AJARAN SUNAN KALIJAGA TENTANG SEDULUR PAPAT LIMO PANCER
Ajaran ini dijelaskan oleh Sunan Kalijaga di dalam salah satu syairnya yang bernama kidung marmati, dalam bahasa Jawa kata kidung, berarti syair atau lirik dan marmati adalah singkatan dari samar mati yang berarti seorang ibu yang mengandung anaknya dan ketika ingin melahirkan dalam keadaan samar akan kematian. Syair ini mengajarkan kita tentang falsafah Jawa “sangkan paraning dumadi” yang artinya asal usul manusia dan dan tujuan hidup menjadi manusia, hal ini sesuai dengan firman Allah QS.Al-A’raf ayat 172 yang berbunyi:
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Firman di atas menerangkan bahwa manusia ketika masih di alam ruh telah disyahadat oleh Allah, dan inilah syahadat pertama manusia sebelum lahir di dunia, akan tetapi ketika telah terlahir di dunia kebanyakan manusia lupa atau lengah dikarenakan hawa nafsunya. Di dalam falsafah jawa “sedulur papat limo pancer” diartikan empat malaikat yaitu malaikat Jibril, malaikat mikail, malaikat isrofil, malaikat izroil yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaga kita ketika masih didalam rahim serta dilambangkan berupa air ketuban, plasenta, darah, dan pusar. Dan didalam ajaran Imam Al-Ghazali saudara empat kelima pancer disebut an-nafs atau nafsu, dan di ajaran Sunan Kalijaga yang dimaksud saudara empat yaitu saudara aluamah, saudara supiyah, saudara amarah, saudara mutmainah dan yang dimaksud kelima pancer adalah diri kita sendiri.
Pertama, sedulur amarah adalah nafsu yang berkaitan dengan emosi, kekuasaan, tahta, dll. Nafsu ini jika kita tidak bisa mengendalikannya akibatnya akan mudah marah, serakah, sombong, dll, tetapi jika kita bisa mengendalikannya akan sebaliknya menjadikan kita berani mengungkapkan kebenaran atau nahi munkar.
Kedua, sedulur supiyah adalah nafsu yang berkaitan dengan keindahan, kekayaan, dll. Nafsu ini jika kita tidak bisa mengendalikannya, maka akan berakibat buruk, seperti iri, dengki, dll. Akan tetapi jika bisa mengendalikannya akan menjadikan kita semakin semangat dalam bekerja untuk menggapai keberkahan dalam hidup.
Ketiga, sedulur aluamah adalah nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, syahwat, dll. Jika porsi nafsu ini pas, maka akan menjadikan tubuh kita sehat dan sebaliknya jika kita tidak bisa mengendalikannya akibatnya akan buruk seperti jika berlebihan makan akan menjadikan obesitas.
Keempat, sedulur mutmainah adalah nafsu yang berkaitan dengan keinginan dalam berbuat kebaikan, nafsu ini adalah nafsu yang baik akan tetapi juga bisa menjadi buruk jika diumbar seperti mementingkan hablumminallah dan lupa hablumminannas.
Kelima, pancer yaitu diri kita sendiri jika dapat mengendalikan empat saudara ini kita akan menjadi manusia yang mancapai tingkatan insan kamil, dan sebaliknya jika kita dikendalikan empat saudara ini kita akan lengah dan lalai sebagaimana dijelaskan firman di atas. Di dalam ajaran Islam peracaya bahwa setan berjanji akan selalu menggoda manusia, pada hakikatnya yang setan goda adalah empat saudara ini atau hawa nafsu dan bukan ruh karena ruh manusia pada hakikatnya suci.
Sesungguhnya semua manusia dilahirkan sama semua yaitu dalam keadaan suci, akan tetapi karena manusia berbeda perilaku satu sama lain ketika telah dewasa maka ada yang menjadi baik dan ada yang menjadi buruk, ungkapan ini sesuai dengan firman Allah QS.Ar-rad ayat 11 yang berbunyi:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Ayat ini menerangkan bahwa semua manusia pada dasarnya dilahirkan di dunia dalam keadaan sama, yaitu baik dan suci sebelum manusia mengubah dirinya sendiri menjadi melenceng karena disebabkan keputusan-keputusan yang dipengaruhi saudara empat atau nafsu tadi.