Ojo Seneng Gawe Susahe Liyan,
Opo Alane Gawe Seneng Liyan
(Jangan suka membuat orang lain bersusah dan tiada buruknya membuat bahagia orang lain / Jangan suka menyusahkan orang lain, apa jeleknya membahagiakan orang lain).
Sanepan peribahasa piyantun Djawa adiluhung tersebut sederhana namun tidak gampang seperti membalikkan telapak tangan dalam mengejawantahkan di kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahaya menyakiti hati orang lain.
Setiap manusia tentunya tidak akan luput dari kesalahan seperti salah satunya menyakiti hati orang lain. Akan tetapi sebagai seorang muslim, maka sudah selayaknya kita menyadari perbuatan salah tersebut dan berusaha untuk menjauhi perbuatan dosa seperti menyakiti hati orang lain. Di dalam Islam, penerapan dari rukun iman diantara hubungan sesama muslim adalah bersaudara dan sudah wajib untuk saling mendukung sekaligus memberikan bantuan. Sebagai sesama muslim, kita dilarang untuk saling menyakiti dan menghina supaya nantinya persatuan umat muslim akan terjalin lebih kuat sekaligus menghindar dari berbagai balasan yang akan didapat apabila kita menyakiti hati orang lain :
1. Memikul Kebohongan dan Dosa Nyata.
Allah ta`ala telah berfirman di dalam surat Al-ahzab ayat 58, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
Dalam ayat tersebut, Allah ta’ala memberikan penjelasan tentang buruknya dosa serta balasan menyakiti orang mukmin tanpa memiliki hak sebab Allah mengancamnya dengan hukuman yang keras yakni memikul kebohongan dan juga dosa yang nyata. Oleh karena itu, terlihat jelas jika perbuatan yang dilakukan orang tersebut sangat rendah dan hina dirinya sekaligus mempunyai ilmu agama yang sangat sedikit, sebab Allah ta’ala sudah memberikan harga diri dan juga kehormatan untuk setiap mukmin. Ini membuat siapa pun yang menyakiti hati orang lain akan mendapat kemurkaan dari Allah SWT.
2. Menyakiti Hati Akan di Balas di Neraka.
Di dalam sebuah hadist, mencaci maki dan menyakiti hati orang lain akan mendapatkan balasan di neraka sebab perbuatan tersebut akan menyakiti hati orang lain dan sudah pantas mendapat balasan neraka jahanam. Beberapa perilaku menyakiti hati yang ada dalam hadist diantaranya adalah menuduh, memakan harta orang lain dan juga mencaci maki.
“Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)
3. Menyakiti Sesama Muslim Sama Dengan Dosa.
Di dalam Islam, menyakiti hati sesama saudara muslim merupakan perbuatan dosa sehingga harus dihindari agar tidak semakin menumpuk menjadi dosa yang sangat besar khususnya antara sesama muslim sehingga Allah tidak akan membenci kita karena terlalu sering menyakiti hati saudara kita.
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS Al Ahzab : 58)
4. Tidur Dengan Tikar dan Selimut Api Neraka.
Bagi orang yang zalim atau sering menyakiti hati orang lain, maka nantinya mereka akan tidur dengan beralaskan tikar dari api neraka dan juga berselimutkan api neraka.
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf [7]: 41)
5. Mendapat Kutukan Allah.
Balasan lain yang akan didapatkan saat menyakiti hati orang lain adalah mendapat kutukan langsung yang diberikan oleh Allah SWT. Allah SWT sangat membenci perbuatan menyakiti hati orang lain khususnya antar sesama muslim.
“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul.” Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS : Al A’raaf [7 ] : 44)
6. Kebinasaan Kota.
Dalam sebuah ayat Al Quran juga disebutkan jika Allah tidak akan membinasakan kota kecuali jika penduduk didalamnya sudah melakukan kezaliman atau perbuatan yang menyakiti hati orang lain.
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash [28]:59)
7. Mendapat Balasan Dunia dan Akhirat.
Perbuatan menyakiti hati orang lain merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan masuk ke dalam salah satu dosa besar. Ini membuat manusia yang sering menyakiti hati orang lain akan mendapatkan balasan tidak hanya saat masih hidup di dunia, namun juga akan mendapatkan siksaan pedih di akhirat.
Firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42, “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“.
8. Tidak Akan Masuk Surga.
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”.
Menyakiti hati orang lain akan menjamin tidak akan mendapat surga bagi pelakunya karena sudah membuat rasa tidak nyaman bagi orang yang tersakiti.
9. Diberikan Laknat.
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan perihal tetangganya kepada beliau. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda [tiga kali], “Bersabarlah”….[Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5153), Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (124) dan Al-Hakim (4/160) dengan sanad hasan. Dan Al-Bazzar (1904), Al-Hakim (4/166) dan Al-Bukhari dalam Al-Adab (125) membawakan riwayat sebagai syahid bagi hadits tersebut dari Abu Juhaifah. Dan di sanadnya ada kelemahan serta jahalah (rawi yang tidak dikenal)]
Menyakiti hati orang lain akan membuat laknat yang diserukan orang yang tersakiti akan terkabul dan menimpa pelaku saat ia masih hidup di dunia.
10. Mendapatkan Balasan Setimpal.
Apabila kita melakuan perbuatan dosa yakni menyakiti hati orang lain, maka perbuatan kejahatan tersebut juga akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dzalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada dosa atas mereka. Sesungguhnya doa itu atas orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas dimuka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya perbuatan demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.’ (QS. Asy-Syuura’ 39-43).
11. Setara Dengan Makan Bangkai Saudara.
Allah SWT lewat surah Hujurat ayat 12 sudah bersabda jika setiap umat muslim harus menjauhi oerbuatan tercela seperti berprasangka, menyakiti hati orang lain, mecari kesalahan dan juga menggunjing. Allah memberi gambaran jika orang yang selalu menyakiti hati orang lain sama saja dengan makan bangkai saudaranya dan perbuatan tersebut tidak hanya menyakiti hati sesama muslim namun juga mengancam kerukunan antar umat muslim.
Sesungguhnya orang-orang yang senang menyebarkan kejelekan dalam kalangan orang beriman bagi mereka siksa yang pedih di dunia dan akhirat, dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak tahu. [Hadist Termizi No. 1827 Abwabu Birri wa Shillah]
12. Amal Tidak Berguna dan Tak Berpahala.
Semua amal yang sudah dilakukan tidak akan berarti dan tidak akan mendapatkan pahala apabila masih sering melakukan perbuatan dosa seperti menyakiti hati orang lain. Semua amalan ini akan sia – sia belaka di sisi Allah SWT.
13. Amal Shalat Tidak Berpahala.
Menyakiti hati orang lain juga akan membuat semua amalan shalat yang sudah dilakukan tidak akan memperoleh pahala. Rasulullah SAW bersabda, “Terdapat 5 macam orang yang salatnya tidak berpahala, yaitu: Istri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendendam saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi makmumnya.”
14. Allah Akan Mengorek Kesalahannya.
Barang siapa yang seringkali mencari kejelekan saudara sesama muslim dan juga menyakiti hatinya dengan cara menuduh, berkata dusta dan berbagai perkataan serta perbuatan yang menyakiti hati, maka Allah sendiri juga akan mengorek kesalahan orang yang menyakiti hati orang lain tersebut dan akhirnya akan dihinakan oleh Allah SWT meski sudah berada di bilik rumahnya.
15. Allah Akan Mengintai Kekurangannya.
Seseorang yang menyakiti hati orang lain dengan cara membuka aib seseorang dan mencari kelemahan mereka maka Allah sendiri juga akan mencari serta mengintai kekurangan orang yang menyakiti hati orang lain tersebut dan Allah juga akan mengungkapkan aib orang tersebut meski orang itu sudah berada dalam rumahnya.
Kebajikan Menyejukkan Hati Manusia.
Manusia terlahir di dunia ini semua karena Firman Tian (tiān míng) melalui perantara Orang Tua manusia terlahir ke dunia ini. Firman yang diberikan oleh Tian berupa Watak Sejati (xìng) yang berisikan benih benih Kebajikan (dé) yang terdiri dari Cinta Kasih (rén), Kebenaran (yì), Kesusilaan (lǐ), dan Kebijaksanaan (zhì).
Dari benih benih kebajikan melahirkan sikap dan perilaku baik dari dalam diri manusia yang dapat membuat kesejukkan hati manusia.
1. Cinta Kasih (rén), merupakan rasa hati berbelas-kasihan, saling membantu, berempati, dan bersimpati antar sesasma manusia.
2. Kebenaran (yì), merupakan rasa hati malu dan tidak suka.
3. Kesusilaan (lǐ) merupakan rasa hormat yang meliputi sikap dalam bertingkah-laku dan mengindahkan, aturan hidup / tata-krama / Sopan santun.
4. Kebijaksanaan (zhì) merupakan rasa nurani untuk membedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah.
Tanpa disadari dari perilaku yang kita lakukan kepada sesama manusia itu lahir dari pada benih-benih Kebajikan (dé), Kebaikan yang dilakukan dan diterima itu dapat menciptakan kebahagiaan di dalam diri, kebahagiaan yang bersemayam di dalam diri dapat menyejukkan hati tiap manusia.
Segala sikap, perilaku, dan ucapan manusia berlandaskan dan berpangkal pada Kebajikan. Kata pangkal memiliki arti dasar, jadi perilaku manusia yang tersirat dalam ayat suci diatas harus berdasar pada Kebajikan.
Berbuat Kebajikan.
Barangkali diantara kita ada yang telah cukup lama tidak memikirkan bagaimana berbuat kebajikan kepada sesama, disebabkan terlalu banyak memikirkan dirinya sendiri. Kondisinya memang menghendaki demikian, karena begitu banyaknya tuntutan duniawi, sehingga membuai hampir seluruh perhatian untuk mendapatkan dunia demi kepentingan nafsunya.
Artinya seluruh kekuatan dan perhatian difokuskan untuk mencari harta, demi memenuhi keinginannya untuk hidup berkecukupan dan berlimpah harta.
Banyak diantara mereka lupa bahwa ketenangan dan kebahagiaan itu bukan semata mata karena banyaknya harta, melainkan ada faktor lainnya yang menentukan, yakni hati dan pikiran yang damai dan kepasrahan yang total kepada Tuhan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa harta juga merupakan salah satu faktornya, tetapi sangat banyak orang yang hartanya melimpah, tetapi hidupnya tidak pernah tenteram dan bahagia. Tentu saja banyak juga orang yang berpikiran tentang harta menentukan segalanya, gagal untuk mendapatkannya.
Banyak kata mutiara yang muncul dari orang bijak bahwa hakekat kaya itu bukan kaya tentang harta, tetapi kekeayaan itu muncul dan disebabkan oleh hati. kalau harta kita melimpah tetapi hati belum kaya, maka tidak akan puas dengan harta yang ada, melainkan akan terus memburu dan mengejar harta, meskipun harus melakukan kejahatan dan meskipun sampai mati. Namun sebaliknya jika hati merasa kaya, maka dengan harta yang ada, dia sudah puas dengan kondisi yang didapatnya. Itulah hakekat kebahagiaan dan kekayaan yangseharusnya digapai.
Memang kepuasan itu dapat diraih hanya dengan kepasrahan diri yang total. Tentu kepuasan tersebut bukan berarti sesuatu yang berkonotasi negatif, yakni tidak lagi berkeinginan untuk berusaha, bukan itu maksudnya. Tetapi kepuasan yang dimaksudkan di sini ialah bagaimana seseorang dapat menikmati dan puas dengan apa yang ada di genggamanannya, dan tidak menginginkan yang lain, apalagi harta yang bukan haknya.
Orang hidup itu memang harus berusaha, salah satunya untuk mendapatkan harta demi kelangsungan hidupnya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, ttetapi hal tersebut dilakukan dengan kemampuan yang dimiliki dan tidak melupakan kewajiban lainnya yang menjadi hak pihak lain. Jadi selama nyawa masih dikandung badan, orang harus berusaha dan tidak bergantung kepada orang lain, yang akan menjadi benalu bagi orang lain tersebut. Namun demikian usaha yang dilakukan tidak sampai melupakan kewajiban lainnya yangjuga harus ditunaikan, sperti kewajiban beribadah kepada Tuhan, kewajiba menolong pihak lain yang lebih membutuhkan dan lainnya.
Justru terkadang kepuasan itu dapat diraih dengan membagi hasil usaha dengan orang lain dan bukan dengan mengumpulkan dan menumpuknya sendiri. Tetapi memang sayangnya banyak yang mengira bahwa kepuasan itu akan diraih dengan mengumpulkan dan menumpuk harta sebanyak banyaknya, padahal kepuasan itu ada di ketenangan dan kerelaan hati untuk berbagi dengan sesmaa. Untuk itu biasanya orang yang berpikiran seperti itu, sampai matipun dia tidak akan menemukan kepuasanm meskipun mungkin berhasil menumpuk harta.
Dalam setiap langkah sebaiknya kita memang dapat mengevaluasi diri tentang perjalanan hidup kita, terkait juga dengan usaha yang kita lakukan untuk mendapagkan harta dan sekaligus sejauh mana kita sudah memfungsikan diri kita sebagai orang yang ebrbuat kebajikan kepada pihak lain. Jangan jangan kita terlalu terlena dengan harta dan usaha mencarinya sehingga terkadang kita melupakan kewajiban kepada Tuhan, semacam shalat dan juga melupakan kewjiban kita sebagai makhluk sosial, seperti membantu mereka yang kekurangan dan perbuatan baik lainnya.
Mungkin secara lahir kita belum dapat membeli rumah mewah atau kendaraan yang bagus, tetapi ketika mau berpikir bahwa masih banyak diantara masyarakat yang lebih menderita dibanding kita, tentu kita harus sering bersyukur dan memuji Tuhan atas semua itu. Biarlah ada orang lain yang lebih bernasib bagus dalam hal mendapakan harta, tetapi kepoasan hidup akan tetap dapat kita raih dengan harta yang sudah ada di tangan, dan tidak kepingin dengan harta lain yang bukan milik atau haknya.
Usaha untuk mendapatkan harta memang harus terus dilakukan, tetapi hasilnya semua kita pasrahkan kepada Allah swt, dan berapapun yang kita dapatkan, harus tetap kita syukuri dengan penuh dan karena itulah kita harus lebih meningkatkan ibadah kita kepada Tuhan, karena sebagai hamba telah diberikan kesempatan yang banyak untuk mendapatkan karunia-Nya. Sudah pasti juga disebabkan Tuhan telah memberikan banyak nikmat yang tidak terkira, sehingga kita dapat menikmati kehidupan ini dengan kepuasan yang hakiki.
Dengan merenung dan mengevaluasi cara hidup yang selama ini kita alami, tentu ada harapan bahwa secara tulus kita akan menemukan sebuah kesimpulan yang jujur bahwa selama ini kita masih belum imbang dalam menjalni kehidupan ini, yakni antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi. Artinya masih banyak kepentingan ukhrawi kita yang terabaikan, dikarenakan terkuras untuk melakukan hal hal yang berbau keduniaan. Akibatnya kepuasan yang kita dapatkan kurang menyeluruh dan kita masih selalu dihantui oleh sifat was was dan kebimbangan hati serta pikiran.
Atas dasar kesimpulan tersebut, kita berharap akan muncul kesadaran kita untuk melakukan kebajikan, utamanya dimulai pada bulan nan suci dan setreusnya diabadikan selama hidup kita. Banyak kebajikan yang dapat kita lakukan, selain beramal membantu mereka yang sangat membutuhkan disebabkan kemiskinan yang mereka alami. Kebajikan kebajikan tersebut sangat mudah kita lakukan jika memang kita mau dan mengerti. Salah satunya ialah menyenangkan pihak lain dengan apapun yang memungkinkan, meskipun misalnya hanya dengan senyum yang ikhlas atau dengan berkata yang menyejukkan.