NASKAH SERAT MENAK (1-6) KITAB ADAM MAKNA
NASKAH Serat Menak
Naskah
Serat Menak merupakan salah satu karya sastra lama yang menceritakan perjuangan
Jayeng Rana dan Umar Maya dalam menakhlukkan Prabu Nusyirwan. Di dalam naskah
terdapat iluminasi dan ilustrasi yang menarik, menjadi media estetika, dan
sarana eksplanatory bagi teks naskah tersebut. Illuminasi dan ilustrasi juga
bisa membantu menjelaskan asal naskah tersebut. Kecenderungan style motif tiap
daerah memilki karakter masing-masing, selain subjektivitas gaya pembuatnya.
Illuminasi juga dapat membantu menentukan kapan naskah tersebut ditulis atau
disalin, sebab seniman-seniman pembuat Illuminasi tersebut merupakan saksi anak
zaman. Setiap zaman juga memilki style yang berbeda. Serat Menak banyak
menampilkan model atau motif wayang. Sebagaimana umumnya gambar wayang,
Iluminasi (ilustrasi) model wayang digambarkan secara en-profile (tampak dari
samping). Iluminasi model wayang dibuat untuk menjelaskan narasi cerita yang terdapat
dalam teks. Iluminasi tersebut dibuat pada setiap jejer (adegan) baik jejer
keraton maupun jejer perang. Gambar wayang dalam naskah dibuat lebih luwes dan
mengikuti perkembangan zaman (Safari, 2011).
Penggambaran
tokoh dalam Serat Menak dapat dikelompokkan sebagai tokoh ksatria, tokoh musuh,
peristiwa peperangan, dan gambar binatang kendaraan untuk berperang.Tokoh
ksatria merupakan tokoh utama dan tokoh yang membantu perjuangan tokoh utama
dalam berperang melawan musuh, digambarkan sosok yang gagah, sakti, dan selalu
menang dalam peperangan. Pakaian yang digunakan pun warna-warni menampakkan
keanggunan. Kendaraan yang digunakan dapat berupa kuda maupun gajah yang kuat.
Dalam peperangan, beberapa tokoh ksatria pun mati dengan gagah berani dalam
melawan musuh. Kematian ksatria tersebut tidak membuat surut perjuangan, tetapi
menjadikan penyemangat bagi tokoh ksatria lain untk menuntut balas. Sementara
itu, Tokoh jahat merupakan tokoh antagonis yang berperang melawan dan berusaha
menggagalkan semua usaha tokoh utama,
bahkan berniat membunuh tokoh utama, digambarkan sosok yang kasar, menggunakan
segala cara untuk membunuh tokoh utama, dan selalu kalah dalam berperang
melawan tokoh utama.
Aspek
kesenirupaan sebagai ilustrasi dalam Serat Menak mempunyai fungsi pelengkap,
penghias teks, dan memudahkan pembaca memahami maksud sesuai karakter gambar
dan isi teks. Pendekatan bahasa rupa digunakan untuk melihat gambar atau
ilustrasi yang representatif atau deskriptif. Bagian yang menarik adalah
mengenai cara objek digambarkan. Selain itu, pendekatan ikonografi digunakan
untuk memecahkan permasalahan karakter pada tokoh yang digambarkan (Raharja,
2017). Seperti sebuah cerita komik, ilustrasi dalam Serat Menak tersebut
digambarkan dengan kreativitas tinggi dalam bentuk pewarnaan pada tokoh wayang
baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis, gambaran tokoh, dan peristiwa
dramatik. Tokoh seolah-olah hidup dan memunculkan imajinasi penonton, terutama
dalam penggambaran peperangan. Peperangan terjadi antara tokoh ksatria dengan
para musuhnya. Perang digambarkan dalam beberapa bentuk, seperti seorang
ksatria dengan seorang musuh, peperangan dengan menggunakan kendaraan, maupun
peperangan bersama.
Naskah Serat Menak merupakan salah satu naskah lama yang memperlihatkan kekhasan karya sastra lama. Hal itu ditandai dengan adanya ilustrasi berbentuk gambar wayang yang digambarkan secara en-profile (tampak dari samping). Gambar-gambar tersebut dibedakan tokoh ksatria (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). Selain itu, juga dihiasi dengan gambar pola ukiran untuk memperindah disertai beragam warna seperti kuning, merah, kelabu, hitam, jingga, dan sebagainya. Warna-warna yang menghiasi gambar wayang mempertegas peranan sebagai tokoh utama atau sebagai tokoh jahat. Gambar ilustrasi dalam naskah Serat Menak memperlihatkan kreativitas penyalin, penguasaan akan komposisi warna, dan pengetahuan gambar wayang. Dengan adanya ilustrasi tersebut, Cerita Serat Menak menjadi lebih menarik dan hidup. Sebagaimana cerita komik saat ini, ilustrasi dalam naskah Serat Menak mempunyai hubungan yang erat dengan isi cerita. Setiap ilustrasi yang digambarkan memperjelas rangkaian peristiwa atau alur dalam teks, termasuk di dalamnya gambaran tokoh, dan latar. Rangkaian peristiwa yang digambarkan dalam ilustrasi meliputi pengenalan, konflik, klimak, penyelesaian. Hal ini dimungkinkan sebagai awal berkembangnya cerita komik di Indonesia.
Ringkasan
Serat Menak ini merupakan pengantar dari serangkaian seri Serat Menak yang akan
diterjemahkan di blog kita ini. Serat Menak versi merupakan karya Raden Ngabei
Yasadipura I. Serat ini menjadi babon dari pakeliran Wayang Menak yang dulu
pernah populer. Juga menjadi babon cerita kethoprak yang juga cukup populer.
Salah satu ikon yang dulu banyak dikenal masyarakat adalah tokoh Umar Maya dan
Umar Madi. Banyak yang mengira keduanya adalah kakak-beradik. Padahal bukan.
Yang bersaudara sepupuan justru Amir Ambyah dan Umar Maya.
Nah
melalu terjemahan Serat Menak yang akan kita kerjakan ini, penulis harap
ingatan kita dibongkar kembali. Pernah ada sebuah faset budaya bernama serat
Menak yang melegenda. Kita akan mengenangnya kembali.
Adapun
sumber yang dipakai sebagai acuan dalam penerjemahan ini adalah Serat Menak
yang dikeluarkan balai Pustaka. Ada beberapa judul yang terdiri dari beberapa
jilid sebagai berikut:
1.
MENAK
SAREHAS, dimulai dari adanya Sêrat Kadam Makna sampai lahirnya Wong Agung.
2.
MENAK
LARE, 4 jilid, Wong Agung mulai terlihat kesaktiannya, lalu mulai menaklukkan
para ksatria dan raja-raja.
3.
MENAK
SÊRANDIL, Wong Agung diutus Prabu Nusirwan menaklukkan Prabu Lamdahur di
Sêrandil.
4.
MENAK
SULUB, 2 jilid, Wong Agung menaklukkan Raja Yunan, Ngêrum dan Mêsir, namun
kemudian menemui sengsara dipenjara di pulau Sulub.
5.
MENAK
NGAJRAK, menikahnya Wong Agung dengan Dèwi Ismayawati, putri jin di Ngajrak.
6.
MENAK
DÊMIS, Prabu Nusirwan mengungsi ke Dêmis. Raja Dêmis lalu bermusuhan dengan
Wong Agung.
7.
MENAK
KAOS, Wong Agung menduduki negeri Kaos, Dèwi Muninggar melahirkan anak lelaki
bernama Kobat Sarehas.
8.
MENAK
KURISTAM, Wong Agung menaklukkan Kuristam, lalu mendirikan pemerintahan di
Kuparman.
9.
MENAK
BIRAJI, Wong Agung bermusuhan dengan Raja Biraji Prabu Aspandriya.
10. MENAK KANIN,
Wong Agung diperdaya oleh Raja Bahman, disabet pedang di di atas telinga, lalu
dibawa ke Kalisahak, mengungsi ke sebuah desa bernama: Sahsiyar, di situ dirawa
sampai sembuh.
11. MENAK GANDRUNG,
Dèwi Muninggar tewas dalam paprangan, Wong Agung lalu menderita syok.
12. MENAK KANJUN,
Wong Agung bermusuhan dengan Raja Kanjun, lalu menikah dengan putri Parangakik.
13. MENAK
KANDHABUMI, Wong Agung menikah dengan Dèwi Marpinjun, adik Dèwi Muninggar.
14. MENAK KUWARI,
Wong Agung menyerang negeri Kuwari.
15. MENAK CINA, 5
jilid, putri Cina melamar Wong Agung, tapi tak diterima, putri Cina tewas.
16. MENAK MALEBARI,
5 jilid, Wong Agung berbesanan dengan Prabu Bawadiman di Kusniya Malebari.
17. MENAK
PURWAKANDHA, 3 jilid, Wong Agung menyerang ke negeri Purwakandha.
18. MENAK KUSTUP, 2
jilid, takluknya negeri Kustup oleh para raja bawahan Wong Agung.
19. MENAK
KALAKODRAT, 2 jilid, tewasnya Patih Bêstak lan Prabu Nusirwan.
20. MENAK SORANGAN,
2 jilid, Wong Agung menyerang negeri Sorangan.
21. MENAK
JAMINTORAN, 2 jilid, Pangeran Kelan akan menikah dengan Dèwi Julu Sulasikin,
rajaputri di Jamintoran.
22. MENAK
JAMINAMBAR, 3 jilid, Wong Agung menyerang Prabu Rabus Samawati di negeri
Jaminambar, yakni raja yang mengaku sebagai Tuhan.
23. MENAK TALSAMAT,
Wong Agung menaklukkan negeri Mukabumi, Pildandani dan Talsamat, lalu pulang ke
Madinah, menjadi sahabat Kangjêng Nabi Rasul.
24. MENAK LAKAT, 3
jilid, Kangjêng Nabi bermusuhan dengan Raja Lakat dan Raja Jênggi. Wong Agung
gugur dalam perang. Dèwi Kuraisin menikah Bagendha Ngali, lalu mempunyai anak
bernama Muhamad Kanapiyah, raja di Ngajrak.
Ke-24
serat Menak di atas tidak semuanya penulis miliki. Sambil terus mengumpulkan
bahan penulis akan mulai dari yang sudah ada dahulu. Untuk tahap pertama
penulis akan terjemahkan Ringkasan Serat Menak dari Buku Serat Menak karya
Resowidjoyo, terbitan Balai Pustaka 1941 M. Semoga ringkasan Serat Menak ini
dapat menjadi pengantar bagi mereka yang ingin mempelajari lebih jauh.
NASKAH Serat Menak (1): Kitab Adam Makna
Prabu
Sarehas dari Medayin bertapa di dasar samudera untuk meminta kesaktian seperti
yang dimiliki Nabi Sulaiman. Nabi Kidlir mendatangi Prabu Sarehas lalu
memberikan sebuah kulit kayu. Kulit kayu tersebut bila dimakan punyai kasiat
dapat mengetahui semua bahasa makhluk. Oleh Prabu Sarehas kulit kayu diberikan
kepada juru masak bernama Ki Nimdahu untuk diolah menjadi apem. Setelah apem
masak apem tadi ditukar oleh Lukman Hakim, anak si juru masak Nimdahu. Untuk
Sang Raja Lukman Hakim memberikan apem biasa saja. Setelah menyantap apem Prabu
Sarehas tidak menunjukkan perubahan apapun.
Sementara
itu Lukman Hakim yang memakan apem kulit kayu menjadi orang yang bijaksana dan
mengetahui bahasa semua makhluk. Bahasa jin, lelembut, hewan dan semua makhluk
dia ketahui karena dikira keturunan Nabi Sulaiman. Lukman Hakim lalu bisa
berkomunikasi dengan seekor raja jin mukmin. Oleh raja jin tersebut Lukman
Hakim diajarkan semua pengetahuan. Semua yang diajarkan oleh raja jin dicatat
hingga menjadi sebuah kitab dan diberi nama Adam Makna. Kasiat dari kitab
tersebut dapat menghidupkan orang yang sudah mati, membuat muda orang yang
sudah tua, dan lain sebagainya.
Malaikat
Jibril tidak senang karena ada manusia yang punya kemampuan seperti Lukman
Hakim. Kitab lalu direbut oleh Jibril. Dua pertiga kitab bisa diambil.
Sepertinya kitab dibuang ke dasar laut, sepertiganya lagi dibuang ke negeri
Ngajrak dan diterima oleh Asan Asil. Ketika Lukman Hakim mati, dia meninggalkan
seorang anak bernama Bekti Jamal. Prabu Sarehas juga telah mangkat dan
digantikan oleh Prabu Kobatsah. Patih Abujantir juga telah meninggal, dan
diganti anaknya yang bernama Patih Akhlas Wajir.
Ada
seorang juragan di Benggala bernama Tambi Jumiril. Dia ingin menjadi seorang
raja. Maka dia bertapa dengan tubuh terbalik di gunung Endragiri. Namun
keinginannya tidak diterima. Dia hanya diberi anugerah kelak anak keturunannya
menjadi prajurit pilihan. Jumiril lalu mengabdi kepada Baginda Asim, adipati
Mekkah yang masih keturunan Bani Hasim. Jumiril diangkat menjadi patih dan
diambil menantu dengan dijodohkan dengan Siti Mahya. Ketika Baginda Asim wafat
kedudukan adipati Mekkah digantikan oleh putranya yang bernama Abdul Muthalib.
Sementara
itu di Medayin, Bektijamal menemukan harta karun. Dia lalu menceritakannya
kepada Patih Akhlas Wajir. Ki Patih punya keinginan menguasai harta karun
tersebut. Bektijamal kemudian dibunuh. Kala itu istri Bektijamal sedang mengandung.
Ketika si bayi lahir diberi nama Betaljemur. Si Betaljemur ini mendapat
peninggalan sisa kitab yang dulu direbut oleh Jibril, yang masih sepertiga.
Maka meski hanya mendapat sepertiga isi kitab tersebut membuat Betaljemur
menjadi orang yang pintar. Patih Akhlas Wajir pun iri hati. Betaljemur hendak
dibunuh, tetapi tak pernah berhasil. Justru Patih Akhlas Wajir yang kemudian
tewas. Betaljemur lalu mengabdi kepada Sang Raja Medayin.
Patih
Akhlas Wajir meninggalkan dua orang anak perempuan. Seorang kemudian dinikahi
pangeran dari Ngabesi. Seorang lagi kemudian diambil istri oleh Betal Jemur.
Selain itu Akhlas Wajir juga meninggalkan seorang anak laki-laki yang bernama
Bestak.
Ketika
Prabu Kobatsah mangkat, tahta diduduki seorang putranya yang bernama Raden Yayi
lang lalu bergelar Prabu Nusirwan. Bestak lalu diangkat menjadi patih. Adapun
Betaljemur karena kepintarannya kemudian diangkat menjadi penasihat kerajaan.
Di
Mekkah Abdul Muthlib mempunyai seorang anak bernama Ambyah. Di saat yang hampir
bersamaan Patih Jumiril juga mempunyai anak dan diberi nama Umar Maya. Kedua
anak dari Mekkah tersebut kemudian diambil sebagai anak angkat oleh Betaljemur.
Ki Betaljemur sangat mengasihi keduanya. Ada ramalah bahwa keduanya kelak akan
menjadi prajurit pilihan.
Ambyah
dan Umarmaya selalu bermain bersama sejak kecil. Belajar bersama, bermain
bersama, ke manapun keduanya terlihat selalu bersama. Ambyah mempunyai
kelebihan kekuatan tubuh yang dahsyat. Tidak ada orang yang mampu mengalahkan
kekuatan Ambyah. Kalau berkelahi sesama anak kecil pasti lawannya tewas, hancur
dibantingnya.
Pada
suatu hari kedua anak itu bermain sampai masuk ke dalam hutan. Di tengah hutan
keduanya menemukan kuda berperabotan lengkap dan harta benda. Konon kuda itu
peninggalan Nabi Ishaq. Si kuda tadi bernama Kalisahak. Kuda kemudian diambil
dan dijadikan tunggangan oleh Ambyah.
Pada
suatu hari Abdul Muthalib pergi ke Yaman hendak menghaturkan upeti. Ambyah dan
Umar Maya ikut serta di belakang. Di
tengah perjalanan rombongan dari Mekkah dirampok oleh Raden Maktal, putra raja
Ngalabani. Terjadi pertarungan antara Ambyah dan Raden Maktal. Ambyah berhasil
menundukkan Raden Maktal. Harta upeti tak jadi diserahkan kepada Raja Yaman
karena Raja Yaman berhasil ditaklukkan Ambyah.
Ketika
sedang berada di Yaman itu, putri Raja Yaman mengadakan sayembara. Barangsiapa
sanggup mengalahkan Dewi Umandhi Tahim maka dia akan diambil menjadi suami sang
dewi. Banyak pra ksatria dan raja yang ikut sayembara, tetapi semua kalah oleh
sang dewi. Ambyah kemudian ikut-ikutan. Akhirnya malah menang. Namun Ambyah
tidak mau mengawini Dewi Umandhi Tahim. Sang dewi lalu diserahkan kepada Raden
Tohkaran putra dari Absyah. Ambyah dan rombongan lalu pulang ke Mekkah.
Di
Mekkah, kota itu kedatangan musuh bernama Raden Huksam dari Kebar. Ambyah
menghadapi musuh yang menyerang Mekkah. Musuh berhasil ditewaskan. Tidak lama
kemudian datang lagi musuh dari Kohkarib, namanya Prabu Umar Madi. Umar Madi
pun dapat ditaklukkan Ambyah. Si raja Umar Madi beserta balatentaranya
menyatakan tunduk dan patuh.
NASKAH Serat Menak (2): Amir Ambyah pergi ke Medayin
Di
Medayin, Prabu Nusirwan mendengar kedigdayaan Ambyah yang telah berhasil
menaklukkan para raja dan ksatria di tanah Arab. Prabu Nusirwan berkehendak
memanggil Ambyah untuk datang ke Medayin. Raja Turki diperintahkan untuk
memanggil Ambyah. Namun Raja Turki pulang telanjang karena pasukannya berhasil
dilucuti oleh Ambyah. Prabu Nusirwan lalu meminta saran kepada Betaljemur.
Betaljemur menyatakan sanggup mendatangkan Ambyah ke Medayin. Betaljemur lalu
mengirim putranya yang bernama Wahas untuk membawa Ambyah. Kepergian Wahas
disertai surat dan hadiah berupa payung pusaka bernama Tunggul Naga.
Wahas
berhasil membawa Ambyah ke Medayin. Di tengah perjalanan Ambyah membunuh hewan
hutan bernama Wabru yang sering merusak pemukiman penduduk Medayin. Olah Ambyah
Raden Maktal disuruh mendahului ke Medayin sambil menghaturkan Wabru kepada
Prabu Nusirwan. Namun sesampai di Medayin Raden Maktal malah diadu dengan
panglima Medayin yang bernama Raja Hirjan. Raden Maktal berhasil mengalahkan
Raja Hirjan. Prabu Nusirwan sangat terkesan dan kemudian menyambut kedatangan
Ambyah dengan hangat. Ambyah lalu tinggal di Medayin. Selama berada di Medayin
Ambyah sangat dikasihi Prabu Nusirwan.
Alkisah,
Prabu Nusirwan mempunyai beberapa putra dari permaisuri: Retna Muninggar, Retna
Marpinjun, Raden Hirman, Raden Hurmus dan Raden Semakun. Salah satu putri yang
bernama Retna Muninggal sangat cantik rupawan. Banyak para ksatria dan raja
datang melamar. Namun semuanya tidak ada yang diterima oleh sang dewi. Menurut
cerita sang dewi sangat kesengsem dengan kemasyhuran Ambyah dari Mekkah.
Salah
satu pembesar Medayin, yakni Raja Kistaham dan putranya yang bernama Raden
Kobat sangat iri dengan Ambyah karena Ambyah sangat dikasihi Prabu Nusirwan.
Raja Kistaham lalu berencana melakukan tipudaya kepada Ambyah. Keduanya lalu
terlibat pertarungan. Raja Kistaham dan anaknya berhasil dikalahkan oleh
Ambyah. Tidak lama lalu seorang Raja dari Kangkan datang mengamuk. Dia
bermaksud membunuh Prabu Nusirwan. Oleh Ambayah Raja Kangkan berhasil
ditangkap, diikat dan dimasukkan penjara. Di dalam penjara Raja Kangkan dibunuh
oleh Raden Kobat. Ambyah sangat marah melihat kelakuan Raden Kobat. Namun
kemudian kemarahannya diredakan oleh Raja Kistaham. Dalam hati Raja Kistaham
sangat benci kepada Ambyah. Namun berkali-kali melakukan tipudaya tidak jua
berhasil. Bertarung pun selalu kalah. Karena sangat malu Raja Kistaham kemudian
pergi dari Medayin. Dia lalu meminta bantuan Raja Jobin.
Sementara
itu raja Kebar Prabu Halkamah, ayah dari Raden Huksam yang dulu dikalahkan
Ambyah bermaksud balas dendam. Karena Ambyah sekarang di Medayin Prabu Halkamah
pun mengerahkan pasukan ke Medayin. Di tengah jalan Prabu Halkamah bertemu
dengan Raja Kistaham dan anaknya. Mereka lalu bersekutu menyerang Medayin.
Prabu
Nusirwan sudah mendengar kalau ada musuh datang ke Medayin. Sang Prabu lalu
menyuruh Ambyah untuk menghadapi musuh. Prabu Nusirwan bahkan berkenan
menyaksikan pertempuran mereka. Ambyah berhasil membunuh Prabu Halkamah.
Kedudukan sebagai raja kemudian digantikan oleh Raden Yusuf Adi, seorang
keponakan Prabu Halkamah yang sudah menjadi bawahan Ambyah. Kemenangan Ambyah
atas Prabu Halkamah membuatnya dipuji-puji di Medayin. Sebuah pesta lalu
digelar untuknya. Ketika Ambah masuk ke taman dia melihat Dewi Retna Muninggar.
Ambyah merasa terpesona dengan kecantikan sang dewi.
Pada
suatu malam Ambyah tak dapat lagi menahan rasa ingin berjumpa dengan Retna
Muninggar. Dengan mengendap-endap dia memasuki puri. Terlaksana Ambyah bertemu
dengan Retna Muninggar. Keduanya sama-sama mencurahkan isi hati. Ternyata
selama ini keduanya telah memendam rasa. Mereka pun sepakat untuk hidup bersama
kelak. Ambyah lalu keluar dari puri. Ketika sampai di luar dia berpapasan
dengan Raja Karun yang sedang meronda. Ambyah diteriaki sebagai pencuri.
Prabu
Nusirwan marah besar mendengar Ambyah telah memasuki puri. Patih Bestak
diperintahkan menangkap Ambyah. Terjadi pertarungan seru antara Ambyah dan
prajurit Medayin. Banyak prajurit Medayin tewas. Para putra Medayin kemudian
mengejar Ambyah. Namun mereka malah tertangkap. Ambyah tidak menyiksa mereka,
malah menjamu dengan baik. Para putra Medayin kemudian diserahkan kembali
kepada Prabu Nusirwan.
Prabu Lamdahur
Alkisah
di Serandil, pada suatu hari Prabu Sadalsah sedang berburu di hutan. Di tengah
hutan Prabu Sadalsah bertemu dengan Dewi Basirin. Sang dewi lalu diambil istri
dan kemudian melahirkan putra bernama Lamdahur. Dewi Basirin adalah putri dari
Bakar Abu Nisyan, seorang keturunan Nabi Idris. Ketika Prabu Sadalsah mangkat
kedudukan raja digantikan oleh sang adik yang bernama Prabu Sahalsah, karena
Lamdahur masih kecil.
Ketika
beranjak dewasa Lamdahur tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan
tinggi-besar. Lamdahur juga punya kesaktian yang tinggi. Prabu Sahalsah merasa
khawatir kalau nanti tahtanya diambil Lamdahur. Maka Lamdahur pun dipenjara.
Sementara
itu putri kerajaan Nglaka yang bernama Dewi Prabandini bermimpi menikah dengan
seorang bernama Lamdahur. Ketika bangun sang dewi mencari orang yang menjadi
suami dalam mimpinya itu. Dewi Prabandini berhasil menemukan Lamdahur di
penjara negeri Serandil. Lamdahur lalu dibebaskan oleh Dewi Prabandini dan
dibawa pulang ke Nglaka. Lamdahur lalu menjadi raja Nglaka. Prabu Lamdahur
kemudian balas dendam kepada sang paman. Pasukan Nglaka dikerahkan untuk
menggempur Serandil. Negeri Serandil berhasil ditaklukkan Lamdahur. Prabu
Sahalsah lalu dipindahkan sebagai raja di negeri Sulebar. Adapun tahta Serandil
kemudian diduduki Lamdahur. Setelah angkatan perangnya kuat Lamdahur bermaksud
menyerang Medayin.
Di
Medayin, Prabu Nusirwan mendengar kalau Lamdahur akan menyerang. Sang Prabu
merasa khawatir karena Lamdahur terkenal sakti. Ambyah kemudian dipanggil dan
ditugaskan menghadapi musuh. Kalau bisa menaklukkan Lamdahur, Ambyah dijanjikan
akan dinikahkan dengan Dewi Muninggar. Ambyah sanggup. Dengan balatentaranya
Ambyah berangkat menyerang negeri Lamdahur.
Ketika
perjalanan pasukan Ambyah sampai di Pulau Bayan dia berperang dengan raja
hantu. Ambyah lalu naik ke gunung Serandil. Di situ Umar Maya bermimpi ditemua
Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq dan Nabi Sulaiman. Semua memberi kesaktian,
pusaka dan harta benda. Semua yang diterima dalam mimpi tadi ternyata
benar-benar ada wujudnya. Pasukan Ambyah lalu melanjutkan perjalanan. Ketika
sampai di pintu gerbang Serandil mereka bertempur dengan prajurit jaga. Pasukan
Ambyah menang. Mereka terus melajur dan memasuki wilayah bawahan Serandil yakni
Sulebar. Di Sulebar pasukan Ambyah berhasil mengalahkan Prabu Sahalsah. Umar
Maya lalu disuruh mengirim surat tantangan kepada Prabu Lamdahur. Lamdahur tak
takut berperang melawan Ambyah. Ketika berpamitan Umar Maya merebut mahkota
Prabu Lamdahur dan membawanya lari. Prabu Lamdahur sangat marah. Seketika
menyiapkan pasukan dan mengejar Umar Maya.
Umar Maya
Mahkota
kerajaan Serandil kemudian diserahkan kepada Ambyah. Ambyah sangat suka
melihatnya. Dia ingin sekali bertemu dengan pemilik mahkota itu. Umar Maya lalu
mengantarnya menemui Prabu Lamdahur. Di tengah jalan mereka bertemu dengan
Prabu Lamdahur yang mengejar Umar Maya. Pertarungan sengit segera terjadi
antara Lamdahur dan Ambyah. Belum ada yang menang atau kalah karena sama-sama
sakti. Namun mereka memutuskan berhenti bertarung. Lamdahur lalu mengajak
Ambyah ke negeri Serandil. Di negeri Serandil Ambyah dijamu dengan hangat
sampai capeknya hilang. Setelah bugar kembali pertarungan pun dilanjutkan. Di
saat yang bersamaan datang pasukan Raja Kistaham yang menyusul ke Serandil.
Raja Kistaham mengaku diperintah untuk membantu Ambyah. Lalu pertarungan kembali
dilanjutkan. Semua punggawa pasukan Ambyah tak ada yang mampu melawan Prabu
Lamdahur. Namun Ambyah akhirnya dapat mengalahkan Lamdahur dan meringkusnya.
Negeri Serandil takluk.
NASKAH Serat Menak (3): Patih Bestak berusaha mencelakai
Amir Ambyah
Sementara
itu Raja Kistaham tidak berhenti mencelakakan Ambyah. Ketika Ambyah
beristirahat di keraton Serandil, Raja Kistaham memasukkan dua penyanyi
perempuan. Namanya Jamsikin dan Samsikin. Keduanya disuruh menghibur Ambyah.
Ketika Ambyah lengah keduanya memasukkan racun ke dalam minuman Ambyah lalu
kabur. Di tengah jalan keduanya berhasil ditemukan Umar Maya, lalu keduanya
dibunuh. Umar Maya menemukan Ambyah sudah dalam keadaan pingsan. Oleh Umar Maya
lalu dibawa ke tabib. Raja Kistaham mengira Ambyah telah tewas. Dia lalu
mengerahkan pasukannya untuk menumpas pasukan Ambyah. Namun sebelum itu terjadi
Umar Maya berhasil mendapat obat bagi Ambyah. Seorang pendeta bernama Nukman
dari Tagelur berhasil menyembuhkan Ambyah. Ambyah lalu memberi ampunan kepada
Lamdahur. Oleh Ambyah Lamdahur diperintahkan menghadapi Raja Kistaham. Keduanya
lalu bertarung. Raja Kistaham kalah dan lari. Pasukan Ambyah lalu bersiap
pulang ke Medayin.
Di
Medayin Raja Kistaham mendahului tiba. Dia melapor kepada Prabu Nusirwan bahwa
Ambyah sudah tewas. Oleh karena itu Dewi Muninggar sebaiknya dijodohkan dengan
Raja Bangid. Umar Maya dan Lamdahur mendengar rencana pernikahan Dewi Muninggar
dengan Raja Bangit. Keduanya lalu menyamar sebagai badut pengamen. Sesampai di
pondokan Raja Bangid keduanya diminta pentas. Raja Bangid sangat suka mendengar
lawakan Umar Maya, menjadi hilang kewaspadaannya. Prabu Lamdahur berhasil
meringkusnya. Raja Bangid kemudian diikat sebagai tawanan dan diserahkan kepada
Ambyah.
Di
pihak lain Raja Kistaham mendengar kalau Ambyah masih hidup. Serta-merta Raja
Kistaham hengkang dari Medayin. Yang dituju adalah negeri Kaos. Di negeri itu
Raja Kistaham hendak meminta bantuan.
Sang Ambyah dan pasukannya terus melaju ke Medayin. Prabu Nusirwan setelah mengetahui Ambyah masih hidup ingin segera menikahkanya dengan Dewi Muninggar. Namun Patih Bestak mencegahnya. Kyai Patih menyuruh algojo untuk mencari kesempatan membunuh Ambyah, tetapi tak terlaksana. Malah Patih Bestak yang kemudian dianiaya oleh Umar Maya.
Patih
Bestak tak kurang akal. Prabu Nusirwan dihasut agar menyembunyikan Dewi
Muninggar. Lalu dikabarkan bahwa Dewi Muninggar telah wafat. Pamrihnya agar
Ambyah syok dan mati karena bersedih. Sungguh, ketika kabar itu disampaikan
kepada Ambyah dia menjadi linglung. Namun Umar Maya dan Lamdahur tidak yakin
kalau Dewi Muninggar telah wafat. Kuburan yang disebut sebagai makam Dewi
Muninggar kemudian digali. Di lubang kubur ditemukan jenazah seorang
nenek-nenek.
Ketika
hal itu disampaikan kepada Ambyah, seketika Ambyah marah kepada Patih Bestak.
Ambyah sudah siap untuk melumat Patih Bestak. Namun Patih Bestak orang yang
pandai bersilat lidah. Dengan bujuk rayu dan tipudaya Patih Bestak dapat
menceburkan Ambyah ke dalam persoalan baru. Patih Bestak mengatakan kalau ngeri
Yunan, Mesir dan Rum telah membangkang kepada Medayin. Ki Patih menyuruh agar
Ambyah segera bertindak. Ambyah yang termakan tipudaya Patih Bestak bersumpah
tidak akan menikah dengan Dewi Muninggar sebelum menaklukkan ketiga negara
tersebut. Ambyah segera mengerahkan pasukan menuju ketiga negara tersebut. Raja
Karun ditunjuk Patih Bestak untuk memandu jalan. Di tengah jalan Raja Karun
tepergok hendak meracun Ambyah. Namun Raja Karun diampuni setelah mengakui
bahwa perbuatannya disuruh oleh Patih Bestak.
Umar
Maya mendahului ke Yunan dengan membawa surat tantangan. Raja Yunan menyatakan
sanggup melawan Ambyah. Pasukan Yunan segera dikerahkan di bawah pimpinan dua
panglima mereka, Tamtanus dan Samtanus. Pertempuran antara pasukan Ambyah dan
pasukan Yunan berlangsung sengit. Kedua pasukan cukup berimbang sehingga saling
desak. Ambyah kemudian keluar ke medan perang dan menantang bertarung dua
panglima Yunan. Kedua panglima Yunan berhasil dikalahkan dan menyatakan tunduk.
Pada kesempatan itu Raja Karun berbalik menyeberang ke kubu Raja Yunan. Ambyah
dicelakai oleh Raja Karun dengan dimasukkan ke dalam sumur lalu ditimbun. Raja
Karun lalu menemui Raja Yunan dan mereka pun bersuka-suka.
Sementara
itu Umar Maya berhasil menemukan Ambyah yang dikubur di sumur. Umar Maya masuk
ke dalam sumur dan terus menggali sampai tembus istana Raja Karun. Ketika Umar
Maya dan Ambyah keluar dari lubang mereka langsung menangkap Raja Yunan. Raja
Karun bermaksud melarikan diri. Ambyah mengejarnya dan berhasil menangkapnya.
Raja Karun ditikam hingga tewas. Tamtanus kemudian diangkat sebagai raja di
Yunan. Ambyah kemudian meneruskan perjalanan ke Rum dan Mesir. Tidak berapa
lama Rum sudah berhasil ditaklukkan. Raja Mesir pun menyatakan takluk, tetapi
ternyata hanya berpura-pura. Ketika pasukan Ambyah dijamu di Mesir, Raja Mesir
memasukkan racun ke dalam jamuan. Ambyah dan pasukan pingsan. Oleh Raja Mesir
kemudian mereka dipenjara di pulau Sulub. Salah satu bawahan Ambyah ada yang
selamat, yakni Raden Maktal. Raden Maktal kemudian menyamar untuk mencari
keberadaan Ambyah.
Alkisah,
putri Raja Mesir yang menguasai pulau Sulub mendapat bisikan agar menikah
dengan Raden Maktal. Sang putri yang bernama Dewi Jarah Banun akhirnya berhasil
menemukan Raden Maktal yang waktu itu menyamar sebagai orang kecil. Atas
pertolongan putri Raja Mesir Ambyah dan pasukannya dapat ditemukan di penjara
pulau Sulub. Mereka semua pun dibebaskan. Ketika Raja Mesir mengetahui ulah
putrinya dia menyatakan dengan terbuka kalau tidak mau tunduk kepada Ambyah.
Dewi Jaran Banun kemudian membunuh sang ayah dengan tangannya sendiri. Sebagai
pengganti raja Mesir diangkat adik sang raja yang bernama Asan Asir. Prabu Asan
Asir mempunyai seorang putri bernama Sekar Kadhaton. Putri Sekar Kadaton
kemudian diberikan sebagai istri kepada Ambyah. Namun karena Ambyah terikat
janji dengan Dewi Muninggar Ambyah belum mau menggauli istrinya tersebut.
Ambyah hanya mau menggauli dalam mimpi.
Sementara
di Jobin, Raja Jobin mendapat pengaduan dari Raja Kistaham perihal keadaan di
Medayin. Raja Kistaham menceritakan sepak terjang Amir Ambyah yang menurutnya
keterlaluan. Raja Jobin sanggup membantu Raja Kistaham untuk menyingkirkan
Ambyah dari Medayin. Namun Raja Jobin minta upah agar dibantu menikah dengan
Dewi Muninggar. Mereka kemudian berangkat menuju Medayin. Di luar kota Raja
Jobin membuat pondokan. Sambil menunggu kedatangan Ambyah dari Mesir Raja Jobin
mengajukan lamaran. Menanggapi lamaran itu Dewi Muninggar meminta tempo. Raja
Jobin pun sanggup menunggu.
Amir Ambyah
NASKAH Serat Menak (4): Amir Ambyah bermusuhan dengan negeri Medayin
Di Mesir, Ambyah mendengar kalau Raja Jobin berusaha mengganggu gebetannya. Pihak Medayin pun tampaknya juga menyambut keinginan Raja Jobin dan mengabaikan Ambyah. Ambyah segera membawa pasukannya ke Medayin. Di istana Medayin saat itu sedang sepi karena para pembesar negeri sedang menjamu Raja Jobin. Ambyah langsung masuk ke istana, menikahi Dewi Muninggar lalu menjarah isi istana.
Para
wanita dan harta benda di istana Medayin dibagi-bagi kepada pasukan Ambyah,
lalu mengungsikan mereka semua ke tanah Arab. Pasukan Ambyah lalu menyerang
pondokan Raja Jobin. Terjadi pertempuran sengit antara pasukan Ambyah dan
pasukan Raja Jobin. Pada suatu kesempatan Raja Jobin berhasil membokong Ambyah
dari belakang. Pedang Raja Jobin menebas Ambyah dan terkena pelipisnya.
Beruntung prajurit Ambyah segera dapat merebut tuannya dan membawanya lari ke
tanah Arab. Setelah diobati Umar Maya, Ambyah pun sembuh.
Pasukan
Raja Jobin dan pasukan Medayin lalu bersekutu mengepung negeri Mekkah. Hal itu
membuat penduduk Mekkah mengalami paceklik. Bahan pangan amat langka. Suatu
ketika Dewi Muninggar akan membuat bubur untuk suaminya Ambyah. Namun di toko-toko
tak lagi ditemukan gandum. Dewi Muninggar sampai harus mencuri di kemah musuh
untuk mendapatkan gandum.
Patih Bêstak
Umar
Maya adalah ksatria Tasik Waja, dia adalah pentolan maling sejagad raya. Pada
suatu malam Umar Maya masuk ke perkemahan musuh. Prabu Nusirwan, Patih Bestak
dan Raja Jobin diberi racun melalui hidung. Seketika mereka pingsan. Oleh Umar
Maya kemudian mereka diserahkan kepada Ambyah. Namun Ambyah menyuruh membawa
mereka kembali ke perkemahannya. Di tengah jalan Umar Maya memperdaya
ketiganya. Mereka dicukur plenthas sehingga menjadi lelucon. Patih Bestak sakit
hati kepada Ambyah dan selalu mencari cara untuk mencelakainya.
Alkisah
di negeri Ngajrak, raja jin yang bernama Taminasar baru saja kalah perang
melawan para raksasa. Patih Asan Asil yang mempunyai sepertiga kitab Adam Makna
yang dia dapat ketika dibuang Jibril, memberi tahu kepada Raja Taminasar bahwa
dia harus meminta tolong Ambyah dari tanah Arab. Raja Taminasar kemudian
mengutus Patih Asan Asil dan putranya yang bernama Raden Sadat Satir. Sadat
Satir merupakan saudara sepersusuan Ambyah. Asan Asil dan Sadat Satir berhasil
menemui Ambyah di Mekkah. Ketika berada di Mekkah Sadat Satir melihat musuh
mengepung kota itu. Sadat Satir meminta izin kepada Ambyah untuk menyingkirkan
musuh. Ambyah pun mengizinkan. Kedua jin tersebut kemudian mengamuk di
perkemahan pasukan Jobin dan Medayin. Pasukan kedua negeri itu bubar berlarian.
Mekkah lepas dari pengepungan.
Ambyah
lalu dibawa oleh Asan Asil ke Ngajrak. Dalam perjalanan ketika sampai di kota
Emas Ambyah ditemui Nabi Kidlir. Ambyah diberi pelajaran cara mengalahkan
raksasa. Sungguh, ilmu dari Nabi Kidlir dipraktikan Ambyah. Akhirnya Ambyah
dapat mengalahkan para raksasa yang menyerang negeri Ngajrak. Hanya sedikit
saja yang selamat dan kemudian mengungsi mencari hidup.
Prabu
Taminasar sangat berterima kasih kepada Ambyah. Prabu Taminasar lalu memberi
hadiah sebuah cambuk peninggalan Nabi Sulaiman. Ambyah juga diambil menantu
dengan dinikahkan dengan Dewi Ismaya. Kedua pengantin hidup rukun dan mempunyai
anak bernama Dewi Kuraisin. Setelah beberapa lama Ambyah lalu minta pamit
kembali ke Mekkah. Ketika sampai di Mekkah ternyata kota itu kembali dikepung
pasukan Medayin. Namun berkat upaya Betaljemur Dewi Muninggar dapat diselamatkan
ke negeri Katijah.
Dalam
perjalanan menuju Mekkah Ambyah ditemui Nabi Kidlir dan diberi pusaka. Di
sepanjang perjalanan Ambyah selalu diganggu raksasa yang dulu lari dari
Ngajrak. Ambyah sampai kewalahan menghadapi para raksasa.
Di
Ngajrak, telah terdengar kabar Mekkah dikepung pasukan Medayin lagi. Patih Asan
Asil lalu menyusul Ambyah bersama Dewi Kuraisin. Atas bantuan Dewi Kuraisin
para raksasa yang menganggu Ambyah berhasil dihancurkan. Sang Dewi lalu disuruh
kembali ke Ngajrak.
Ada
seorang raksasa yang berhasil lolos, namanya Ranes. Si Ranes bertemu dengan
Ambyah dan menggendongnya ke angkasa. Dari angkasa Ambyah lalu dijatuhkan ke
laut. Beruntung ada malaikat yang menolong Ambyah sehingga jatuh dengan
selamat. Ketika kembali bertemu Ranes, Ambyah berniat membunuhnya. Namun Ranes
menghiba-hiba minta hidup. Bahkan Ranes minta dikawinkan dengan seekor peri.
Terlaksana Ranes menikah dengan peri dan mempunyai anak seekor kuda bernama
Sekar Diyu. Si kuda kemudian diambil sebagai tunggangan Ambyah. Namun rupanya
dendan Ranes kepada Ambyah tidak reda. Pada suatu kesempatan Ranes hendak
menikam Ambyah, tetapi tiba-tiba Sekar Diyu menyepaknya hingga tewas. Ambyah
lalu meneruskan perjalanan ke Mekkah. Ambyah bertemu dengan seorang Arab
bernama Ayub dan Balul. Kedua orang mengabarkan kalau Mekkah dikepung musuh.
Sementara
itu Dewi Muninggar dan para punggawa Arab yang sedang mengungsi di Katijah
menderita kekurangan pangan. Umar Madi lalu pergi ke Karsinah untuk mencari
bantuan pangan. Sesampai di Karsinah Umar Madi diangkat sebagai raja dan
menikah dengan putri dari Karsinah. Tidak lama kemudian sang putri wafat.
Menurut tatacara yang berlalu di Karsinah kalau seorang istri meninggal
suaminya harus ikut dikubur hidup-hidup. Umar Madi melawan, lalu dikejar pasukan
Karsinah. Dalam pelarian Umar Madi bertemu dengan Ambyah. Oleh Ambyah tatacara
di Karsinah lalu diubah. Ambyah lalu melanjutkan perjalanan ke Katijah dan
bertemu dengan Dewi Muninggar.
NASKAH Serat Menak (5): Prabu Nusirwan selalu dihasut Patih
Bestak untuk berpihak kepada lawan-lawan Ambyah
Di
Medayin, Prabu Nusirwan mendengar kalau Ambyah sudah bergabung dengan para
punggawanya di Katijah. Prabu Nusirwan khawatir kalau Ambyah akan menyerang Medayin.
Karena ketakutan Prabu Nusirwan mengungsi ke Demis.
Ambyah
mendengar kalau Prabu Nusirwan sekarang bersekutu dengan Raja Demis. Umar Maya
disuruh mengirim surat tantangan kepada Raja Demis. Setelah membaca surat dari
Ambyah, Raja Demis menyatakan sanggup berperang melawan Ambyah. Pada kesempatan
tersebut Umar Maya merebut mahkota Raja Demis dan membawanya lari. Raja Demis
pun marah dan segera mengerahkan pasukan. Pasukan Demis dan Arab terlibat dalam
pertempuran sengit. Dalam pertempuran itu Ambyah menderita luka-luka. Pasukan
Arab lalu mundur.
Alkisah,
istri Ambyah dari Mesir Dewi Sekar Kedaton, meski baru bergaul dalam mimpi
kemudian melahirkan putra, namanya Maryunani. Si anak sekarang telah menginjak
usia dewasa dan bertanya siapa ayahnya. Diberitahukan kepadanya bahwa ayahnya
adalah Ambyah dari Arab yang sekarang sedang kalah perang melawan Raja Demis.
Maryunani minta pamit kepada sang ibu hendak membantu sang ayah. Raja Mesir
yang tak lain adalah paman sang ibu kemudian memberinya sepasukan prajurit dari
Mesir. Raden Maryunani segera menerjang barisan Raja Demis dan mengalahkannya.
Sang Ambyah sangat suka hati, lalu memberi Maryunani kuda Kalisahak.
Sementara
itu Dewi Muninggar mendengar kalau Ambyah sudah mempunyai putra yang dewasa.
Dewi Muninggar merasa Ambyah telah mengingkari janji. Dulu berjanji tidak akan
menikah kalau bukan dengan Dewi Muninggar. Ternyata sekarang mempunyai putra
yang sudah dewasa. Artinya sebelum menikahinya Ambyah telah punya istri. Umar
Maya berusaha membantu menjelaskan peristiwa yang terjadi. Namun Dewi Muninggar
tak percaya. Ambyah lalu marah dan mengusir Dewi Muninggar. Kepada Umar Maya
malah diperintahkan agar Dewi Muninggar dinikahkan saja dengan pelamarnya yang
dulu, yakni Raja Bangid yang sekarang berada di penjara.
Umar
Maya pusing oleh pertengkaran suami-istri itu. Umar Maya lalu mengajak Raden
Maktal untuk membuat tipudaya kepada Raja Bangid. Tujuannya agar Dewi Muninggar
tidak jadi menikah dengan Raja Bangid. Setelah Raja Bangid dikeluarkan dari
penjara kemudian dibawa ke Bangid oleh Raden Maktal. Sesampai di sana Raja
Bangit dibunuh. Raden Maktal kemudian menggantikan sebagai raja di Bangid. Dewi
Muninggar pun untuk sementara tinggal di Bangid di bawah penjagaan Raden
Maktal.
Sementara
itu Umar Maya terus membujuj Ambyah agar kemarahannya terhadap Dewi Muninggar
reda. Namun Umar Maya malah diusir oleh Ambyah. Umar pun bergabung dengan Raden
Maktal di Bangid. Sampai suatu hari Ambyah sedang berburu dan tersesat sampai
wilayah Bangid. Ambyah lalu bertemu dengan Umar Maya dan diajak ke istana
Bangid. Sampai di sana Ambyah bertemu dengan Dewi Muninggar. Ambyah sudah reda
kemarahannya. Keduanya rujuk kembali. Amyah lalu menyerang negeri Jobin. Raja
Jobin kalah dan lari ke Kuristam.
Ambyah lalu bermaksud ke Medayin untuk memperbaruhi pernikahannya dengan Dewi Muninggar. Kali ini Ambyah meminta izin secara baik-baik kepada Prabu Nusirwan. Prabu Nusirwan tak keberatan. Pernikahan Ambyah dan Dewi Muninggar pun dihelat di Medayin. Setelah selesai acara Ambyah meminta izin untuk menyerang Jobin. Prabu Nusirwan mengizinkan. Di tengah jalan pasukan Ambyah bertemu dengan pasukan negeri Kaos yang akan membantu Raja Jobin. Pertempuran pun pecah. Pasukan Kaos berhasil dikalahkan pasukan Ambyah. Pasukan Kaos membawa serta anak dan istri Raja Jobin. Anak Raja Jobin lalu diambil istri oleh Maryunani. Sedangkan istri Raja Jobin kemudian diboyong oleh Umar Madi. Raden Maryunani lalu diangkat sebagai raja di Kaos.
Lama
berlalu, Dewi Muninggar sudah melahirkan seorang putra dan diberi nama Raden
Kobat Sarehas. Raden Maryunani pun juga mempunyai putra lelaki dan diberi nama
Sayid Ibnu Umar. Setelah putranya cukup umur Raden Maryunani lengser dari tahta
dan memberikan kepada sang putra. Raden Maryunani kemudian hanya menjabat sebagai
ksatria saja.
Raja
Jobin yang berada di Kuristam mendengar kalau negerinya sudah dikuasai Ambyah.
Raja Jobin lalu mengirim surat kepada Prabu Nusirwan agar datang ke Kuristam.
Menurut Raja Jobin, Raja Kuristam sanggup menyingkirkan Ambyah. Patih Bestak lagi-lagi
membujuk Prabu Nusirwan agar datang ke Kuristam. Dan lagi-lagi, Prabu Nusirwan
kok ya mau-mau saja dihasut untuk memusuhi sang menantu.
Dari Kuristam, Raja Kuristam mengirim surat tantangan kepada Ambyah. Ambyah menyambut tantangan dengan mengerahkan pasukan ke Kuristam. Sebelum berangkat Ambyah menobatkan sang putra Kobat Sarehas menjadi Prabu Nyakrawati. Ambyah berhasil menaklukkan Kuristam. Raja Bahman dari Kuristam menyatakan tunduk. Juga Raja Jobin menyatakan takluk. Prabu Nusirwan lalu dikembalikan ke Medayin. Ambyah dan pasukannya pulang ke Kaos.
NASKAH Serat Menak (6): Ambyah Menaklukkan negeri Biraji
Alkisah,
Patih Bestak tidak henti-henti memusuhi Ambyah. Kali ini yang dihasut agar
menyerang Ambyah adalah Raja Abesi. Raja Abesi lalu mengepung kota Mekkah.
Ambyah yang saat itu berada di Kaos segera berangkat ke Mekkah untuk mengusir
Raja Abesi. Tak lama kemudian terjadi pertempuran dengan Raja Sadat Kabul Umar
dari Abesi. Raja Abesi pun kalah dan tunduk.
Raja
Sadat Kabul Umar merasa telah dikorbankan oleh orang Medayin. Raja Abesi itu
lalu menangkap Prabu Nusirwan dan memenjarakannya di negeri Abesi. Padahal
Prabu Nusirwan tidak memerintahkah agar Raja Abesi menyerang Ambyah. Semua itu
ulah Patih Bestak.
Sementara
itu Ambyah menyerang negeri Kuparman. Raja Nurham dari Kuparman tewas dan semua
prajuritnya menyerah. Negeri Kuparman lalu diduduki Ambyah. Kuparman kemudian
menjadi negeri besar. Ambyah kemudian dikenal sebagai Sultan Kuparman. Tidak
lama kemudian Kuparman kedatangan musuh dari Indi. Raja Indi yang bernama
Kaladaran tewas dalam perang melawan pasukan Kuparman. Semua prajuritnya pun
menyerah.
Alkisah,
di tanah Indi ada sebuah negeri bernama Rokam. Raja Rokam yang bernama Gulangge
terpesona dengan kemasyhuran Ambyah. Maka dia berangkat ke Kuparman hendak
menyatakan tunduk sebagai negeri bawahan. Di tengah jalan Gulangge bertemu
dengan Raja Kikail dari Parangawu. Karena kedua pasukan bertolak belakang
maksud kedatangannya ke Kuparman, kedua pasukan lalu bertempur. Ramainya
pertempuran sampai terdengar di Kuparman. Ambyah lalu mengirim bantuan. Raja
Kikail berhasil dikalahkan. Raja Gulangge diterima penyerahannya dan diangkat
sebagai kepala para raja bawahan.
Di
Biraji, ada seorang raja besar bernama Prabu Aspandriya. Sang Prabu membawahi
banyak para raja. Mendengar kemasyhuran Sultan Kuparman, Prabu Aspandriya
bermaksud menaklukkannya. Ambyah yang mendengar akan diserang mendahului
memberangkatkan pasukan ke Biraji. Ketika masuk ke wilayah Biraji Ambyah segera
mengirim surat tantangan. Yang disuruh untuk membawa surat adalah Raja
Darundriya dari Bangid.
Di
istana Biraji, Prabu Aspandriya sedang bertahta di hadapan para punggawa. Pada
saat menghadap Raja Aspandriya pandangan mata Raja Darundriya tertuju pada
salah satu putri boyongan yang saat itu hadir, namanya Dewi Saribengat. Tak
bertepuk sebelah tangan, Sang Dewi pun menyambut perasaan Raja Darundriya. Raja
Darundriya lalu membawa lari Dewi Saribengat. Pasukan Biraji mengejar dan
pecahlah pertempuran dengan pasukan Kuparman yang sudah menunggu di luar kota.
Sementara
itu Raja Baladikun dari Ngambarsirat yang merupakan saudari dari Raja Biraji
mendengar kalau negeri saudaranya diserang musuh. Raja Baladikun lalu mengirim
bantuan ke Biraji. Pasukan Kuparman terdesak. Namun pasukan Ambyah mendapat
bantuan dari pendeta Maskun, yang merupakan kakek dari pembesar Parangteja.
Ambyah akhirnya dapat menaklukkan Biraji. Setelah peperangan usai Ambyah pulang
ke Mekkah. Anak istrinya disuruh agar diboyong dari negeri Kaos. Namun Patih
Bestak lagi-lagi membuat ulah. Patih Bestak membuat berita di Kaos bahwa Ambyah
tewas dalam perang di Biraji. Raja Bahman disuruh berbalik tunduk ke Medayin.
Putra Prabu Nusirwan yang bernama Raden Hirman kemudian diangkat sebagai raja
di Kaos. Prajurit Ambyah di Kaos terbelah menjadi dua kubu. Satu kubu percaya
kalau Ambyah telah tewas, maka berniat mengabdi kepada tuan yang baru. Satu
kubu masih tetap setia kepada Ambyah. Kedua kubu lalu saling bertempur.
Sementara
itu adik Raja Jobin yang bernama Dewi Kalajohar menjadi raja putri ke negeri
Pirkari. Mendengar ada pertempuran di Kaos, Dewi Kalajohar lalu membantu kubu
yang masih setia kepada Ambyah. Raja Jobin dan Patih Bestak lalu mengerahkan
pasukan untuk menumpas prajurit yang masih setia kepada Ambyah. Para punggawa
Ambyah seperti Prabu Lamdahur dan Raden Pirngadi berusaha menghadapi serangan
pasukan Raja Jobin. Dewi Muninggar pun mengirim utusan untuk memberitahukan
kepada Ambyah yang saat itu berada di Mekkah.
Di
Mekkah, Ambyah bermimpi melihat peperangan di Kaos. Ketika bangun Ambyah
menyuruh Umar Maya untuk memastikan apakah mimpinya benar-benar menjadi
kenyataan. Umar Maya pun berangkat menuju Kaos. Ternyata memang terjadi
peperangan di Kaos. Umar segera kembali untuk melapor kepada Ambyah.
Sementara
itu Raja Bahman menyadari bahwa peperangan ini akibat hasutan Patih Bestak.
Raja Bahman lalu menangkap Patih Bestak dan memenjarakannya. Namun dia dan
pasukannya telah telanjur bertempur melawan pasukan Ambyah. Mau tak mau Raja
Bahman melanjutkan langkahnya. Ketika Ambyah datang membawa pasukan dari Mekkah
pertempuran kembali pecah. Raja Bahman berhasil menelikung Ambyah dan
menyabetkan pedangnya dari belakang. Ambyah terkena pedang dan pingsan. Kuda
tunggangannya yang bernama Sekar Duwijan segera membawanya lari dari medan
perang. Berita yang tersebar menyatakan bahwa Ambyah tewas.
Umar
Maya tidak percaya kalau Ambyah telah tewas. Umar Maya lalu melacak larinya
Sekar Duwijan. Setelah mencari berhari-hari Ambyah ditemukan telah dirawat
seseorang di desa Surukan. Nama orang yang merawat adalah Sahsiyar dan ibunya.
Ambyah pun sembuh. Kepada Umar Maya Ambyah memerintahkan agar keluarganya
diboyong ke Surukan. Seketika Surukan menjadi negeri besar. Sahsiyar lalu
diangkat sebagai Raja Surukan. Setelah kekuatan Ambyah pulih kembali, Ambyah
kembali ke negeri Kaos untuk melanjutkan peperangan. Dalam perang lanjutan Raja
Bahman berhasil dibunuh oleh Raden Maryunani. Prabu Hirman dan Raja Jobin lalu
lari mengungsi. Kaos kembali dikuasai pasukan Ambyah.