KISAH AZAZIL
Nama Asli Iblis, Makhluk Yang Dikutuk Tuhan.
Untuk istilah yang sama dari sudut pandang Agama Yahudi, Nasrani dan Kristen, lihat Azazel.
Azâzîl (Azāzīl /Azazel/ Izazil) adalah nama asli dari Iblis yang merupakan bapak dari bangsa jin, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa nama asli Iblis adalah al-Harits. Menurut syariat Islam Azâzîl adalah pemimpin kelompok syaitan dari kalangan jin dan manusia.
Sebuah gambaran tentang Azazel dalam bentuk yang sangat dikenal, yaitu bentuk setan-kambing jantan, karya Collin de Plancy Dictionnaire Infernal (Paris ,1825).
SEBELUM DICIPTAKANNYA ADAM
Azâzîl pernah menjadi Imam para Malaikat (Sayyid al-Malaikat) dan Khazin al-Jannah (Bendaharawan Surga), selama beberapa puluh ribu tahun sebelum membangkang kepada Allah. Nama Azazil dapat ditemukan dalam beberapa kitab tafsir, di antaranya dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, (Mujallad I-1/76 – 77), Tafsir Al-Khazin – Tafsir Al-Baghowi (I-1/48).
Gunung Azazil (Jabal Muntar) di Gurun Yudea, Suriah, yang dianggap sebagai tempat Azazil dibuang ke bumi.
Kata Azazil merupakan bahasa Arab Kuno yang terdiri dari dua suku kata yaitu Aziz (عزيز) yang berarti terhormat, berharga, sangat kuat, dan (ال) Eil yang merupakan penamaan Allah di zaman Arab Kuno. Azazil secara harfiah berarti Makhluk kuat Allah atau Makhluk terhormat Allah.
JULUKAN
Azâzîl sangat banyak memiliki nama panggilan seperti, "Abu Kurdus", Sayid al-Malaikat, dan Khazin al-Jannah. Di setiap langit ia memiliki julukan yang sangat bagus, sampai akhirnya dipanggil Iblis oleh Allah, ketika ia tidak mau menghormati Adam. Julukannya adalah sebagai berikut :
Langit pertama ar-Rafii'ah, Ahli ibadah (al-Abid),
Langit kedua al-Maa'uun, Ahli rukuk (ar-Raki),
Langit ketiga al-Maziinah, Ahli sujud (as-Saajid),
Langit keempat az-Zahirah, Selalu merendah dan takluk kepada Allah (al-Khaasyi),
Langit kelima al-Muniirah, Selalu taat (al-Qaanit),
Langit keenam al-Khaliishah, Bersungguh-sungguh dalam beribadah (al-Mujtahid),
Langit ketujuh al-Ajiibah, Sederhana dalam menggunakan sarana hidup (az-Zahid).
WUJUD FISIK
Sebelum Penciptaan Adam.
Sebelum dilaknat oleh Allah, Azâzîl memiliki wajah rupawan cemerlang, mempunyai empat sayap, banyak ilmu, terbanyak dalam hal ibadah serta menjadi kebanggaan para malaikat, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyyuun, memiliki tempat di beberapa langit, mendengarkan berita-berita rahasia Tuhan, dan masih banyak lagi.
“... Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Akan tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)." (Al-Jin 9:72)”
SETELAH PENCIPTAAN ADAM
Setelah ia enggan untuk bersujud kepada Adam, Allah memanggilnya Iblis dan mengubah mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlang menjadi bentuk seperti babi hutan. Allah mengubah kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti ketel tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan, dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.
PENANGGUHAN UMUR
Azâzîl diberi umur hingga hari kiamat. Dengan janji untuk menyesatkan manusia sebanyak mungkin dan menemaninya di neraka Jahannam kelak.
Permintaan Azâzîl kepada Allah :
Berkata iblis: Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. (Al-Hijr, 15:36).
Lalu Allah menjawab :
Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (Shaad, 38:85).
AZAZIL MENURUT KRISTEN
Azazel dalam Perjanjian Lama adalah kambing jantan yang akan digunakan sebagai korban penghapus dosa. Upacara penyucian dosa ini pertama kali diberikan Allah kepada Adam setelah manusia jatuh ke dalam dosa, dan di lanjutkan kembali oleh Nabi Musa pada saat umat Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir. Imamat 16.
Karena pelanggaran pada hukum Allah menuntut nyawa dari si pelanggar, darah yang melambangkan utang nyawa orang yang berdosa yang kesalahannya ditanggungkan kepada korban, lalu dibawa imam ke dalam bilik yang kudus dan memercikkannya di hadapan tirai penghubung, yang di belakangnya terdapat tabut perjanjian yang berisi hukum yang dilanggar oleh orang berdosa itu. Dengan upacara ini dosa-dosa melalui darah, dipindahkan secara simbolis ke tempat kudus. Dalam beberapa kasus, darah tidak dibawa ke bilik yang suci, tetapi dagingnya kemudian akan dimakan oleh imam, sebagaimana Musa memberi petunjuk kepada anak-anak Harun dengan mengatakan, Tuhan memberikan kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan umat." Imamat 10:17.
Dengan demikian, dosa-dosa umat Israel dipindahkan. Sekali setahun, pada hari besar pendamaian, imam memasuki bilik yang mahakudus untuk membersihkan dan memulihkan tempat kudus. Pekerjaan ini dilakukan untuk mengakhiri pelayanan tahunan. Pada hari pendamaian dua ekor kambing jantan (=yang akan ditentukan bagi Azazel atau Mesias) dibawa ke pintu kemah suci, lalu dibuang undi bagi keduanya, sebuah undi bagi TUHAN, dan sebuah lagi bagi Azazel (pembuangan total) (Imamat 16:8). "Kambing yang terundi bagi Tuhan akan disembelih sebagai korban persembahan banyak orang. Dan imam akan membawa darahnya ke dalam tirai selubung, dan memercikkan ke atas mezbah pedupaan yang di hadapan tirai selubung.
Korban yang menjadi undi Mesias yang disembelih dan dagingnya dimakan itu merupakan lambang bahwa umat Israel sudah menjadi satu dengan Mesias yang selalu memuliakan hukum Allah dan darah yang dipercik itu adalah darah yang menguduskan dan mendamaikan manusia dari dosanya.
Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kambing itu segala kesalahan umat Israel dan segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan (Azazel) itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia dengan itu. Demikianlah kambing jantan itu (Azazel) harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun (Imamat 16:21,22). Orang yang menggiringnya ke padang gurun harus membasuh dirinya dan pakaiannya dengan air sebelum kembali ke perkemahan.
Seluruh upacara itu dimaksudkan untuk memberi kesan kepada orang Israel mengenai kekudusan Allah dan kebencianNya kepada dosa. Dan lebih jauh, untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak boleh berhubungan dengan dosa tanpa menjadi cemar dan najis. Karena Allah tidak pernah sedikit pun mengizinkan dosa, walaupun umatNya sering melakukan amal dan berperilaku sangat baik, hanya dengan setitik dosa saja manusia tetap tidak berkenan di hadapan Allah. Walau begitu keselamatan sudah tergenapi oleh Darah Yesus di Kayu Salib.
KISAH AZAZIL DARI PEMIMPIN MALAIKAT HINGGA DIKUTUK ALLAH SWT MENJADI IBLIS
Sebelum Adam diciptakan, Allah SWT telah lebih dulu menciptakan malaikat dan jin.
Di antara ketiga makluk itu, kita mengenal dengan nama iblis.
Quraish Shihab dalam bukunya, Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Al Quran-As Sunah, menjelaskan Qur’an telah menginformasikan bahwa jin, setan, dan malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah.
Bahkan, mereka diciptakan lebih dahulu daripada manusia, dan pengakuan terhadap keberadaan salah satu dari mereka, yaitu malaikat, ditempatkan sebagai pilar keimanan agama Islam.
Jadi, persoalannya bukan terletak pada ada atau tidaknya wujud-wujud tersebut, tetapi lebih pada bagaimana menyikapi keberadaan mereka dengan cara yang benar.
Namun, bagaimana awal mula iblis ada ?
Apakah dia termasuk golongan malaikat atau jin ?
Sebab dalam penciptaannya, keduanya berbeda. Malaikat diciptakan dari cahaya, sementara jin dari nyala api.
Menurut Imam Ibnu Katsir, awalnya, iblis diciptakan sebagai salah satu makhluk Allah yang sangat mulia. Nama asli Iblis adalah Al Harits. Dinamakan demikian lantaran Iblis pernah menjadi penjaga surga. Sementara Azazil, merupakan panggilan besar malaikat.
Mengutip dari buku Laki-Laki yang Tak Berhenti Menangis yang ditulis Rusdi Mathari, berikut kisah tentang Azazil.
Suatu ketika malaikat melihat sebuah tulisan yang terpampang di salah satu dinding surga dan tertulis sebagai ketetapan Allah (Lauhul Mahfud), isinya :
Karena kesombongan, seorang yang muqorrobin (sangat dekat dengan Allah) akan mendapat laknat.
Membaca tulisan itu, para malaikat menangis semua. Termasuk Izrail, si malaikat pemutus segala kenikmatan. Mereka sangat takut dan khawatir apabila makhluk yang tercatat sebagai ketetapan Allah itu adalah diri mereka.
Kemudian, mereka semua sepakat untuk menemui Azazil. Dia adalah pemimpin atau penghulu para malaikat yang setiap lapis langit mendapat kehormatan. Azazil kurang lebih sudah 120 ribu tahun mengabdi kepada Allah dan setiap doanya niscaya dikabulkan.
Para malaikat tersebut meminta kepada Azazil untuk berdoa kepada Allah supaya terhindar dari laknat Allah. Ia pun memenuhi permintaan itu dan berdoa agar para malaikat terhindar dari murka Allah.
Lalu, tibalah suatu hari Allah mengumpulkan para malaikat untuk diberitahu perihal penciptaan Adam sebagai manusia dan pemimpin di dunia. Para malaikat terperanjat dan protes. Menurut pengetahuan mereka, manusia adalah makhluk pembuat kerusakan yang paling nyata.
Menjawab protes malaikat, Allah berkata bahwa hanya Dia yang mengetahui segala sesuatu dan mereka tidak. Mendengar hal itu, para malaikat seketika menunduk dan memohon ampun. Allah kemudian memerintahkan mereka untuk bersujud kepada Adam. Serempak mereka sujud kecuali Azazil.
Azazil merasa dirinya lebih mulia dari Adam. Dia menganggap Adam yang diciptakan dari tanah berbeda dengan penciptaan dirinya yang dari api. Allah pun langsung menegur Azazil namun dengan sebutan yang baru yaitu iblis.
Azazil merespon teguran Allah dengan mengatakan 'tidak' untuk bersujud kepada Adam. Sejak saat itu, diketahu bahwa Azazil adalah makhluk yang dimaksud dalam tulisan di dinding surga.
Dia menerima ketetapan Allah dengan diusir dari surga dan menjadi iblis.
Kisah Adam yang akan dijadikan pemimpin di dunia dan diprotes para malaikat itu tercantum dalam Alquran, surah Al-Baqarah ayat 30.
QS. Al-Baqarah Ayat 30
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Wa iz qoola rabbuka lil malaaa'ikati innii jaa'ilun fil ardi khaliifatan qooluuu ataj'alu fiihaa mai yufsidu fiihaa wa yasfikud dimaaa'a wa nahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu laka qoola inniii a'lamu maa laa ta'lamuun
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Juz ke-1)
Tafsir :
Setelah pada ayat-ayat terdahulu Allah menjelaskan adanya kelompok manusia yang ingkar atau kafir kepada-Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam. Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi". Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan.
Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di sana dengan saling membunuh,"sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sam-pai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut.
Ketika Allah swt memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah swt.
Allah swt tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah swt adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Mahatinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Pengertian ini dapat dikuatkan dengan firman Allah :
Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi (sad/38: 26)
Sebagaimana kita ketahui Daud a.s. di samping menjadi nabi juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum Muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum Muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.
Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.