KAMESWARA RAJA KERAJAAN KEDIRI
Kamesywara adalah raja Kerajaan Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1180-1190-an, dengan bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa.
Pemerintahan Sri Kameswara, tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Kameswara naik takhta. Peninggalan sejarahnya antara lain prasasti Semanding, 17 Juni 1182, dan prasasti Ceker, 11 September 1185.
Selain itu pada masa pemerintahan Sri Kameswara ini seorang pujangga bernama Mpu Dharmaja menulis Kakawin Smaradahana, yang berisi kisah kelahiran Ganesha, yaitu dewa berkepala gajah yang menjadi lambang Kerajaan Kadiri sebagaimana yang tertera pada prasasti-prasasti.
Kakawin Smaradahana juga mengisahkan terbakarnya Kamajaya dan Ratih, menjelang kelahiran Ganesha. Pasangan dewa-dewi tersebut kemudian menitis dalam diri Sri Kameswara raja Kadiri dan permaisurinya yang bernama Sri Kirana, putri Janggala.
Sejak berdiri tahun 1042, Kerajaan Kadiri dan Janggala selalu terlibat perang saudara. Pada tahun 1135 Sri Jayabhaya raja Kadiri berhasil menaklukkan Janggala, berdasarkan prasasti Ngantang. Ditambah lagi dengan perkawinan Sri Kameswara dengan Sri Kirana membuat persatuan kedua Negara lebih erat lagi.
Kakawin Smaradahana merupakan cikal bakal kisah-kisah Panji yang populer dalam masyarakat Jawa. Tokoh Panji Inu Kertapati Asmarabangun merupakan pangeran Janggala yang menikah dengan Galuh Candrakirana putri Kadiri. Dalam beberapa pementasan ketoprak, tokoh Panji kemudian menjadi raja Janggala bergelar Kameswara. Hal ini tentu saja kebalikan dari fakta sejarah. Dari kisah ini pula, muncul cerita rakyat Ande Ande Lumut . Tidak diketahui kapan pemerintahan Sri Kameswara berakhir. Raja Kadiri selanjutnya berdasarkan prasasti Kamulan (1194) adalah Kertajaya.
RAJA-RAJA KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri adalah kerajaan bercorak Hindu yang berdiri antara tahun 1045 hingga 1222.
Kerajaan yang terletak di Kediri, Jawa Timur, ini memiliki banyak nama panggilan, seperti Kerajaan Kadiri, Kerajaan Daha, dan Kerajaan Panjalu.
Puncak kejayaan Kerajaan Kediri saat dipimpin oleh Raja Jayabaya (1135-1159).
Pada masa pemerintahannya, bidang sastra berkembang dengan sangat baik dan Kerajaan Kediri terkenal hingga ke Tiongkok.
Selain itu, wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya.
Raja-raja Kerajaan Kediri :
1. Sri Samarawijaya (1042-1044)
2. Sri Bameswara (1117-1135)
3. Sri Jayabaya (1135-1159)
4. Sri Sarweswara (1159-1169)
5. Sri Aryyeswara (1169-1181)
6. Sri Gandra (1181-1184)
7. Sri Kameswara (1184-1194)
8. Sri Kertajaya (1194-1222)
RAJA-RAJA KERAJAAN KEDIRI YANG TERKENAL
Raja Bameswara (1117-1135)
Pada masa pemerintahannya, dibuatlah Cerita Panji karangan Mpu Dharmaja.
Cerita ini berisi pujian yang mengatakan raja adalah titisan Dewa Kama, ibu kota kerajaan bernama Dahana yang dikagumi keindahannya oleh seluruh dunia, dan permaisuri cantik bernama Sri Kirana dari Jenggala.
Sri Jayabaya (1135-1159)
Sri Jayabaya adalah raja bijaksana yang berhasil mengantarkan Kerajaan Kediri menuju puncak kejayaannya.
Pada masa kekuasaannya, wilayah Kediri mencapai pantai Kalimantan dan Kerajaan Ternate.
Karena wilayahnya begitu luas, bisa dipastikan bahwa armada laut yang dimiliki juga sangat kuat.
Bahkan kerajaan ini sangat terkenal hingga ke Tiongkok, dibuktikan dengan tulisan saudagar bernama Khou Ku Fei yang memaparkan tentang karakteristik masyarakat pada zaman Kerajaan Kediri.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Sri Jayabaya pun sudah teratur, sementara hukum dilakukan secara tegas dan adil.
Nama Sri Jayabaya diabadikan dalam Kitab Bharatayudha, dan sampai sekarang ia dikenal karena ramalannya tentang Indonesia dalam Jangka Jayabaya.
Sri Kertajaya (1194-1222)
Sri Kertajaya adalah raja terakhir Kerajaan Kediri, sebelum akhirnya jatuh karena serangan Kerajaan Singasari.
Raja yang memiliki gelar Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa ini dikenal sangat kejam dan mewajibkan rakyat untuk menyembahnya.
Hal itu membuat para Brahmana menentang dan pada akhirnya bersekutu dengan Ken Arok dari Kerajaan Singasari untuk mengalahkannya.