWANTAH MBABAR JATI DIRI
(Semar ngejowantah mbabar jati diri : ojo dumeh, eling lan waspodo, elingo kajatene urip, waspodo lakune urip lan tansah biso'o ndherek hamemayu hayuning bawono).
Semar Ngejowantah Mbabar Jati Diri.
Nggoleki bebener sing sejati lan ngungkapake sapa sejatine jati diri minangka bagean sing paling penting ing perjalanan paraga manungsa. Manawa mung majukake pola pikir tanpa diimbangi karo rasa (hati nurani) bakal gampang kejebak ing jaring khayalan donya saka makna ciyut. Ngrumat urip mulya kanthi kerep nglestarekake dharma kabecikan lan melu njaga lan ngreksa sumber daya sing penting, lumaku kanthi guru sejati sing bakal nuntun manungsa minangka Nur Cahyo Mulyo, maca alam semesta kanthi sakabehe supaya bisa mlaku kanthi bener. dalaning urip tumuju kasampurnan pribadi, rukun lan guyub rukun karo sakabehing ciptane Gusti lan alam lingkungan (alam semesta) dadi titah kang mulya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Semar Ngejowantah Mbabar Jati Diri.
Mencari kebenaran sejati dan mengungkap siapa jatidiri sesungguhnya menjadi bagian terpenting perjalanan sosok manusia. Bila hanya mengedepankan pola pikir tanpa diimbangi dengan olah rasa (hati nurani) akan mudah terjebak dalam jerat ilusi dunia dari pemaknaan sempit.
Rawatlah kehidupan yang agung dengan kerap menyuburkan dharma kebaikan dan ikut menjaga serta melestarikan sumber daya hakiki, berjalan dengan guru sejati yang kan menuntun manusia sebagai Nur Cahyo Mulyo, membaca sifat jagad raya seisinya untuk menapaki jalan hidup yang benar menuju kesempurnaan jati diri, ramah lagi bersahabat dengan segenap ciptaan Tuhan dan alam lingkungan (semesta) menjadi makhluk bermartabat yang mulia.
AJARAN SEJATI (KEJATEN)
Manusia zaman sekarang sudah banyak yang kehilangan jati diri dan tidak mengetahui arti kebenaran yang sejati. Saat ini manusia hanya mengikuti pola pikir saja tanpa menggunakan hati nurani. Akal dan budi adalah seperangkat alat yang membedakan manusia dengan makhluk lain, jika salah satu hilang maka manusia dapat disejajarkan dengan hewan. Budi merupakan hati nurani yang senantiasa membimbing ke jalan yang benar.
Semar ngejowantah mbabar jati diri mengisahkan tentang ajaran sejati (Kejaten) yang diajarkan oleh Sang Hyang Ismoyo atau Kaki Lurah Semar Bodroyono dalam mengemban tugas dari Sang Hyang Wening atau Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai juru pamomong bagi manusia untuk mencari jati diri dan mengetahui makna dari kehidupan sejati. Manusia dilahirkan di dunia dengan kodratnya masing-masing, maka manusia harus menjalani kewajiban sesuai kodratnya dengan menggunakan hati nurani. Semar Ngejowantah Mbabar Jati Diri ini berisi ajaran-ajaran tentang kehidupan yang akan selalu mengingatkan manusia untuk selalu eling akan kodratnya masing-masing.
KISAH SEMAR NGEJOWANTAH MBABAR JATI DIRI
Bersumber dari sabda dan cerita para sesepuh dan pinisepuh Tanah Jawa (Kaki Lurah Semar Bodronoyo, Petruk, Tedjo Mantri (Togog) melalui komunikasi imajiner dari berbagai sumber cerita adiluhung pinisepuh, dalam artikel ini berupaya menyampaikan amanat, petunjuk dan pituah-pituah yang dirangkumnya sebagai pedoman dalam mencari jati diri serta mengetahui makna dari kehidupan sejati, berasal dari tidak ada, menjadi ada, dan akan kembali kepada ketiadaan.
Berangkat dari 3 pertanyaan mendasar :
1. Darimana sumber kehidupan ?
2. Apa yang harus dilakukan dalam menjalani kehidupan ?
3. Akan kemana tujuan akhir manusia selesai menjalani dharma kehidupan ?
Berbagai petunjuk dan tuntunan yang baik terkadang kita butuhkan untuk mengetahui makna dari kehidupan yang sebenarnya, menghidupkan rasa (hati nurani) sebagai utusan Tuhan Yang Maha Kuasa, menjadi guru penuntun perjalanan hidup sejati. Bahwa sesungguhnya alam jagad raya semesta ini digelar tak lain sebagai sarana kehidupan bagi semua manusia, maka sudah sepatutnyalah dirawat, dijaga kelestariannya selaku sumber daya kehidupan bersemboyankan Hamemayu Hayuning Bawono.
Sang Hyang Ismoyo (Kaki Lurah Semar Bodronoyo) selaku juru pamong mengemban tugas untuk memberi tuntunan kepada manusia agar bisa mengetahui makna dan arti kehidupan yang hakiki, kemudian segera memahami kewajiban dalam menjalani kehidupan di dunia.
Kenalilah dirimu sebelum kamu mengenal Tuhanmu. Hendaklah manusia selalu eling (ingat kepada Sang Pencipta) dan senantiasa menjalankan budi pekerti yang luhur.
Dibekalinya kita dengan hati nurani, kemampuan untuk merasa adalah anugerah berharga dalam menjalani kodrat hidup yang dapat membantu kita untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar, disamping karunia akal.