BATARA DARMA (DEWA KEADILAN)
Batara Darma adalah dewa keadilan yang bertugas menjaga tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan di Nusantara. Batara Darma sebenarnya adalah ayah dari yudhistira atau Puntadewa. Dewa Darma datang memenuhi panggilan Dewi Kunti karena istri Pandu itu memiliki Aji Adityarhedaya. Menurut Mahabarata, Batara Darma adalah putera Sang Hyang Atri, cucu Batara Brama.
Suatu ketika, dalam melaksanakan tugas menjaga keadilan, batara Darma pernah bertindak kurang bijaksana , sehingga ia dikutuk oleh Resi Animandaya. Pertapa sakti itu merasa diperlakukan tidak adil dan ketika kemudian ia menuntut keadilan, Batara Darma tidak sanggup memberikan jawaban yang memuaskan.
Karena kutukan itu, Batara Darma harus menjalani kehidupan sebagai manusia pincang yang dilahirkan dari wanita sudra. Akhirnya untuk menjalani kutukan itu, Batara Darma menitis pada Yamawidura, anak bungsu Abiyasa yang lahir dari seorang dayang istana bernama Drati.
Saat Dewi Drupadi, istri Puntadewa hendak dipermalukan oleh para Kurawa, Batara Darma datang untuk melindungi puteri Prabu Drupada itu. Waktu itu, setelah Pandawa kalah bermain judi karena kecerdikan dan kelicikan Sengkuni. Dewi Drupadi yang dianggap sebagai barang taruhan ternyata dimenangkan pula oleh para Kurawa . Di hadapan banyak orang, Dursasana mencoba melepaskan kain yang dikenakan Drupadi namun gagal.
Setiap kali kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Drupadi, saat itu pula selalu ada kain baru yang melapisi tubuh istri Yudhistira itu. Hal itu karena pertolongan Betara Brama.
Menjelang, berakhirnya masa pembuangan Pandawa di Hutan Kamiyaka, Batara Darma datang menguji rasa keadilan Yudhistira, anaknya. Dewa itu menyaru sebagai raja gandarwa dan mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada yudhistira ang ternyata dijawab dengan memuaskan.
Saat itu, Yudhistira disuruh memilih mana di antara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali, Yudhistira pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang. Karena jawaban Yudhistira selalu memuaskan, gandarwa itu berubah ujud kembali menjadi Batara Darma, dan keempat adik Yudhistira dihidupkan kembali.
Menjelang kematian Pandawa. Batara Darma menjelma menjadi seekor anjing peliharaan Yudhistira. Anjing it uterus mengikuti perjalanan Pandawa. Dalam perjalanan itu hanya Yudhistira dan anjing itu yang sampai ke puncak Himalaya dan akhirnya mencapai pintu sorga. Namun krtika Yudhistira hendak masuk ke sorga, oleh penjaga gerbang sorga, anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu, Yudhistira protes. Dia tidak mau masuk sorga yang tidak menghargai sebuah kesetiaan. Pada saat itulah, Anjing itu menjelma kembali menjadi Batara Darma.
Bathara Darma adalah Dewa Keadilan. Ia putra Sanghyang Parma, yang berarti cucu Sanghyang Taya adik Sanghyang Wenang.
Bathara Darma mempunyai tugas kewajiban memberi petunjuk, fatwa dan ajaran kebajikan kepada umst di Arcapada.
Pada jaman Lokapala, Bathara Darma menitis pada Prabu Lokawana, bertugas memberi fatwa tentang tatanan peradaban kepada manusia dan golongan raksasa.
Pada jaman Ramayana , ia menitis pada Prabu Banaoutra, raja negara Ayodya, kemudian menitis pada Raden Bharata putra Prabu Dasarata dan Dewi Kekayi, bertugas memberi ajaran tentang hak dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh orang perorang, dalam tatanan hidup bermasyarakat.
Sedangkan pada jaman Mahabharata, Bathara Darma menitis pada Prabu Puntadewa, raja negara Amarta / Ngamarta, bertugas memberi contoh tentang oerilaku kebijakan dalam hidupn bermasyarakat dan bernegara.
Dalam kitab Mahabharata ke XVll, Maha Prastaniparwa, Bathara Darma menjilma menjadi seekor anjing yang berhasil menuntun Prabu Puntadewa masuk ke Swargaloka.
Para kadang, ingkang kepareng badhe medhar carios bab Sa ghyang Darma, kasumanggakaken nyerat ing papan ngadhap.
BATARA DARMA PENGASUH PRABU PUNTADEWA
Darma Batara atau Batara Darma adalah seorang dewanya pengorbanan (lelabuhan) kesatria yang menjadi asuhannya adalah Prabu Puntadewa raja Amarta, batara Darma selalu melindungi pada pihak kebenaran ‘ terbukti ketika Dewi Drupadi mau ditelanjangi oleh Dursasana dalam Lakon Pandawa main Dadu, Batara Darmalah yang melindunginya dengan selalu melapisi kain pembalut badan Dewi Wara Drupadi.
DARMA BATARA
Setelah itu,menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di hutan Kamiyaka, Batara Darma datang menguji rasa keadilan Puntadewa, anaknya. Dewa itu menyamar sebagai raja gandarwa dan membunuh adik-adik Puntadewa satu persatu.
Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada Puntadewa yang ternyata dijawab dengan sangat memuaskan. Ketika Puntadewa disuruh memilih mana diantara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali, Puntadewa pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang.