KISAH MESTERI KOTA SARANJANA
Saranjana disebut-sebut sebagai kota gaib yang secara administratif (di dunia nyata) masuk Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Namun, letak pastinya hingga kini tidak diketahui selain letaknya ada di Pulau Halimun yang sering dikenal Pulau Laut, dimana ibu kota Kabupaten Kotabaru bertempat.
Cerita tentang Saranjana ini melegenda, karena ada beberapa hal ghaib yang beredar dari mulut ke mulut tentang Kota Saranjana dan makhluk tak kasat mata penghuninya.
Saranjana konon adalah kerajaan atau kota besar alam gaib, letaknya di bagian selatan Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru.
Banyak warga lokal dan luar daerah yang mempercayainya, tidak sedikit yang mengaku pernah masuk ke kotanya.
Terkait kapasitas sebagai pembuat peta, bahwa Salomon Muller telah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden.
Muller kala itu juga tengah melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia.
Pertama, konon letak Saranjana berada di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Versi kedua, kota ini berada di Teluk Tamiang, Pulau Laut.
Sementara versi ketiga, lebih tegas menyebutkan bahwa lokasi wilayah Saranjana ada di sebuah bukit kecil yang terletak di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kalimantan Selatan.
Bukit yang berbatasan langsung dengan laut ini indah dan cocok dijadikan destinasi wisata. Namun, tempat ini dianggap angker oleh penduduk sekitar.
Menurut Mansyur selaku Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Kalimantan ini mengatakan, keberadaan Saranjana dalam perspektif sejarah adalah fakta.
Hal ini ditampakkan oleh Salomon Muller, seorang naturalis berkebangsaan Jerman dalam peta bertajuk “Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo” atau peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo.
Peta pada 1845 silam ini mengambarkan, ada wilayah yang tertulis sebagai Tandjong (hoek) Serandjana.
Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan dan Poeloe Kidjang.
Namun, untuk pembuktian secara ilmiah memang belum ada, hanya cerita dari mulut ke mulut.
Berikut ini kisah-kisah misterius tentang kota Saranjana yang sudah beredar luas :
1. Alat Berat Tak Ada Pemiliknya.
Ini mungkin kisah yang paling sering didengar dan beredar di kalangan masyarakat tentang Saranjana.
Disebutkan pada 1980-an, ada pemerintah setempat dikagetkan oleh kedatangan sejumlah alat berat pesanan dari Jakarta.
Semua alat berat dengan nilai sangat mahal itu dipesan seseorang dengan alamat Kota Saranjana dan telah dibayar lunas.
Padahal, Kota Saranjana di alam nyata secara administratif tidak ada di Kabupaten Kotabaru.
Cerita ini melegenda dari mulut ke mulut hingga sekarang.
2. Dihuni makhluk Astral.
Konon, Kota Saranjana dihuni makhluk astral atau tak kasat mata, berupa jin muslim.
Namun, ada pula yang mengatakan, Kota Saranjana dihuni manusia namun yang telah menggaib.
Kabar yang beredar dari mereka yang pernah masuk ke kota itu, kotanya sangat maju dengan jalan raya yang lebar, gedung perumahan yang megah dengan pagar rumah tinggi.
Sistem pemerintahannya kerajaaan, mayoritas penduduknya beragama Islam.
3. Buah raksasa.
Ada keanehan dari kota ini, dari carita yang beredar.
Buah-buah di sana besarnya berkali lipat dari di alam nyata.
Jenis buahnya sama dengan di alam manusia, tapi ukurannya yang raksasa.
Namun, jika buah itu dibawa ke alam nyata, ukurannya berubah menjadi ukuran normal.
4. Penduduknya cantik dan gagah.
Kabarnya, penduduk Kota Saranjana secara fisik sama dengan manusia, namun mereka semua secara fisik lebih cantik untuk perempuan dan prianya gagah.
Mereka juga semua ramah-ramah.
Bahasa yang digunakan untuk percakapan adalah Bahasa Banjar.
Katanya, jika manusia masuk ke Kota Saranjana tidak ingin pulang lagi ke alam nyata karena takjub dengan kotanya.
5. Terdengar suara di malam hari.
Pada malam hari, di sekitar Gunung Saranjana, bila memang ditakdirkan bisa mendengar suara-suara dari Kota Saranjana.
Bisa terdengar suara alunan musik, atau kendaran yang lalu lalang.
Bahkan ada cerita mobil-mobil mewah pesanan warga Saranjana dari Surabaya, tapi tidak tahu asal pemilik atau pemesannya.
Begitu pula kisah lain tentang kapal feri yang mengangkut banyak penumpangdari Tanjung Serdang Kotabaru, namun begitu merapat ke Pelabuhan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, mendadak sepi.
Katanya disebut-sebut sebagai orang-orang dari Kota Saranjana.
Walalhualam, kisah dari mulut ke mulut ini merupakan mitos yang berkembang di masayrakat, namun belum bisa dibuktikan.
Namun, mau tidak mau, percaya atau tidak di dunia ini selalu ada hal-hal yang ghaib.
6. Ada di Peta Belanda.
Seorang dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Jurusan Sejarah, Mansyur mencoba menganalisa Saranjana, dari perspektif historis ilmiah.
Melalui tulisannya di akun Facebooknya Sammy 'xnyder Istorya, Mansyur yang juga mantan seorang jurnalis menulis tentang Saranjana.
Menurut dia, ada tiga versi lokasi Saranjana hasil penelusurannya.
Pertama, di Kotabaru, Kalimantan Selatan, versi kedua di Teluk Tamiang, Pulau Laut dan ketiga di sebuah bukit kecil yang terletak di Desa Oka-Oka Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Dari perspektif historis menurut Mansyur Saranjana adalah fakta.
Sebab, Salomon Muller, naturalis berkebangsaan Jerman dilahirkan di Heidelberg, dalam petanya berjudul Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo (peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo), tahun 1845 mengambarkan bahwa terdapat wilayah yang ditulisnya sebagai Tandjong (hoek) Serandjana.
Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang.
Dalam kapasitasnya sebagai pembuat peta, Salomon Muller menjabat anggota des Genootschaps en Natuurkundige Komissie in Nederlands Indie yang sudah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia.
Namun, belum bisa dipastikan apakah Salomon Muller pernah berkunjung ke Tandjong (hoek) Serandjana sebelum memetakannya.
Salomon Muller pun tidak pernah menyinggungnya dalam beberapa artikelnya yang diterbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Peta yang memuat Tandjong (hoek) Serandjana tersebut dimuat dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel, seri pertama yang diterbitkan Staatsbibliothek zu Berlin.
Peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Müller meninggal dunia pada tahun 1863.
Menurut Mansyur, sumber lainnya yang memuat tentang Serandjana adalah Pieter Johannes Veth, dalam "Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten", halaman 252.
Kamus ini diterbitkan di Amsterdam oleh P.N. van Kampen, tahun 1869.
Veth menuliskan "Sarandjana, kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeloe Laut, welk eiland aan Borneo's Zuid-Oost punt is gelegen" (Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut, yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan).
Secara terminologi, kalau dikomparasikan dengan kosakata India, Saranjana berarti tanah yang diberikan.
MITOS LEGENDA SARANJANA
Saranjana sebagai sebuah wilayah di Kalimantan pernah tercatat keberadaannya di peta era kolonial. Namun, di peta modern, Saranjana menghilang.
Dalam penelusuran kumparan di beberapa peta yang terdapat di Perpustakaan Nasional seperti terbitan Karya Pembina Swajaya, dan Indo Prima Sarana, tidak ada nama Saranjana di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sebelumnya disebutkan, Saranjana berada di sekitar Pulau Laut, Kotabaru.
Menurut keterangan peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat, Saranjana sebagai kota dapat dilacak melalui peta berjudul 'Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo' atau yang bisa diartikan sebagai “peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo”. Peta itu dibuat naturalis Jerman Salomon Muller, 1845 silam.
Muller menuliskan sebuah wilayah bernama Tandjong Sarandjana dalam petanya. Wilayah itu terletak di sebelah selatan Pulau Laut. Peta itu diterbitkan oleh Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel (Lembaga Penerbitan Peta Nusantara).
Tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang (Pulau Kijang)
Dalam peta terbaru setelah kemerdekaan, terjadi banyak perubahan nama nama daerah dalam peta. Demikian juga halnya di Kotabaru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
Dia tidak menjelaskan lebih merinci, mengapa Saranjana bisa lenyap dari peta modern. Nama saranjana sebagai nama tanjung, berubah nama sampai sekarang.
Secara ilmiah, lanjut dia, memang ada fakta-fakta mental (mentifact) di pikiran masyarakat pendukung kepercayaan tentang Saranjana di Kotabaru. Namun, ketika seseorang sengaja ingin datang untuk mencari Saranjana, mereka tidak akan menemukannya.
Keberadaan nama Saranjana atau Sarangjana atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda, memiliki kesamaan toponim dengan Sarangtiung. Toponim adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya.
Wilayah Saranjana ada di wilayah selatan Pulau Laut. Sementara daerah Sarangtiung di wilayah utara Pulau Laut. Bukan anomali.
Secara terminologi, kalau dikomparasikan (dibandingkan) dengan kosakata India, Saranjana berarti tanah yang diberikan. Hal ini diungkapkan sejarawan India, S.D. Chaudhri dalam ‘Indian Cases’, buku terbitan Law Publishing Press, 1917,
Faktanya orang-orang India memakai nama ini. Sebut saja nama orang India, Saranjana Kulkarni. Nama perusahaan Saranjana Manufacturing, dan sebagainya.
Karena terbentur data. Belum pernah ditemukan peninggalan wujud budaya hasil indianisasi di Pulau Laut. Penelusuran akhirnya berhenti di sumber lisan lokal.
Normasunah, dalam publikasinya bertitel Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency tahun 2017, memberikan pandangan lain. Yakni ikatan budaya masyarakat, Legenda Kerajaan Pulau Halimun, tokohnya, Raja Pakurindang, Sambu Batung dan Sambu Ranjana.
Normasunah berpendapat sesuai mitos. Gunung Saranjana merupakan jelmaan dari tokoh Sambu Ranjana dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun.
Dalam mitos itu, Raja Pakurindang mengatakan Sambu Batung, engkau dan Putri Perak tinggallah di utara pulau ini. Teruskan rencanamu membuka diri dan membaur di alam nyata, dan engkau Sambu Ranjana tinggallah di selatan lanjutkan niatmu menutup diri. Aku merestui jalan hidup yang kalian tempuh. Namun ingat, meskipun hidup di alam berbeda, kalian harus tetap rukun. Selalu bantu-membantu dan saling mengingatkan.
Nama Sambu Ranjana inilah yang kemudian mengalami pelafalan menjadi Saranjana; dalam lidah orang lokal.
Soal akurasi kebenarannya bahwa, mitos bagian dari bahasa yang subtansinya tidak terletak pada gaya, irama atau sintaksisnya. Melainkan pada cerita yang diungkapkannya. Fungsi mitos terletak pada suatu tataran khusus yang di dalamnya makna-makna melepaskan diri dari landasan yang semata-mata kebahasaan.
Mitos merupakan bahasa yaitu suatu struktur yang teraktualisasikan setiap kali menceritakan ulang kisah tertentu. Dari deretan pendapat dengan cara pandang lingua-historis ini paling tidak memberikan informasi penting.
Asal nama Saranjana yang paling mendekati kebenaran adalah Sambu Ranjana.
MITOS LEGENDA KOTA SUPER MEGAH SARANJANA
Saranjana sebagai sebuah wilayah di Kalimantan pernah tercatat keberadaannya di peta era kolonial. Namun, di peta modern, Saranjana menghilang.
Dalam penelusuran kumparan di beberapa peta yang terdapat di Perpustakaan Nasional seperti terbitan Karya Pembina Swajaya, dan Indo Prima Sarana, tidak ada nama Saranjana di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sebelumnya disebutkan, Saranjana berada di sekitar Pulau Laut, Kotabaru.
Menurut keterangan peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat, Saranjana sebagai kota dapat dilacak melalui peta berjudul 'Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo' atau yang bisa diartikan sebagai “peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo”. Peta itu dibuat naturalis Jerman Salomon Muller, 1845 silam.
Muller menuliskan sebuah wilayah bernama Tandjong Sarandjana dalam petanya. Wilayah itu terletak di sebelah selatan Pulau Laut. Peta itu diterbitkan oleh Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel (Lembaga Penerbitan Peta Nusantara).
Tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang (Pulau Kijang)
Dalam peta terbaru setelah kemerdekaan, terjadi banyak perubahan nama nama daerah dalam peta. Demikian juga halnya di Kotabaru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
Dia tidak menjelaskan lebih merinci, mengapa Saranjana bisa lenyap dari peta modern. Nama saranjana sebagai nama tanjung, berubah nama sampai sekarang.
Secara ilmiah, lanjut dia, memang ada fakta-fakta mental (mentifact) di pikiran masyarakat pendukung kepercayaan tentang Saranjana di Kotabaru. Namun, ketika seseorang sengaja ingin datang untuk mencari Saranjana, mereka tidak akan menemukannya.
Keberadaan nama Saranjana atau Sarangjana atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda, memiliki kesamaan toponim dengan Sarangtiung. Toponim adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya.
Wilayah Saranjana ada di wilayah selatan Pulau Laut. Sementara daerah Sarangtiung di wilayah utara Pulau Laut. Bukan anomali.
Secara terminologi, kalau dikomparasikan (dibandingkan) dengan kosakata India, Saranjana berarti tanah yang diberikan. Hal ini diungkapkan sejarawan India, S.D. Chaudhri dalam ‘Indian Cases’, buku terbitan Law Publishing Press, 1917,
Faktanya orang-orang India memakai nama ini. Sebut saja nama orang India, Saranjana Kulkarni. Nama perusahaan Saranjana Manufacturing, dan sebagainya.
Karena terbentur data. Belum pernah ditemukan peninggalan wujud budaya hasil indianisasi di Pulau Laut. Penelusuran akhirnya berhenti di sumber lisan lokal.
Normasunah, dalam publikasinya bertitel Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency tahun 2017, memberikan pandangan lain. Yakni ikatan budaya masyarakat, Legenda Kerajaan Pulau Halimun, tokohnya, Raja Pakurindang, Sambu Batung dan Sambu Ranjana.
Normasunah berpendapat sesuai mitos. Gunung Saranjana merupakan jelmaan dari tokoh Sambu Ranjana dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun.
Dalam mitos itu, Raja Pakurindang mengatakan Sambu Batung, engkau dan Putri Perak tinggallah di utara pulau ini. Teruskan rencanamu membuka diri dan membaur di alam nyata, dan engkau Sambu Ranjana tinggallah di selatan lanjutkan niatmu menutup diri. Aku merestui jalan hidup yang kalian tempuh. Namun ingat, meskipun hidup di alam berbeda, kalian harus tetap rukun. Selalu bantu-membantu dan saling mengingatkan.
Nama Sambu Ranjana inilah yang kemudian mengalami pelafalan menjadi Saranjana; dalam lidah orang lokal.
“Soal derajat kebenaran hal ini Normasunah dalam tulisannya menjelaskan, mitos bagian dari bahasa yang subtansinya tidak terletak pada gaya, irama atau sintaksisnya. Melainkan pada cerita yang diungkapkannya. Fungsi mitos terletak pada suatu tataran khusus yang di dalamnya makna-makna melepaskan diri dari landasan yang semata-mata kebahasaan.
Mitos merupakan bahasa yaitu suatu struktur yang teraktualisasikan setiap kali menceritakan ulang kisah tertentu. Dari deretan pendapat dengan cara pandang lingua-historis ini paling tidak memberikan informasi penting.
Asal nama Saranjana yang paling mendekati kebenaran adalah Sambu Ranjana.
CERITA MISTERI
Kota gaib Saranjana yang konon dihuni jin menjadi misteri bagi banyak orang, dan belakangan ini mulai dibicarakan lagi oleh khalayak ramai.
Ada yang beranggapan bahwa di kota gaib Saranjana itu bukan dihuni oleh jin tetapi orang bunian, yang menurut penduduk setempat memiliki bentuk fisik sama dengan manusia.
Kota Gaib Saranjana berada di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Banyak orang percaya jika letak kota itu ada di Pulau Halimun, di sanalah ibu kota Kabupaten Kotabaru bertempat.
Tidak ada yang pernah melihat keberadaan kota ini secara kasat mata, namun ternyata ada seorang pria yang bukan saja bisa melihat tapi juga bisa bebas keluar masuk kota gaib itu.
Kota gaib Saranjana ini tampak rapi dengan jalan raya yang lebar, gedung-gedung dan perumahan yang megah berpagar tinggi mengkilat.
Mereka hidup rukun dan damai serta memiliki struktur pemerintahan mirip dengan manusia. Dan menurut kisah memiliki sistem monarki konstitusi, yaitu pemerintahan raja yang dibatasi undang-undang.
Masih banyak lagi kisah mistis dan misterius yang dialami penduduk di sekitar kota gaib Saranjana tersebut, dan mereka lebih memilih untuk tetap menjadikan kisah itu sebagai misteri.
KISAH PENGALAMAN PENDUDUK & EKSPEDISI MESTERI SARANJANA
Tentang kisah misteri kota gaib Saranjana. Pria itu bernama Pua Leba, seorang warga Desa Tanjung Lalak Utara, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, provinsi Kalimantan Selatan.
Pua Leba, sehari-hari bekerja sebagai petugas di Kantor Kecamatan. Namanya dikenal baik oleh masyarakat sekitar.
Pua Leba terkenal di desa itu karena kota gaib Saranjana. Warga kompak membenarkan kalau Pua Leba adalah salah satu dari manusia yang sampai sekarang sering keluar masuk Kota Saranjana.
Menurut anak lelakinya ketika menjelaskan kepada wartawan yang bertanya, jika jalan dengan Pua Leba harus hati-hati karena suka hilang secara mendadak tanpa jejak.
Pua Leba bisa berinteraksi dengan penduduk kota gaib Saranjana berawal hanya dari sebuah Mandau, senjata khas suku Dayak di Kalimantan.
Mandau itu dahulu milik pamannya yang konon semacam komando di Saranjana, berkat Mandau itu indera keenam Pua Leba terbuka sehingga kini dapat leluasa melihat kota gaib dan penduduknya.
Ketika ditanya, Pua leba menjelaskan mereka rata-rata orang suku Banjar, tapi ada juga orang Mandar, ada orang Jawanya, pokoknya bermacam-macam suku.
Di malam-malam tertentu ia sering dijemput tokoh dari kota Saranjana menggunakan mobil yang bagus. Hanya ia saja yang bisa melihat mobil dan si tokoh dari Saranjana tersebut.
Menurut Pua Leba mereka selain mirip dengan manusia, aktivitasnya pun sama. Mereka juga makan nasi, minum kopi, bahkan juga merokok.
Mereka belanjanya dan membeli itu semua di kota kita juga. Tak ketahuan bedanya jika belanja karena mukanya sama saja dengan manusia biasa. Demikian cerita Pua Leba.
Pua Leba tak pernah menyentuh makanan serta minuman yang ada di sana karena jika sampai memakannya ia tidak akan bisa keluar dari Saranjana.
KISAH VERSI 2
Kota gaib Saranjana sedang menjadi perbincangan di media sosial belakangan ini. Pemicunya adalah kisah viral seorang kurir bernama Indra.
Dalam ceritanya Indra mengaku masuk dan keluar dari Kota Gaib Saranjana.
Kisah ini viral karena Indra menemukan Saranjana yang konon tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Ia berhasil sampai sana berkat pertolongan seorang kakek.
Indra bekerja sebagai kurir di sebuah perusahaan ekspedisi. Pada 16 Agustus, Indra bingung karena ada satu paket yang alamatnya tidak terdeteksi di Google Map.
Paket tersebut berbentuk kotak segi empat, seperti kotak handphone, tertera nama penerima Delfina Shafara yang tinggal di Distrik Nabula.
Indra pun bertanya ke warga sekitar tapi tak seorang pun yang tahu alamat tersebut, menjelang magrib Indra pun menyerah, dia pikir alamat yang dicantumkan salah.
Saat hendak pulang tiba-tiba Indra dikagetkan dengan kemunculan seorang laki-laki paruh baya yang menghampirinya.
"Nak katanya kau sedang cari alamat Distrik Nabula ya," tanya laki-laki tersebut.
Indra mengiyakan dan kakek itu pun menyebut ia mengenal sosok Delfina Shafara. Kakek mengibaskan sapu tangan ke wajah Indra dan seketika Indra mengedipkan matanya.
Singkat cerita, Indra mengikuti arahan dari sang kakek. Sepanjang jalan, Indra merasakan jalan bagus, pepohonan rindang, dan pemandangan yang indah.
Tak lama kemudian Indra tercengang melihat gedung-gedung pencakar langit yang megah menjulang tinggi, berwarna perak dengan kaca-kaca yang berkilauan.
Sementara itu, Indra melihat kendaraan mewah yang berlalu lalang di udara, di darat ada mobil-mobil super, dan kendaraaan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Singkat cerita Indra pun mendapati alamat yang dituju. Indra pun dipersilahkan masuk. Rumah pemilik paket tersebut digambarkan sangat indah dengan dihiasi air mancur yang kebiru-biruan.
Menurut kisah tersebut, Indra sampai menginap di kota itu karena cuaca buruk. Besoknya, ia mengikuti lomba 17 Agustus di kota itu. Hadiahnya tak tanggung-tanggung.
Indra berhasil meraih juara 2 dalam lomba dan mendapat 4 kilogram emas. Setelah itu Indra pulang ke kosannya, dan dia menyimpan emas tersebut.
KISAH VERSI 3
Kota Saranjana kembali menjadi perbincangan di media sosial usai menampakkan diri di sebuah foto yang diambil wisatawan.
Devi Ayu Puspita di Kotabaru, Wisatawan asal Makassar, Sulawesi Selatan ini mengambil foto dengan latar panorama Gunung Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Kami seperti yang lain berwisata dan berfoto-foto, namun ada yang membuat kami terperangah dari hasil jepretan suami (diduga foto penampakan Kota Saranjana).
Cerita Kota Saranjana bukan kali pertama ini terdengar. Sebelumnya, beberapa orang sempat mengalami pengalaman mistis serupa yang dikaitkan dengan keberadaan kota ini.
Dalam videonya, pengunggah membagikan cerita seorang kurir yang mendapatkan emas 4 kilogram di Saranjana.
MITOS ATAU FAKTA KOTA SARANJANA
1. Lokasi Kota Gaib Saranjana.
Konon kota gaib Saranjana berlokasi di Pulau Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sayangnya, Anda tidak dapt menemukannya di peta, atau catatan administratif negara.
Menurut cerita rakyat yang beredar, Saranjana dihuni oleh makhluk jin. Pernah ada wisatawan yang mengaku melihat manusia di tengah-tengah gedung pencakar langit di Kota Saranjana.
Akan tetapi saat didekati pemandangan kota tersebut langsung seketika berubah menjadi gunung yang berbatasan langsung dengan laut.
2. Saranjana dalam Sejarah Indonesia.
Sebuah jurnal berjudul Saranjana in Historical Record: The City's Invisibility in Pulau Laut, South Kalimantan oleh Mansyur dari Universitas Lambung Mangkurat menganilisis Saranjana dalam catatan sejarah.
Menurut hipotesis penulis, Saranjana adalah wilayah suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut. Suku Dayak yang dimaksud adalah Dayak Samihim sub suku Dayak yang mendiami wilayah timur laut Kalimantan Selatan.
Dalam sumber lisan, kerajaan mereka dikenal dengan nama Nan Sarunai yang dirusak oleh pasukan Jawa yang dipanggil dari Marajampahit atau Majapahit.
Kesimpulan hipotesis ini, Kerajaan Saranjana muncul sebelum 1660-an atau sebelum abad ke-17 Masehi. Kepala Suku adalah Sambu Ranjana.
3. Saranjana Digambarkan Sebagai Kota Modern.
Konon kota gaib tersebut sangat maju, banyak gedung-gedung yang tinggi dan jalan besar, termasuk penduduknya yang hidup dengan kekayaan dan makmur.
Legenda juga mengatakan banyak orang hilang setelah mendatangi Kota Saranjana tersebut. Saranjana digambarkan punya teknologi terbaru dan sangat mengikuti perkembangan zaman.
Wisatawan yang pergi ke gerbang Saranjana, tidak pernah kembali lagi yang dipercaya karena mereka terlanjur nyaman dengan kemegahan Kota Saranjana.
4. Pengalaman Musisi Indonesia di Saranjana.
Karena kembali viral, muncul video lawas Tantri Kotak yang menceritakan pengalaman mistisnya ketika manggung di suatu daerah, yang diduga penontonnya berasal dari Saranjana.
Cerita itu disampaikan Tantri di podcast kanal YouTube Moe Production. Selain Tantri Kotak, musisi Ari Lasso juga pernah tampil di lokasi yang sama.
"Sampe sana EO nya bilang, mbak jangan kaget ya nanti, kemarin Ari Lasso main di sini, Ari Lasso main di GOR, akses pintu masuknya cuma satu, terus jangan kaget kalau tiba-tiba penontonya ilang setengah" ungkap Tantri.
"Pas udah manggung bener dong, saking gue udah dikasih tahu begitu akhirnya gue merhatiin, pas udah setengah lagu gue balik badan, lagi ke arah drum, pas balik arah ya gitu, dari sepadat-padatnya," imbuh Tantri.
Tantri Kotak mengatakan bahwa setelah konser di tempat itu, dirinya sempat kesulitan tidur padahal kondisi tubuhnya terasa capek.
5. Kota Gaib Saranjana Dijadikan Film
Berbagai mitos soal Saranjana kemudian menginspirasi DHF Entertainment untuk menerbitkan film berjudul Kota Ghaib Saranjana. Film ini disutradarai Johansyah Jumberan berdasarkan legenda urban.
Film yang juga diproduseri dan ditulis naskahnya oleh Johansyah ini direncanakan untuk tayang pada awal tahun 2023, dengan dibintangi Adinda Azani, Luthfi Aulia, Irzan Faiq, dan Ajeng Fauziah sebagai pemeran utama.
Ada pula pemeran yang berasal dari Pulau Kalimantan, seperti Gusti Gina serta Mourys Sam. Selain itu, ada pula Putri Intan Kasela dan Fauzi Rahman yang dipilih setelah berpartisipasi dalam penyeleksian pemeran.
Film ini mengisahkan sebuah grup musik beranggotakan Rendy (Luthfi Aulia), Dion (Irzan Faiq) dan Vey (Ajeng Fauziah) kehilangan vokalis mereka, Shita (Adinda Azani), yang dicurigai diculik ke kota gaib bernama Saranjana.