DIALOG NABI MUHAMMAD SAW DAN ALLAH SWT DALAM PERISTIWA ISRA MI'RAJ
Dalam peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Saw dinaikkan ke langit dan bertemu dengan Allah Swt.
Dalam pertemuan itu terjadi dialog antara Nabi Muhammad Saw dan Allah Swt.
Dalam dialog itu sekaligus juga sebuah permintaan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw setelah ditanya oleh Allah Swt.
Pada peristiwa itu, Allah swt tidak hanya memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya Yang Agung, akan tetapi Allah juga memberikan keistimewaan kepada Rasulullah untuk bisa melihat-Nya.
Ketika Allah memberikan kekuatan kepada Rasulullah untuk bisa melihat-Nya, di saat itu pula ia langsung tersungkur kemudian bersujud kepada-Nya, sebagai sujud syukur dan penghormatan.
Di saat yang bersamaan, Rasulullah berkata :
لَبَّيْكَ يَا رَبِّ
Artinya, “Aku memenuhi panggilanmu, wahai Tuhan.”
Allah berkata kepadanya,
سَلْ تُعْطَى
Artinya, “Mintalah, engkau akan diberi (apa yang diminta).”
Namun, apakah yang Rasulullah minta saat itu? Menurut Syekh Nawawi Banten, ketika Allah memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meminta apa saja yang dia inginkan, ini yang dilakukan oleh Rasulullah.
Ia kemudian berkata, “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kekasih, dan Engkau telah berbicara dengan Nabi Ibrahim.”
“Memberikan Nabi Sulaiman kerajaan besar yang tidak akan pernah ada kerajaan sebelum dan sesudahnya yang sebanding dengannya, Engkau juga melunakkan besi yang keras dan menunddukkan manusia, jin, setan, dan angin-angin kepadanya, Engkau tundukkan.”
“Engkau mengajarkan kitab Taurat dan Injil kepada Nabi Isa, dan Engkau menjadikannya sebagai penolong orang buta, dan mampu menghidupkan orang mati atas izin-Mu.”
Setelah semua itu disampaikan kepada Allah, Dia langsung berkata kepada Nabi Muhammad, “Sungguh, Aku telah menjadikanmu sebagai kekasih, Aku mengutusmu kepada semua makhluk sebagai pembawa kabar gembira berupa pahala, dan kabar menakutkan berupa siksa.
Aku telah membelah dadamu dan meletakkan kebaikan di dalamnya, mengangkat derajatmu, dan Aku jadikan umatmu sebagai umat pilihan.”
“Aku juga menjadikan umatmu sebagai golongan pertama yang dibangunkan dari kubur, orang pertama yang akan dihisab, melewati shirathal mustaqim, dan masuk surga sekalipun mereka adalah umat terakhir dalam penciptaan.”
“Aku juga menjadikan umatmu sebagai umat yang dalam hatinya selalu tertanam ajaran Al-Qur’an, memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan.
Aku juga menjadikanmu sebagai nabi pertama dalam penciptaan (nur Muhammad), dan nabi terakhir yang diutus.
Aku memberikanmu as-Sab’u minal Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) yang tidak pernah diberikan kepada nabi-nabi selainmu.
Aku juga memberikan telaga Kautsar kepadamu.”
“Aku memberikanmu delapan kebaikan kepadamu; (1) Islam; (2) hijrah (dari Makkah ke Madinah); (3) jihad; (4) sedekah; (5) shalat; (6) puasa Ramadhan; (7) memerintah kebaikan; dan (8) melarang keburukan.
Aku menjadikanmu sebagai pembuka dalam setiap kebaikan, dan sebagai penutup bagi para nabi.
Aku juga memberimu bendera, maka para nabi yang lain ada di bawah benderamu.”
“Dan, sungguh sejak Aku menciptakan langit dan bumi, telah aku wajibkan kepadamu dan umatmu lima puluh shalat dalam setiap hari dan malam, maka kerjakanlah olehmu dan umatmu.”
Setelah peristiwa itu kedua mata Rasulullah terhalangi oleh awan, kemudian malaikat Jibril mengambil tangannya dan pergi dengan cepat.
Sejurus kemudian, ia menemui Nabi Ibrahim as, akan tetapi Ibrahim tidak berkata sedikit pun kepadanya, dan selanjutnya menemui Nabi Musa as.
Dari sinilah kisah kewajiban shalat lima puluh waktu menjadi lima waktu.
PERMINTAAN RASULULLAH KEPADA ALLAH SAAT ISRA MI'RAJ
Isra dan Mi'raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad menjadi momentum khusus baginya untuk semakin memperkuat keimanan dan keyakinan dengan risalah dan ajaran yang dibawanya. Pada peristiwa itu, Allah swt tidak hanya memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya Yang Agung, akan tetapi Allah juga memberikan keistimewaan kepada Rasulullah untuk bisa melihat-Nya. Permintaan Rasulullah Syekh Nawawi Banten dalam salah satu kitabnya menjelaskan, bahwa ketika Allah memberikan kekuatan kepada Rasulullah untuk bisa melihat-Nya, di saat itu pula ia langsung tersungkur kemudian bersujud kepada-Nya, sebagai sujud syukur dan penghormatan. Di saat yang bersamaan, Rasulullah berkata :
لَبَّيْكَ يَا رَبِّ
Artinya, “Aku memenuhi panggilanmu, wahai Tuhan.” Allah berkata kepadanya,
سَلْ تُعْطَى
Artinya, “Mintalah, engkau akan diberi (apa yang diminta).”
Kisah ini menjadi sebuah renungan, siapa saja yang sudah memiliki derajat yang dekat dengan Allah, maka Allah akan memberikan semua yang diminta olehnya. Namun, apakah yang Rasulullah minta saat itu? Menurut Syekh Nawawi Banten, ketika Allah memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meminta apa saja yang dia inginkan, Rasulullah kemudian berkata, “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kekasih, dan Engkau telah berbicara dengan Nabi Ibrahim, memberikan Nabi Sulaiman kerajaan besar yang tidak akan pernah ada kerajaan sebelum dan sesudahnya yang sebanding dengannya, Engkau juga melunakkan besi yang keras dan menunddukkan manusia, jin, setan, dan angin-angin kepadanya, Engkau tundukkan, Engkau mengajarkan kitab Taurat dan Injil kepada Nabi Isa, dan Engkau menjadikannya sebagai penolong orang buta, dan mampu menghidupkan orang mati atas izin-Mu.” Setelah semua itu disampaikan kepada Allah, Dia langsung berkata kepada Nabi Muhammad, “Sungguh, Aku telah menjadikanmu sebagai kekasih, Aku mengutusmu kepada semua makhluk sebagai pembawa kabar gembira berupa pahala, dan kabar menakutkan berupa siksa. Aku telah membelah dadamu dan meletakkan kebaikan di dalamnya, mengangkat derajatmu, dan Aku jadikan umatmu sebagai umat pilihan, Aku juga menjadikan umatmu sebagai golongan pertama yang dibangunkan dari kubur, orang pertama yang akan dihisab, melewati shirathal mustaqim, dan masuk surga sekalipun mereka adalah umat terakhir dalam penciptaan,” “Aku juga menjadikan umatmu sebagai umat yang dalam hatinya selalu tertanam ajaran Al-Qur’an, memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan. Aku juga menjadikanmu sebagai nabi pertama dalam penciptaan (nur Muhammad), dan nabi terakhir yang diutus. Aku memberikanmu as-Sab’u minal Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) yang tidak pernah diberikan kepada nabi-nabi selainmu.
Aku juga memberikan telaga Kautsar kepadamu,” “Aku memberikanmu delapan kebaikan kepadamu :
1. Islam.
2. Hijrah (dari Makkah ke Madinah).
3. Jihad.
4. Sedekah.
5. Shalat.
6. Puasa Ramadhan.
7. Memerintah kebaikan dan
8. Melarang keburukan.
Aku menjadikanmu sebagai pembuka dalam setiap kebaikan, dan sebagai penutup bagi para nabi. Aku juga memberimu bendera, maka para nabi yang lain ada di bawah benderamu.” “Dan, sungguh sejak Aku menciptakan langit dan bumi, telah aku wajibkan kepadamu dan umatmu lima puluh shalat dalam setiap hari dan malam, maka kerjakanlah olehmu dan umatmu.” (Syekh Nawawi Banten, Nuruz Zhalam Syarah Manzhumati ‘Aqidatil ‘Awam, [Darul Hawi: 1416 H/1996 M], halaman 152).
Menurut Imam Abul Fida’ Ismail bin Umar yang lebih populer (popular) dengan sebutan Imam Ibnu Katsir ad-Dimisyqi (wafat 774 H), setelah peristiwa itu kedua mata Rasulullah terhalangi oleh awan, kemudian malaikat Jibril mengambil tangannya dan pergi dengan cepat. Sejurus kemudian, ia menemui Nabi Ibrahim as, akan tetapi Ibrahim tidak berkata sedikit pun kepadanya, dan selanjutnya menemui Nabi Musa as. Dari sinilah kisah kewajiban shalat lima puluh waktu menjadi lima waktu. Nabi Musa dan Shalat Lima Waktu Setelah Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, ia bertanya tentang apa saja didapatkan olehnya. Kemudian Rasulullah menjawab bahwa dirinya telah mendapatkan perintah kewajiban shalat sebanyak lima puluh dalam setiap hari dan malam. Mendengar jawaban itu, Nabi Musa langsung berkata,
فَلَنْ تَسْتَطِيْعَهَا أَنْتَ وَلَا أُمَّتُكَ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ أَنْ يُخَفِّفَّ عَنْكَ
Artinya,” Maka engkau dan umatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah kepada-Nya untuk memberi keringanan bagimu.” Atas saran Nabi Musa tersebut, Rasulullah kembali mendatangi Allah dengan malaikat Jibril untuk memohon keringanan atas perintah shalat yang banyak itu. Sesampainya di hadapan Allah, Nabi Muhammad kembali tersungkur kemudian bersujud kepadanya dan berkata,
رَبِّ، إِنَّكَ فَرَضْتَ عَليَّ وَعَلَى أُمَّتِي خَمْسِيْنَ صَلَاةً، وَلَنْ أَسْتَطِيْعَهَا أَنَا وَلَا أُمَّتِي، فَخَفِّفْ عَنَّا
Artinya, “Tuhanku, sungguh Engkau telah mewajibkan kepadaku dan umatku lima puluh shalat, dan aku tidak akan mampu (melakukannya) begitu juga dengan umatku, maka (berilah) keringanan kepada kami.” Setelah Rasulullah memohon keringanan, kewajiban yang awalnya lima puluh, Allah hilangkan sepuluh menjadi empat puluh (ada pula riwayat yang mengatakan empat puluh lima). Setelah mendapatkan keringanan, kedua mata Rasulullah terhalangi oleh awan, kemudian malaikat Jibril mengambil tangannya dan pergi dengan cepat. Ketika Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, ia kembali menyuruhnya untuk kembali menghadap Allah, dan memohon keringanan shalat, karena tidak akan mampu melakukan semua itu. Kisah ini terus berlanjut hingga akhirnya dari lima puluh menjadi lima waktu. Setelah kewajiban shalat yang diterima Nabi Muhammad menjadi lima waktu, lagi-lagi Nabi Musa menyuruhnya untuk kembali dengan alasan yang sama, tidak akan mampu. Akan tetapi, saat itu Rasulullah menjawab,
إِنِّي قَدْ اِسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ تَعَالَى
Artinya, “Sungguh aku malu kepada-Nya Yang Luhur.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Adzim, [Dar ath-Thayyibah: 1999 M/1420 h], juz V, halaman 14). Senyum Malaikat Malik Shalat lima waktu menjadi momentum terakhir bagi Rasulullah dengan Allah sebelum pulang menuju Makkah.
Dalam perjalanannya, tak sesekali ia tanyakan kepada malaikat Jibril perihal sesuatu yang ia temukan. Di antaranya adalah tertawanya malaikat Malik. Rasulullah mengatakan kepada Jibril, “Saya tidak mendatangi setiap tempat kecuali semuanya gembira menyambutku dan tersenyum kepadaku. Kecuali seseorang, saya menyampaikan salam kepadanya, kemudian ia menjawab sambil tersenyum dan setelah itu tidak lagi tersenyum. Siapakah dia wahai Jibril?” Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, dia adalah malaikat Malik, penjaga neraka Jahannam. Dia tidak pernah tersenyum sejak pertama kali diciptakan kecuali ketika bertemu denganmu.” Demikian kisah permintaan Rasulullah kepada Allah saat peristiwa Isra’ Mi’raj hingga perjalanan pulang menuju Makkah. Kisah ini memberikan sebuah teladan, bahwa siapa pun yang sudah memiliki kedekatan secara khusus dengan Allah, maka apa saja yang ia minta akan diberikan oleh-Nya. Semoga di bulan terjadinya Isra’ dan Mi’raj ini, kita bisa meningkatkan spiritualitas dan bisa menambah ibadah dan ketaatan.
BACAAN ATTAHIYYAT ADALAH DIALOG ANTARA RASULULLAH SAW. DENGAN ALLAH SWT DI SIDRATUL MUNTAHA DALAM PERISTIWA ISRA MI'RAJ
Seandainya kita mengetahui bahwa sebagian dari bacaan shalat itu adalah dialog antara Rasulullah SAW dengan Allah Azza wajalla, tentu kita tidak akan terburu-buru melakukannya. Allahu Akbar, ternyata bacaan shalat itu dapat membuat kita seperti berada di syurga. Mari kita camkan dan renungkan kisah berikut ini, tentu akan berlinang air mata kita, masya Allah.
Singkat cerita, pada malam itu Jibril As mengantarkan Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril As tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril As pun mengatakan kepada Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanan nya sendiri tanpa dirinya.
Rasulullah Saw melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum kagum melihat indahnya istana Allah Swt hingga tiba di Arsy. Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Nabi Muhammad Saw berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah Azza wa Jalla.
Bayangkanlah betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini, Masya Allah.
Percakapan antara Nabi Muhammad Rasulullah Saw dgn Allah Subhanahu Wata'ala :
1. Rasulullah Saw-pun mendekat dan memberi salam penghormatan kepada Allah Swt :
Attahiyyatul mubarokaatush shalawatut thayyibaatulillah
(Semua ucapan penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah).
2. Kemudian Allah Swt menjawab sapaan Nya.
Assalamu'alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
(Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya).
3. Mendapatkan jwban seperti ini, Rasulullah Saw tidak merasa jumawa atau berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita sangat terharu.
Beliau menjawab dengan ucapan :
Assalaamu 'alaina wa 'alaa 'ibadillahish shalihiin.
(Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih).
Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi, itu adalah percakapan Sang Khaliq dan hamba-Nya, Sang Pencipta dan ciptaan-Nya dan beliau saling menghormati satu sama lain, menghargai satu sama lain, dan lihat Betapa Rasulullah Saw mencintai kita umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika beliau di hadapan Allah Swt.
4. Melihat peristiwa ini, para Malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan terkagum kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah Swt, betapa mulianya Nabi Muhammad Saw.
Kemudian para Malaikat-pun mengucap dgn penuh keyakinan :
Asyhadu Allaa ilaaha illallah, wa asy hadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu.
(Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul Allah).
Jadilah rangkaian percakapan dalam peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam shalat yaitu pada posisi Tahiyat Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi umatnya.
Mungkin sebelumnya kita tidak terpikirkan arti dan makna kalimat dalam bacaan ini. Semoga dengan penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita.
Sehingga kita dapat merasakan getaran yang dirasakan oleh para Malaikat disaat peristiwa itu. Semoga bermanfaat untuk menambah kekhusyu'an shalat kita.
Pesan dan harapan
Jangan pernah tinggalkan shalat karena didalam kubur banyak jutaan manusia yang minta dihidupkan kembali hanya utk beribadah kepada Allah Swt. Sesibuk apapun kita jangan pernah tinggalkan shalat (Sumber : Kitab Qissotul Mi'raj).
1. Sekarang kita memiliki dua pilihan :
a. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini.
b. Membagikan pengetahuan ini Insyaallah bermanfaat dan akan menjadi pahala bagimu.
2. Semoga yang share akan ditambahkan rezekinya, dan diangkat penyakitnya.
3. Ya Allah.
a. Muliakanlah orang yang membaca tulisan Ini.
b. Lapangkanlah hatinya.
c. Bahagiakanlah keluarganya.
d Luaskan rezekinya seluas lautan.
e. Mudahkan segala urusannya.
f. Kabulkan cita citanya
g. Jauhkan dari segala musibah.
h. Jauhkan dari segala penyakit, fitnah, prasangka keji, berkata kasar, dan mungkar.
i. Dan semoga yang menyebarkan status ini rezekinya berlimpah.