PRABU SRI MAHARAJA KANWA (±antara 90-60SM) DAN
PRABU DEWAHESA (±120-90SM)
(Sumber dari Kitab Pustaka Raja Purwa)
Mudanya bernama Raden Pakukuhan, putra keenam dari Prabu Dewahesa.
Raja penerus kerajaan Purwacarita (jawa tengah, dahulu bernama Medang Kamulan, kaki gunung Mahendra atau sekarang disebut gunung lawu). Kerajaan Purwacarita didirikan oleh Prabu Budakresna, setelah lengser digantikan oleh seorang resi dari India yang kemudian bergelar Prabu Dewahesa, akan tetapi Pusat pemerintahannya dipindah ke Gilingaya (bekas kerajaan Medang Gili, kaki gunung Mahera/gunung salak, banten).
Setelah ayahnya wafat, Prabu Kanwa menjadi satu-satunya penguasa di jawa. Prabu Kanwa adalah penggagas pertama kali sistem pertanian-persawahan di jawa, terbentang dari (saat ini daerah klaten-bantul hingga surabaya-malang). Menggantikan sistem bertani dengan cara berpindah-pindah. Saat itu Purwacarita mengalami masa kejayaan.
Prabu Kanwa mempunyai senjata pusaka berbentuk tombak yang ujungnya dari patahan gading gajah Prabu Iramba.
Iramba adalah nama kakak kandungnya, seorang raja yang lari ke daerah Swarnadwipa (Sumatra) karena kalah berperang melawan Prabu Kanwa akibat suatu kesalahpahaman.
Saat itu daerah jawa dan sumatra masih satu wilayah daratan belum terpisah.
PRABU DEWAHESA (±120-90SM)
Adalah raja Purwacarita generasi kedua setelah Prabu Budakresna.
Di jaman kepemerintahan Prabu Dewahesa terdapat penataan agama bagi masyarakat jawa kuno, dengan dibantu oleh kelima putranya. Mereka mendapat tugas antara lain :
1. Penduduk beragama Kala dipimpin oleh Prabu Isru,
2. Penduduk beragama Wisnu dipimpin oleh Prabu Harnida,
3. Penduduk beragama Indra dipimpin oleh Prabu Agina,
4. Penduduk beragama Sambu dipimpin oleh Prabu Rugista,
5. Penduduk beragama Bayu dipimpin oleh Prabu Iramba,
6. Penduduk beragama Brahma dipimpin oleh Sri Maharaja Dewahesa sendiri.
Kemudian penataan sistem penanggalan yang dipersembahkan oleh keponakannya, seorang resi bernama Resi Radi. Yaitu penetapan hari dan pranatamangsa.
Pada zaman dahulu Empu Sengkala (th 1 candra sengkala / ±432SM)
telah menciptakan penyebutan hari lima dalam satu pekan, yaitu Sri, Kala, Brahma, Wisnu, dan Guru, namun masyarakat Jawa merasa segan menggunakannya karena merasa takut terkena balak atau dianggap kurang sopan jika menyebut secara langsung nama para dewa, sehingga mereka lebih suka menggantinya dengan istilah warna, hari :
1. Putih.
2. Kuning.
3. Merah.
4. Hitam dan.
5. Mancawarna.
Mulai saat itu Resi Radi memperkenalkan penyebutan hari lima dengan istilah baru, yaitu :
1. Legi.
2. Pahing.
3. Pon.
4. Wage dan.
5. Kliwon.
Kelima hari tersebut dikenal dengan istilah Pasaran.
Empu Sengkala dahulu juga menetapkan nama-nama masa dalam satu tahun dengan meniru penanggalan di Tanah Hindustan, yaitu :
1. Caitra.
2. Waisaka.
3. Jyesta.
4. Asada.
5. Srawana.
6. Badrapada.
7. Aswina.
8. Kartika.
9. Margasirsa.
10. Pusa.
11. Manggakala dan.
12. Palguna.
Maka, Resi Radi mengubah nama-nama masa tersebut dengan menggunakan istilah Jawa supaya lebih mudah dimengerti masyarakat Jawa yaitu :
1. Kasa.
2. Karo.
3. Katiga.
4. Kapat.
5. Kalima.
6. Kanem.
7. Kapitu.
8. Kawolu.
9. Kasanga.
10. Kadasa.
11. Pasta dan.
12. Sada.
Ke 12 masa tersebut dikenal dengan istilah Pranatamangsa.
Sri Maharaja Dewahesa pernah menerima kedatangan brahmana bergelar Brahmana Srita. Seorang juru tulis dari Hindustan yang datang ke Pulau Jawa untuk mengajarkan ilmu menulis dan seni sastra kepada masyarakat, yang dinamakan Aksara Kawi dan Sastradewata. Ia datang dengan disertai delapan orang brahmana lainnya, yaitu Brahmana Satya, Brahmana Walmikya, Brahmana Loda, Brahmana Agdisti, Brahmana Kirata, Brahmana Istira, Brahmana Situda, dan Brahmana Waswa.
Kesemua Brahmana tersebut yang kemudian mempersembahkan hasil pemikirannya kepada Prabu Dewahesa dan disahkan secara resmi untuk dipergunakan ke seluruh masyarakat Jawa.
Bersamaan dengan peristiwa tersebut lahirlah putra keenam dan ketujuh bernama Raden Pakukuhan dan Raden Jakapuring.
Catatan : aksara kawi banyak dipakai dalam penulisan prasasti² kerajaan jawa.
Kerajaan Purwacarita adalah kerajaan jawa kuno jauh sebelum Wirata.
Sedangkan Wirata berdiri ±th 19masehi dan Hastinapura berdiri bertepatan pada jaman Prabu Basukesti/raja kelima Wirata).
Puncak kejayaan Purwacarita pada jaman Prabu Pakukuhan atau dikenal dengan nama gelar Prabu Sri Maharaja Kanwa (raja generasi ketiga).
Akhir kejayaan Purwacarita pada jaman Prabu Basupati (raja generasi kedua Wirata di th 521candrasengkala /± th 89 masehi).