SRI GUSTI KANJENG RATU KIDUL
(RATU PANTAI SELATAN DI NUSANTARA)
Sri Gusti Kanjeng Ratu Kidul adalah tokoh legenda yang sangat populer di kalangan masyarakat Pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan pulau Bali. Sosok ini secara umum sering disamakan dengan Nyi Roro Kidul, meskipun sebenarnya dia berdua sangatlah berbeda. Kanjeng Ratu Kidul adalah Roh Suci yang mempunyai sifat mulia dan baik hati, dia berasal dari tingkat langit yang tinggi, pernah turun di berbagai tempat di dunia dengan jati diri tokoh-tokoh suci setempat pada zaman yang berbeda-beda pula. Pada umumnya dia menampakkan diri hanya untuk memberi isyarat / peringatan akan datangnya suatu kejadian penting. Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu. Ia mengisi alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi-dewi alam yang lain. Sedangkan Nyi Rara Kidul awalnya merupakan putri Kerajaan Sunda yang diusir ayahnya karena ulah ibu tirinya. Cerita-cerita yang terkait antara Ratu Kidul dengan Rara Kidul bisa dikatakan berbeda fase tahapan kehidupan menurut mitologi Jawa.
ILUSTRASI SRI GUSTI KANJENG RATU AYU KIDUL
Kanjeng Ratu Kidul memiliki kuasa atas ombak keras samudra Hindia dari istananya yang terletak di jantung samudra. Menurut kepercayaan Jawa, ia merupakan pasangan spiritual para Raja dari Mataram Hingga para Raja keturunannya di Surakarta dan Jogja, dimulai dari Panembahan Senapati. Namun, kini ia dipandang sebagai ibu spiritual para Susuhunan Surakarta maupun sultan jogja. Kedudukannya berhubungan dengan Hutan Krendhawahana dalam pewayangan disebut Alas Setragandamayit/Dandangmagore Kahyangan atau tempat tinggal bersemayam berstananya Batari Durga Permoni (Ratunya penguasa para makhluk halus tak kasat mata dengan nama demit, Jin, Setan, Hantu, Prewangan, Demit,Ilu- Ilu , Banaspati , Wedon , Jerangkong dan lain lain yang berkaitan dengan bau mistis gaib ), Keraton-Laut Selatan yang berpusat di Keraton Kasunanan Surakarta. Pengamat sejarah kebanyakan beranggapan, keyakinan akan Kanjeng Ratu Kidul memang dibuat untuk melegitimasi kekuasaan dinasti Mataram.
NAMA DAN WUJUD
Karaton Surakarta menyebutnya sebagai Sri Gusti Kanjeng Ratu Ayu Kencono Sari atau Sri Gusti Kanjeng Ratu Ayu Keconohadisari, Ia dipercaya mampu untuk berubah wujud menjadi mak lampir beberapa kali dalam sehari. Sultan Hamengkubuwana IX menggambarkan pengalaman pertemuan spiritualnya dengan sang Ratu; ia dapat berubah wujud dan penampilan, sebagai seorang wanita muda biasanya pada saat bulan purnama, dan sebagai wanita tua di waktu yang lain. Babad Dipanegara menceritakan kedatangan Ratu Kidul selalui didahului pancaran sebesar sinar (daru).
ASAL USUL
Legenda mengenai penguasa mistik laut selatan ini tidak diketahui dengan pasti sejak kapan dimulai. Namun, legenda ini mencapai puncak tertinggi karena pengaruh kalangan penguasa keraton dinasti Mataram Islam (Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kesultanan Jogja). Dalam kepercayaan tersebut, Kanjeng Ratu Kidul merupakan istri spiritual bagi raja-raja kedua keraton tersebut. Pada saat tertentu, keraton memberikan persembahan di Pantai Parangkusuma, Bantul, Pantai Parangtritis Bantul dan di Pantai Paranggupita, Wonogiri. Panggung Sanggabuwana artinya dalam artian Bahasa Indonesia yaitu Panggung Penyangga dunia atau Jagad Raya di kompleks Karaton Kasunanan Surakarta dan Panggung Krapyak di Keraton Yogyakarta Hadiningrat dipercaya merupakan tempat bercengkerama antara Sri Gusti Kanjeng Sinuwun Susuhunan Pakubuwowono hingga Sri Gusti Kanjeng Sinuwun Sultan Hamengkubuwono (raja) dengan Kanjeng Ratu. Konon, Sang Ratu tampil sebagai perempuan muda dan cantik pada saat bulan muda hingga purnama, terapi berangsur-angsur menua pada saat bulan menuju bulan mati.
KANJENG RATU KIDUL DAN NYI RARA KIDUL
Dalam keyakinan orang Jawa, Kanjeng Ratu Kidul memiliki pembantu setia bernama Nyai atau Nyi Rara Kidul. Nyi Rara Kidul menyukai warna hijau dan dipercaya suka mengambil orang-orang yang mengenakan pakaian hijau yang berada di pantai wilayahnya untuk dijadikan pelayan atau pasukannya. Karena itu, pengunjung pantai wisata di selatan Pulau Jawa, baik di Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, pantai-pantai di selatan Yogyakarta, hingga Semenanjung Purwa di ujung timur, selalu diingatkan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau.
Di kalangan masyarakat Sunda berkembang anggapan bahwa Ratu Kidul merupakan titisan dari seorang putri Pajajaran yang bunuh diri di laut selatan karena diusir oleh keluarganya karena ia menderita penyakit yang membuat anggota keluarga lainnya malu. Dalam kepercayaan Jawa, tokoh ini dianggap bukanlah Ratu Laut Selatan yang sesungguhnya, melainkan diidentikkan dengan Nyi Rara Kidul, pembantu setia Kanjeng Ratu Kidul. Hal ini berdasarkan kepercayaan bahwa Ratu Kidul berusia jauh lebih tua dan menguasai Laut Selatan jauh lebih lama sebelum sejarah Kerajaan Pajajaran
Menurut pengalaman seorang spiritualis pada tahun 1998, ia bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul di pantai Parang Tritis, Yogyakarta. Saat itu, Eyang Ratu Kidul didampingi oleh Nyi Rara Kidul. Keduanya persis tetapi Eyang Ratu Kidul kulitnya kuning langsat, sementara Nyi Rara Kidul agak coklat. Selain itu, Eyang ratu Kidul mempunyai aura putih jernih dan gemerlapan seperti berlian, bulat mengelilingi seluruh tubuhnya. Sedangkan aura Nyi Rara Kidul berwarna putih susu seperti cahaya lampu putih, tipis putih mengikuti postur tubuhnya. Ia diberi penjelasan bahwa Nyi Rara Kidul adalah patih atau kepala pengawalnya. Nyi Rara Kidul adalah makhluk halus jenis jin yang mengabdi dan berguru kepada Eyang ratu. Nyi Rara Kidul ditugaskan untuk mengontrol dan meredam angkara murka dari makhluk-makhluk gaib jenis jin dan kekuatan gaib serta ilmu gaib yang berada disepanjang pantai selatan Pulau Jawa.
SRI GUSTI KANJENG NI MAS AYU RATU ANGINANGIN
Dalam Serat Darmogandhul, sebuah karya sastra Jawa Baru yang menceritakan jatuhnya Majapahit akibat serbuan Kerajaan Demak, Ni Mas Ratu Anginangin adalah ratu seluruh makhluk halus di pulau Jawa dan memiliki kerajaan di laut selatan. Hampir seluruh isi Serat Darmagandul merupakan bentuk turunan dari cerita babad Kadhiri.
Samuksone Sang Prabu Joyoboyo lan putrane putri kang aran Ni Mas Ratu Pagêdhongan, Buta Locoyo lan kiyai Tunggulwulung ugo podho muksa; Ni Mas Ratu Pagêdhongan dadi ratuning dhêmit nuso Jowo, kuthone ono segoro kidul sarto jêjuluk Ni Mas Ratu Anginangin. Sakabehe lêlêmbut kang ono ing lautan dharatan sarta kanan keringe tanah Jowo, kabeh podho sumiwi marang Ni Mas Ratu Anginangin.
SRI GUSTI KANJENG NI MAS AYU RATU ANGINANGIN
Dalam Serat Darmogandhul, sebuah karya sastra Jawa Baru yang menceritakan jatuhnya Majapahit akibat serbuan Kerajaan Demak, Ni Mas Ratu Anginangin adalah ratu seluruh makhluk halus di pulau Jawa dan memiliki kerajaan di laut selatan. Hampir seluruh isi Serat Darmagandul merupakan bentuk turunan dari cerita babad Kadhiri.
Samuksone Sang Prabu Joyoboyo lan putrane putri kang aran Ni Mas Ratu Pagêdhongan, Buta Locoyo lan kiyai Tunggulwulung ugo podho muksa; Ni Mas Ratu Pagêdhongan dadi ratuning dhêmit nuso Jowo, kuthone ono segoro kidul sarto jêjuluk Ni Mas Ratu Anginangin. Sakabehe lêlêmbut kang ono ing lautan dharatan sarta kanan keringe tanah Jowo, kabeh podho sumiwi marang Ni Mas Ratu Anginangin.
꧋ꦱꦩꦸꦏ꧀ꦱꦺꦴꦤꦺꦱꦁꦥꦿꦧꦸꦗꦺꦴꦪꦺꦴꦧꦺꦴꦪꦺꦴꦭꦤ꧀ꦥꦸꦠꦿꦤꦺꦥꦸꦠꦿꦶꦏꦁꦄꦫꦤ꧀ꦤꦶꦩꦱ꧀ꦫꦠꦸꦥꦒꦼꦣꦺꦴꦔꦤ꧀ꦧꦸꦠꦭꦺꦴꦕꦺꦴꦪꦺꦴꦭꦤ꧀ꦏꦶꦪꦻꦠꦸꦁꦒꦸꦭ꧀ꦮꦸꦭꦸꦁꦈꦒꦺꦴꦥꦺꦴꦣꦺꦴꦩꦸꦏ꧀ꦱ;ꦤꦶꦩꦱ꧀ꦫꦠꦸꦥꦒꦼꦣꦺꦴꦔꦤ꧀ꦝꦣꦶꦫꦠꦸꦤꦶꦁꦣꦼꦩꦶꦠ꧀ꦤꦸꦱꦺꦴꦗꦺꦴꦮꦺꦴ꧈ꦏꦸꦛꦺꦴꦤꦺꦎꦤꦺꦴꦱꦼꦒꦺꦴꦫꦺꦴꦏꦶꦢꦸꦭ꧀ꦱꦂꦠꦺꦴꦗꦼꦗꦸꦭꦸꦏ꧀ꦤꦶꦩꦱ꧀ꦫꦠꦸꦄꦔꦶꦤꦔꦶꦤ꧀꧈ꦱꦏꦧꦺꦲꦺꦊꦊꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀ꦏꦁꦎꦤꦺꦴꦆꦁꦭꦻꦴꦠꦤ꧀ꦝꦫꦠꦤ꧀ꦱꦂꦠꦏꦤꦤ꧀ꦏꦼꦫꦶꦔꦺꦠꦤꦃꦗꦺꦴꦮꦺꦴ꧈ꦏꦧꦺꦃꦥꦺꦴꦣꦺꦴꦱꦸꦩꦶꦮꦶꦩꦫꦁꦤꦶꦩꦱ꧀ꦫꦠꦸꦄꦔꦶꦤꦔꦶꦤ꧀꧈
Saat moksanya Sang Prabu Jayabaya dan putrinya yang bernama Ni Mas Ratu Pagedhongan, Buta Locaya dan Kyai Tunggul Wulung juga sama-sama moksa. Ni Mas Ratu Pagedhongan menjadi ratu makhluk halus pulau Jawa, kotanya berada di laut selatan serta dijuluki Ni Mas Ratu Anginangin. Seluruh makhluk halus yang ada di lautan daratan serta kanan-kirinya tanah Jawa, semua sama-sama takluk kepada Ni Mas Ratu Anginangin.
Serat Centhini juga menyebut nama Ratu Anginangin sebagai pemilik istana di laut selatan. Buaya putih penjelmaan Prabu Dewatacengkar, raja Medang Kamulan sebelum kedatangan Aji Saka, adalah musuhnya. Ia memberi gelar Jaka Linglung yang saat itu masih belum memiliki nama sebagai Linglung Tunggulwulung dan menjodohkannya dengan Nyai Blorong. Serat Centhini menulis kesediaan Ratu Anginangin menjadi tunangan Aji Saka atas perantaraan Jaka Linglung.
R. AYU AJAR CEMARA TUNGGAL
Sebuah cerita rakyat dari Jawa Barat menceritakan seorang penerawang pria bernama Ajar Cemara Tunggal dari Gunung Kombang di Kerajaan Pajajaran. Sebenarnya, ia adalah seorang wanita cantik, bibi buyut dari Raden Jaka Suruh. Ia mengubah dirinya menjadi dukun dan memberitahu Raden Jaka Suruh untuk menuju timur pulau Jawa dan mendirikan kerajaan di lokasi sebuah pohon maja yang hanya memiliki buah satu butir. Karena buah maja rasanya pahit, kerajaan yang didirikannya bernama Majapahit. Cemara Tunggal berjanji akan menikahi pendiri Majapahit dan setiap penerus dari garis keturunan yang sulung untuk membantu mereka dalam setiap permasalahan. Roh Cemara Tunggal dianggap menjadi ratu-lelembut dari selatan yang menguasai seluruh lelembut.
LEGENDA KESULTANAN MATARAM
Legenda Jawa dari abad ke-16 menyatakan Kanjeng Ratu Kidul sebagai pelindung dan pasangan spiritual para raja Kerajaan Mataram. Panembahan Senapati (1586-1601 M), pendiri Kesultanan Mataram, dan cucunya Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M) menyebut Kanjeng Ratu Kidul sebagai mempelai mereka. Hal tersebut tertuang dalam Babad Tanah Jawi.
Menurut legenda, pangeran Panembahan Senopati berkeinginan untuk mendirikan sebuah kerajaan yang baru, yaitu Kesultanan Mataram, untuk melawan kekuasaan Kesultanan Pajang. Ia melakukan tapa di pantai Parang Kusumo yang terletak di selatan kediamannya di Kota Gede. Meditasinya menyebabkan terjadinya fenomena supernatural yang mengganggu kerajaan di Laut Selatan. Sang Ratu datang ke pantai untuk melihat siapa yang menyebabkan gangguan di kerajaannya. Saat melihat pangeran yang tampan, ia jatuh cinta dan meminta Panembahan Senopati untuk menghentikan tapanya. Sebagai gantinya, sang Ratu penguasa alam spiritual di laut selatan setuju untuk membantunya dalam mendirikan kerajaan yang baru. Untuk menjadi pelindung spiritual kerajaan tersebut, sang Ratu dilamar oleh Panembahan Senopati untuk menjadi pasangan spiritualnya serta semua penggantinya nanti, yaitu para raja Mataram.
BABAD DIPONEGORO
Babad Dipanegara/Diponegoro mengisahkan pertemuan antara Ratu Kidul dengan Pangeran Diponegoro sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1805 dan pertengahan Juli 1826. Pertemuan pertama terjadi di Gua Langse, Pantai Parangtritis di selatan Yogyakarta, pada saat Pangeran Diponegoro tengah bersamadi sehingga Ratu Kidul tidak berkeinginan untuk mengganggu. Pertemuan kedua berlangsung pada saat terjadinya Perang Diponegoro (1825-1830). Pada pertemuan kedua, Ratu Kidul yang ditemani dua patihnya -yaitu Nyi Roro Kidul dan Raden Dewi- menawarkan bantuan dalam perang tetapi dengan syarat Pangeran Diponegoro bersedia memohon kepada Allah Ingkang Rabulngalimin agar Ratu Kidul diperkenankan kembali menjadi manusia. Namun, Pangeran Diponegoro menolak dengan halus dengan alasan bahwa pertolongan hanya datang dari Hyang Agung sehingga ia tidak akan bersekutu dengan makluk gaib. Hal ini sesuai dengan tujuan utamanya untuk berperang, yaitu untuk memajukan agama Islam di seluruh Jawa.
RITUAL DAN KEPERCAYAAN BEDHAYA KETAWANG
Naskah tertua yang menyebut-nyebut tentang tokoh mistik ini adalah Babad Tanah Jawi. Panembahan Senopati adalah orang pertama yang disebut sebagai Raja yang menyunting Sang Ratu Kidul. Dari kepercayaan ini diciptakan Tari Bedhaya Ketawang dari kraton Kasunanan Surakarta (pada masa Sunan Pakubuwana I), yang digelar setiap tahun pada Upacara Ageng kenaikan Tahta Sri Sunan atau disebut Jumenengan, yang dipercaya sebagai persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Sunan duduk di samping kursi kosong yang disediakan bagi Sang Ratu Kidul.
PELABUHAN RATU DAN KOTA PESISIR
Pelabuhan Ratu adalah sebuah kota nelayan di Jawa Barat. Masyarakat setempat menyelenggarakan hari suci khusus untuk Kanjeng Ratu Kidul setiap tanggal 6 April. Hari tersebut merupakan hari peringatan bagi penduduk lokal dan mereka memberikan banyak persembahan untuk menyenangkan sang Ratu. Para nelayan lokal juga menyelenggarakan ritual sedekah laut setiap tahunnya, memberikan persembahan seperti nasi, sayuran, dan berbagai produk pertanian, hingga ayam, tenunan batik, dan kosmetik. Persembahan tersebut dilarungkan ke laut sebagai persembahan untuk Ratu. Para nelayan lokal percaya persembahan mereka akan menyenangkan Ratu Laut Selatan sehingga ia akan memberkahi mereka dengan hasil tangkapan yang berlimpah serta memberikan cuaca yang bagus, tidak terlalu banyak badai serta ombak.
Di sekitar lokasi Pantai Palabuhanratu, tepatnya di Karang Hawu, terdapat petilasan (persinggahan) Ratu Pantai Selatan yang dapat dikunjungi untuk melakukan ritual tertentu ataupun hanya sekadar melihat-lihat. Di komplek keramat ini terdapat sekurangnya dua ruangan besar yang didalamnya terdapat beberapa makam yang dipercaya penduduk sebagai makam Eyang Sanca Manggala, Eyang Jalah Mata Makuta, dan Eyang Syeh Husni Ali. Di beberapa ruangan juga terpampang gambar penguasa Laut Selatan.
Kanjeng Ratu Kidul juga diasosiasikan dengan Parangtritis, Parangkusumo, Pangandaran, Karang Bolong, Ngliyep, Puger, Banyuwangi, dan berbagai tempat di sepanjang pantai selatan Jawa seperti Tulungagung.
Pantai Parangkusumo dan Parangtritis di Yogyakarta sangat berhubungan dengan legenda Kanjeng Ratu Kidul. Parangkusumo merupakan tempat Panembahan Senapati bertemu Kanjeng Ratu Kidul. Saat Sultan HB IX meninggal tanggal 3 Oktober 1988, dirilis majalah Tempo menulis bahwa para pelayan keraton melihat penampakan Kanjeng Ratu Kidul untuk menyampaikan penghormatan terakhirnya kepada Sri Sultan.
SEDEKAH LAUT
Masyarakat nelayan pantai selatan Jawa setiap tahun melakukan sedekah laut sebagai persembahan kepada sang Ratu agar menjaga keselamatan para nelayan dan membantu perbaikan penghasilan. Upacara ini dilakukan nelayan di pantai Pelabuhan Ratu, Ujung Genteng, Pangandaran, Cilacap, Sakawayana dan sebagainya. Sebagian besar para wisatawan yang berkunjung baik itu lokal maupun manca negara datang ke Pelabuhan Ratu karena keindahan panoramanya sekaligus tradisi ritual ini. Disaat-saat tertentu banyak acara ritual yang sering digelar penduduk setempat sebagai rasa terima kasih mereka terhadap sang penguasa laut selatan.
RUANG KHUSUS HOTEL
Pemilik hotel yang berada di pantai selatan Jawa dan Bali menyediakan ruang khusus bagi Sang Ratu. Yang terkenal adalah Kamar 327 dan 2401 di Hotel Grand Bali Beach. Kamar 327 adalah satu-satunya kamar yang tidak terbakar pada peristiwa kebakaran besar Januari 1993. Setelah pemugaran, Kamar 327 dan 2401 selalu dirawat, diberi hiasan ruangan dengan warna hijau, diberi suguhan (sesaji) setiap hari, tidak untuk dihuni dan khusus dipersembahkan bagi Ratu Kidul. Hal yang sama juga dilakukan di Hotel Samudra Beach di Pelabuhan Ratu. Kamar 308 disiapkan khusus bagi Ratu Kidul. Di Yogyakarta, Hotel Queen of The South di dekat Parangtritis mereservasi Kamar 33 bagi Sang Kanjeng Ratu.
Hotel Samudra Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, menyediakan kamar 308 yang dicat berwarna hijau untuk Kanjeng Ratu Kidul. Setidaknya pada awal tahun 1966, presiden pertama Indonesia, Soekarno, terlibat dalam penentuan lokasi serta ide Hotel Samudra Beach Hotel. Di depan kamar 308 terdapat pohon Ketapang tempat Soekarno memperoleh inspirasi spiritualnya. Di dalam kamar tersebut juga dipasang lukisan terkenal Nyai Rara Kidul oleh Basuki Abdullah.
KEPERCAYAAN KEJAWEN
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, sosok Ratu Kidul merupakan sosok agung yang dimuliakan dan dihormati. Masyarakat Jawa mengenal istilah telu-teluning atunggal (tiga sosok yang menjadi satu kekuatan), yaitu Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul. Panembahan Senopati merupakan pendiri kerajaan Mataram Islam yang bertemu dengan Ratu Kidul ketika bertiwikrama sesuai arahan Sunan Kalijaga untuk memperoleh wangsit. Saat itu, ia bermaksud membangun sebuah keraton pada sebuah tempat yang sebelumnya sebuah hutan bernama alas mentaok (kini Kotagede di Daerah Istimewa Yogyakarta). Saat ia bertapa, semua alam menjadi kacau, ombak besar, hujan badai, gempa, dan gunung meletus. Ratu Kidul setuju membantu dan melindungi Kerajaan Mataram, bahkan dipercaya menjadi istri spiritual bagi Raja-raja trah Mataram Islam.
AGAMA KONGHUCU
Penghormatan serta pemuliaan kepada Kanjeng Ratu Kidul juga terdapat pada sebuah kelenteng yang terletak di bilangan Pekojan, Jakarta Barat, yaitu di Vihara Kalyana Mitta. Terdapat kepercayaan bahwa mitos mengenal Nyi Rara Kidul (dalam hal ini, nama Nyai Rara Kidul hanya menjadi panggilan populer Kanjeng Ratu Kidul) berasal dari kepercayaan Siwa-Buddha di Indonesia, yaitu kepercayaan kepada Tara (Bodhisatwa).
PERBEDAAN KANJENG RORO KIDUL DAN NYAI RORO KIDUL (versi 1).
Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul merupakan dua sosok mitologi yang sangat populer dan telah hidup lama dalam ingatan masyarakat Jawa.
Masyarakat Jawa pada umumnya meyakini bahwa dua sosok tersebut adalah penguasa gaib di Pantai Selatan Jawa.
Selain itu, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul merupakan sosok yang sama.
Akan tetapi, para ahli menyebut bahwa kedua nama itu merupakan sosok yang berbeda.
KANJENG RATU KIDUL
Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul adalah roh suci yang memiliki sifat mulia dan baik hati.
Kanjeng Ratu Kidul berasal dari langit dan diyakini sebagai keturunan para dewa. Ia juga sering turun ke dunia dengan berubah menjadi sosok tertentu.
Pada umumnya, ia menampakkan diri hanya untuk memberi isyarat atau peringatan akan datangnya suatu kejadian penting.
Selain itu, ada yang berpendapat bahwa Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu, yang diberi tugas sebagai Dewi Padi atau Dewi Sri dan dewi-dewi alam yang lain.
Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini memiliki kuasa atas ombak di Samudra Hindia dan memiliki istana di sana.
Dalam tradisi Jawa, sebagian masyarakat percaya bahwa Kanjeng Ratu Kidul merupakan pasangan spiritual dari raja-raja Mataram hingga keturunannya di Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Kendati demikian, para ahli berargumen bahwa adanya sosok Kanjeng Ratu Kidul merupakan cara untuk melegitimasi kekuasaan.
NYI RORO KIDUL
Berbeda dengan Kanjeng Ratu Kidul, Nyi Roro Kidul diyakini sebagai putri raja di Sunda yang diusir oleh ayahnya.
Adapun nama asli Nyi Roro Kidul adalah Dewi Kandita atau Kadita dari Sunda, yang terkena guna-guna.
Akibatnya, wajahnya yang semula cantik berubah menjadi buruk rupa karena penyakit kulit yang datang tiba-tiba.
Usut punya usut, guna-guna itu dikirimkan oleh seorang dukun sakti atas perintah dari pihak di kerajaan yang sangat iri dengan kecantikannya.
Dewi kandita kemudian mendapatkan petunjuk, apabila ingin wajah cantiknya kembali, ia harus melompat ke lautan yang berombak ganas.
Hal itu benar adanya, setelah melompat ke laut selatan, ia pun sembuh dan kecantikannya kembali.
Namun, Dewi Kandita tidak bisa kembali dan diangkat sebagai ratu oleh para lelembut yang mendiami pantai selatan Jawa.
PERBEDAAN KANJENG RATU KIDUL DAN RORO KIDUL (versi 2)
Dengan begitu, Nyi Roro Kidul berasal dari Sunda, sedangkan Kanjeng Ratu Kidul diyakini sebagai keturunan para dewa.
Kemudian, Nyi Roro Kidul diyakini sebagai ratu dari para lelembut yang mendiami pantai selatan Jawa. Sedangkan Kanjeng Ratu Kidul adalah penguasa Pantai Selatan Jawa.
Menurut adat-istiadat Jawa, penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti atau sejenisnya adalah untuk menyebut seseorang dengan bahasa yang sopan.
Pendapat lain menyebut bahwa Nyi Roro Kidul masih bawahan Kanjeng Ratu Kidul, yang bertugas menjaga pantai selatan.
Di kalangan masyarakat Jawa, terdapat mitos yang melarang para pengunjung pantai selatan mengenakan pakaian berwarna hijau.
Hal itu diyakini bisa membuat seseorang ditenggelamkan oleh Nyo Roro Kidul.
KISAH SUNAN KALIJAGA DAN NYAI RORO KIDUL
Nama ratu kidul atau sunan kalijaga sudah tidak asing lagi.
Ternyata ada kisah cinta antara mereka berdua, bagaimana kisah sunan kalijaga dan ratu kidul, yuk simak artikel ini.
Kisah Sunan Kalijaga dengan Nyi Roro Kidul pun berawal dari sini.
Sunan Gunung Jati mendapatkan petunjuk untuk menggunakan Tombak Karera Reksa, sebuah tombak sakti milik Nyi Roro Kidul atau dewi nawang wulan.
Diutuslah Rayi Kalijaga untuk menemui Nyi Roro Kidul. Untuk cerita lengkapnya mari kita simak bersama kisah sunan kalijaga dan ratu pantai selatan berikut ini.
Cerita kali ini akan mengisahkan Sunan Kalijaga anggota wali songo yang memiliki ilmu kanuragan yang jatuh cinta kepada sang ratu pantai selatan yaitu nyi roro kidul.
Inilah Kisah Sunan kalijaga dan ratu pantai selatan.
Kisah Sunan Kalijaga dan Ratu Pantai Selatan, Kisah Cinta dalam Peperangan
Kisah ini berawal dari sebuah peperangan antara Prabu Siliwangi dan Sunan Kalijaga sebagai utusan dari Sunan Gunung Jati.
Awal kisah, Prabu Siliwangi yang merupakan Raja Padjajaran tidak menerima dirinya di Islamkan oleh Syeikh Syarif Hidayatulloh sang Raja dari Cirebon.
Memang, pada tahun 1400 M terjadi benturan amat hebat antara dua kepercayaan yang sama sama kuat di masyarakat yaitu Islam dan Hindu.
Inilah yang menyebabkan perang saudara terjadi antara Prabu Siliwangi yang terkenal sakti mandraguna dengan pasukan dari kerajaan Cirebon.
Dalam peperangan itu, diutuslah Pangeran Arya Kemuning, Dewi Nyimas Gandasari serta Nyimas Roro Kencono Wungu untuk menaklukkan kesaktian Prabu Siliwangi namun ternyata gagal.
Akhirnya Sunan Kalijaga diutus oleh pasukan Cirebon untuk menghadapi sang Prabu Siliwangi.
Namun lagi lagi, Cirebon pun kalah. Kisah Sunan Kalijaga dengan Nyi Roro Kidul pun berawal dari sini.
NYI RORO KIDUL NAMA ASLINYA DEWI NAWANG WULAN
Pertemuan Kisah Sunan Kalijaga dan Nyi Roro Kidul
Dewi Nawang Wulan merupakan anak dari Prabu Siliwangi sendiri dari istri Keduanya, Ratu Palaga Inggris.
Menurut petunjuk dari Allah SWT, Sunan Gunung Jati mendapatkan petunjuk untuk menggunakan Tombak Karera Reksa, sebuah tombak sakti milik Nyi Roro Kidul atau Dewi Nawang Wulan.
Diutuslah Rayi Kalijaga untuk menemui Nyi Roro Kidul. Kisah Sunan Kalijaga Dengan Nyi Roro Kidul pun dimulai dari sini.
Ketika datang Sunan Kalijaga, perasaan Nyi Roro Kidul kepada sang Sunan semakin kuat.
Memang, sejak lama Nyi Roro Kidul menyimpan rasa pada Sunan Kalijaga sehingga pertemuan ini pun berlanjut.
Dengan menolak meminjamkan tongkat Sakti Karera Reksa, justru Nyi Roro Kidul meminta untuk mempertemukan dirinya dengan raja Panatagama atau sebutan Raja Cirebon.
Setibanya Nyi Roro Kidul di kerajaan Cirebon, tersenyumlah Sunan Gunungjati.
Nampaknya Sunan Gunung Jati sudah tahu isi perasaan Nyi Roro Kidul, beliau sudah tahu mengenai kisah asmara, kisah Sunan Kalijaga dengan Nyi Roro Kidul.
Namun Sunan Kalijaga tak pernah mengetahuinya.
Sunan Gunung Jati kemudian membawa Nyi Roro Kidul ke kaputren, kemudian berbincanglah mereka berdua :
Sunan Gunung Jati : “Wahai putri Prabu Siliwangi, cuma dikau yang dapat menaklukkan kesaktian ayahandamu, pinjamkanlah KaliJaga, pusakamu yang bernama, Tombak Karera Reksa”
Nyi Roro Kidul : “Ampun Gusti Susuhunan Panatagama, saya cuma memberi pusaka itu pada suamiku kelak”.
Kemudian dengan tertawa kecil, Sunan Gunung Jati, segera berujar pada Kanjeng Sunan Kalijaga :
“Wahai Rayi KaliJaga, sebenarnya tidak ada yang lebih mulia terkecuali berdasar pada keagungan Syiar Islam, nikahlah dengannya (Ratu Kidul) atas nama Islam serta bukanlah lantaran nafsu”.
PERNIKAHAN SUNAN KALIJAGA DAN NYI RORO KIDUL
Atas perintah sang Guru, sebagai murid yang patuh Sunan Kalijaga pun menerimanya.
Kisah Sunan Kalijaga dengan Nyi Roro Kidul pun berlanjut ke jenjang pernikahan.
Namun sebelum pernikahan terjadi, Nyi Roro Kidul mengajukan sebuah syarat.
Nyi Roro Kidul pun berkata, “Ampun Gusti Panatagama, untuk beberapa penghuni laut Selatan, sangatlah pantang terima seseorang suami tidak ada satu ikatan bathin, saya cuma mau calon suamiku memberi satu masa lalu di hari pernikahannya kelak, berbentuk tasbih Kecubung/wulung, yang datang dari laut Merah”.
Sunan Gunung Jati pun segera mengutus muridnya itu untuk memenuhi syarat dari sang Ratu Kidul.
Sunan Kalijaga pun segera pergi ke gunung Ciremai, menggerakkan tafakkur serta minta perlindungan pada Allah SWT.
Pada malam ke 4, Kanjeng Sunan, mendapat sebuah isyarat yang tidak diketahu pasti dari mana datangnya, yang menyampaikan bahwa akan tiba seorang yang menuntun untuk temukan di mana “Tasbih Wulung/kecubung berada”.
Akhirnya dengan ditemukannya Tasbih Kecubung Wulung yang sakti itu (sarana spiritual pembuka aura paling cepat, ketenangan batin, membuka kharisma, aura wibawa, penakluk serta mahabbah paling hebat sampai saat ini).
Maka kembalilah Sunan Kalijaga menemui Sunan Gunung Jati. Dari sini Sunan Gunung Jati segera melangsungkan pernikahan antara Sunan Kalijaga dan Nyi Roro Kidul.
Tombak Karera Reksa, Tujuan Sunan Kalijaga Menikahi Nyi Roro Kidul.
Setelah resmi menikah, Kisah Sunan Kalijaga dengan Nyi Roro Kidul berlanjut ke peperangan.
Tombak Karera Reksa sudah berada di tangan Sunan Kalijaga.
Sang Sunan pun bergegas menuju medan perang untuk menaklukkan Prabu Siliwangi yang tak lain adalah mertuanya sendiri.
Pusaka karera Reksa, segera diserahkan pada gurunya Kanjeng Sunan Gunung Jati, lantas pusaka itu oleh sang guru diberi tambahan satu tombak diatasnya (ditancapkan satu tombak) hingga pusaka Karera Reksa yang semula memiliki 7 cabang serta satu Jalu runcing disamping, jadi 9 cabang serta oleh Kanjeng Sunan Gunung Jati, tombak Karera Reksa, dinamakan baru dengan sebutan Pusaka Agung Buana Tombak Nirwana Cakra Langit.
Dengan pusaka Cakra Langit, pada akhirnya Prabu Siliwangi, dapat ditaklukkannya lewat perang tanding sepanjang 7 malam berturut-turut serta tombak Cakra Langit, sendiri pada akhirnya dimusiumkan kembali di keraton laut Pantai Selatan.
Itulah dari Kisah Sunan Kalijaga dengan Nyi Roro Kidul yang sebenarnya tujuannya adalah menaklukkan sang Ayah dari Nyi Roro Kidul yaitu Prabu Siliwangi.
Meski demikian Nyi Roro Kidul menyadari bahwa kekuasaan ayahnya itu membuat peperangan antar saudara tidak dapat dielakkan lagi.
Itulah kisah cinta sunan kalijaga dan ratu pantai selatan, semoga kisah sunan kalijaga ini bisa menambah wawasan kita semua tentang sejarah yang ada di Negara Indonesia ini.
PERBEDAAN KANJENG RORO KIDUL DAN NYAI RORO KIDUL (versi 1).
Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul merupakan dua sosok mitologi yang sangat populer dan telah hidup lama dalam ingatan masyarakat Jawa.
Masyarakat Jawa pada umumnya meyakini bahwa dua sosok tersebut adalah penguasa gaib di Pantai Selatan Jawa.
Selain itu, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul merupakan sosok yang sama.
Akan tetapi, para ahli menyebut bahwa kedua nama itu merupakan sosok yang berbeda.
KANJENG RATU KIDUL
Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul adalah roh suci yang memiliki sifat mulia dan baik hati.
Kanjeng Ratu Kidul berasal dari langit dan diyakini sebagai keturunan para dewa. Ia juga sering turun ke dunia dengan berubah menjadi sosok tertentu.
Pada umumnya, ia menampakkan diri hanya untuk memberi isyarat atau peringatan akan datangnya suatu kejadian penting.
Selain itu, ada yang berpendapat bahwa Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu, yang diberi tugas sebagai Dewi Padi atau Dewi Sri dan dewi-dewi alam yang lain.
Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini memiliki kuasa atas ombak di Samudra Hindia dan memiliki istana di sana.
Dalam tradisi Jawa, sebagian masyarakat percaya bahwa Kanjeng Ratu Kidul merupakan pasangan spiritual dari raja-raja Mataram hingga keturunannya di Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Kendati demikian, para ahli berargumen bahwa adanya sosok Kanjeng Ratu Kidul merupakan cara untuk melegitimasi kekuasaan.
NYI RORO KIDUL
Berbeda dengan Kanjeng Ratu Kidul, Nyi Roro Kidul diyakini sebagai putri raja di Sunda yang diusir oleh ayahnya.
Adapun nama asli Nyi Roro Kidul adalah Dewi Kandita atau Kadita dari Sunda, yang terkena guna-guna.
Akibatnya, wajahnya yang semula cantik berubah menjadi buruk rupa karena penyakit kulit yang datang tiba-tiba.
Usut punya usut, guna-guna itu dikirimkan oleh seorang dukun sakti atas perintah dari pihak di kerajaan yang sangat iri dengan kecantikannya.
Dewi kandita kemudian mendapatkan petunjuk, apabila ingin wajah cantiknya kembali, ia harus melompat ke lautan yang berombak ganas.
Hal itu benar adanya, setelah melompat ke laut selatan, ia pun sembuh dan kecantikannya kembali.
Namun, Dewi Kandita tidak bisa kembali dan diangkat sebagai ratu oleh para lelembut yang mendiami pantai selatan Jawa.
PERBEDAAN KANJENG RATU KIDUL DAN RORO KIDUL (versi 2).
Dengan begitu, Nyi Roro Kidul berasal dari Sunda, sedangkan Kanjeng Ratu Kidul diyakini sebagai keturunan para dewa.
Kemudian, Nyi Roro Kidul diyakini sebagai ratu dari para lelembut yang mendiami pantai selatan Jawa. Sedangkan Kanjeng Ratu Kidul adalah penguasa Pantai Selatan Jawa.
Menurut adat-istiadat Jawa, penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti atau sejenisnya adalah untuk menyebut seseorang dengan bahasa yang sopan.
Pendapat lain menyebut bahwa Nyi Roro Kidul masih bawahan Kanjeng Ratu Kidul, yang bertugas menjaga pantai selatan.
Di kalangan masyarakat Jawa, terdapat mitos yang melarang para pengunjung pantai selatan mengenakan pakaian berwarna hijau.
Hal itu diyakini bisa membuat seseorang ditenggelamkan oleh Nyo Roro Kidul.
ADU KESAKTIAN ANTARA PRABU SILIWANGI DAN SUNAN KALIJAGA
(DALAM AKHIR KISAH CINTA NYI RORO KIDUL)
Dikisahkan utusan Sunan Gunung Jati tidak mampu kalahkan Prabu Siliwangi. Bahkan Sunan Kalijaga juga tidak mampu menandingi kesaktian Raja Pajajaran itu. Sunan Gunung Jati yang mendapatkan isyarat dari hasil tirakatnya mendapatkan petunjuk kalau Prabu Siliwangi bisa dikalahkan dengan tombak pusaka sakti milik Nyi Roro Kidul. Sunan Gunung Jati pun mengutus Sunan Kalijaga untuk meminjam tombak pusaka dari Nyi Ratu Roro Kidul di Istana Pantai Laut Selatan. Kedatangan Sunan Kalijaga ke istana Nyi Ratu Roro Kidul menjadi awal kisah cinta Sang Ratu itu sendiri bersama Sunan Kalijaga. Melihat kegagahan dan ketampanan Sunan Kalijaga membuat sang ratu dimabuk kasmaran. Nyi Ratu Roro Kidul akhirnya memutar akalnya agar bisa dipersunting Sunan Kalijaga dengan menolak meminjamkan tombak pusaka sakti dengan alasan tidak yakin kalau Sunan Kalijaga diutus oleh Sunan Gunung Jati untuk meminjamnya.
Sunan Kalijaga akhirnya mengajak Nyi Ratu Roro kidul untuk pergi bersama menemui Sunan Gunung Jati.
Sesampainya dihadapan Sunan Gunung Jati, Nyi Ratu Roro Kidul merasa malu, karena Sunan Gunung Jati pasti tahu apa yang dipikirkannya.
Sunan Gunung Jati pun berkata kepada sang ratu.
Wahai Putri ma bus Siliwangi hanya engkaulah yang mampu mengalahkan kesaktian ayahmu maka dengan segala hormat pinjamkan lah Kalijaga tombak pusaka kamu yang bernama tombak Karera Reksa," kata Kanjeng Sunan Gunung Jati pada Nyi Roro kidul.
Berbeda dengan ketika Sunan Kalijaga yang meminjam tombak pusaka, Nyi Ratu Roro Kidul tidak menolak meminjamkan Tombak Pusaka Karera Reksa.
Namun Nyi Ratu Roro Kidul mengatakan bahwa tombak itu hanya bisa dipinjamkan kepada suaminya.
Penyampaian Nyi Ratu Roro Kidul ini langsung dipahami oleh Sunan Gunung Jati, bahwa Nyi Ratu Roro Kidul mau meminjamkan ke sunan Kalijaga asal mau menikahi Nyi Ratu Roro Kidul terlebih dahulu.
Sunan Gunung Jati pun tersenyum sambil berkata kepada Sunan Kalijaga,
Tombak pusaka Karera Reksa itu hanya diberikan kepadamu wahai Kalijaga, sesungguhnya tiada yang lebih mulia kecuali berpegangan pada keagungan syiar Islam, menikahlah dengannya Nyi Ratu Roro Kidul atas nama Islam dan bukan karena nafsu, ucap Sunan Gunung Jati memberikan perintah agar Sunan Kalijaga mau menikahi Nyi Roro Kidul.
Kepatuhan seorang murid dengan gurunya nampak dalam peristiwa ini, Sunan Kalijaga menyetujui apa yang dikatakan Sang Guru itu. Sunan Kalijaga mau untuk menikahi Nyi Ratu Roro Kidul.
Namun Nyi Ratu Roro Kiidul justru tak setuju karena dia tidak mau dinikahi oleh orang yang tidak mencintainya dan masih mempertanyakan kesetiaan Sunan Kalijaga padanya.
Nyi Ratu Roro Kidul pun mencoba menguji kesetiaan Sunan Kalijaga Nyi Roro kidul pun meminta Sunan Kalijaga, dengan meminta mencarikannya tasbih kecubung wulung yang didapatkan dari laut Merah.
Sunan Kalijaga dengan bertafakur bermeditasi dan meminta petunjuk kepada Allah SWT, Sunan Kalijaga didatangi tiga sosok bangsa lelembut bernama Sanghyang Sontong.
Kepat Sanghyang kemudian pergi ke laut merah, sesampainya di pinggir laut merah keempat orang yang barusan datang tadi langsung disambut pendamping Ratu Bilqis dari bangsa siluman.
Dan atas izin sang Ratu Agung Bilqis diberikanlah Sunan Kalijaga 1 buah Nur Sulaiman AS, yang didalamnya terdapat tas berbahan batu kecubung hijau Giok.
Setelah Sunan Kalijaga mendapatkan tasbih itu, serta-merta Kalijaga pulang dan menemui Sunan Gunung Jati dan juga Nyi Ratu Roro Kidul.
Dengan diiringi 40 orang Pengawal dari kaputren pakungwati rombongan Kanjeng Sunan Kalijaga menuju istana Nyi Ratu Roro Kidul.
Nyi Ratu Roro Kidul, menyambut sang kekasih dengan riang gembira, mempersiapkan segala hiasan dan pernak-pernik untuk menyambut kedatangan Sunan Kalijaga.
Nyi Ratu Roro Kidul kemudian menikah dengan Sunan Kalijaga, lalu Nyi Ratu Roro Kidul meminjamkan tombak sakti Karera Reksa kepada Sunan Kalijaga.
Pusaka Karera Reksa langsung diserahkan Sunan Kalijaga kepada gurunya Sunan Gunung Jati.
Lalu pusaka itu oleh Sunan Gunung Jati ditambahi satu tombak di atasnya, ditancapkan satu tombak sehingga pusaka Karera Reksa yang tadinya mempunyai 7 cabang dan 1 jalur runcing di samping menjadi 9 cabang.
Kanjeng Sunan Gunung Jati mengganti nama tombak Karera Reksa Reksa dengan sebutan Pusaka Agung Buana Tombak Nirwana Cakra Langit.
Dengan menggunakan tombak pusaka Agung Buana Tombak Nirwana Cakra langit, Sunan Kalijaga bertarung dengan Prabu Siliwangi.
Pertarungan yang sangat Dahsyat antara Sunan Kalijaga dan Prabu Siliwangi menghabiskan waktu hingga 7 hari 7 malam.
Sunan Kalijaga akhirnya mampu mengalahkan Prabu Siliwangi, Setelah mengalahkan Prabu Siliwangi senjata tombak Cakra langit dikembalikan Ke Keraton pantai selatan dan hingga kini masih ada.
Itulah kisah pertempuran Sunan Kalijaga dan Prabu Siliwangi, semoga bisa menambah wawasan bagi kita semua.
GENDING DAN LAGU TENTANG NYI RORO KIDUL
NGLARAS PANGKUR LOMBO (PANGKUR LAMBA)
DEWA TIRTA
WANTAHE AMUNGU NENDRA
PRA TARUNA
PANGGAH ALABUH NEGARA
PANGKUR WIRAMA LAMBA
GALAK GALAK CAKRIKE
SLENDRO PATHET MANYURA
MUGA DADI SARANA
MANUNGGAL LAHIR
TRUSING BATIN
TRUS MAJU TANPA MUNDUR
PATUT LAN TANGGUH
WITING KLAPA
KALAPA KANG MAKSIH MUDHA
SAK LUGUNE
WONG MARDI PIKIR RAHARJA
PANGKUR WIRAMA LAMBA
GALAK GALAK CAKRIKE
SLENDRO PATHET MANYURA
MUGA DADI SARANA
MANUNGGAL LAHIR
TRUSING BATIN
TRUS MAJU TANPA MUNDUR
PATUT LAN TANGGUH
PARABE SANG SMARA BANGUN
SEPAT DOMBA KALI OYA
AJA DOLAN LAN WONG PRIYA
GURAMEH NORA PRASAJA
(DUWA LOLO OING..)
MINGKAR MINGKURING ANGKARA
AKARANA KARNAN MARDI SIWI
SINAWUNG RESMINING KIDUNG
SINUBA SINUKARTA
MRIH KATARTA MRIH KATARTA
PAKARTINING NGILMU LUHUNG
KANG TUMRAP NENG TANAH JAWA
AGAMA AGEMING AJI
JINEJER NENG WEDHATAMA
(BAPAKNE THOLE...)
MRIH TAN KEMBA KEMBENGANING PAMBUDI
MANGKA NADYAN TUWA PIKUN
YEN TAN MIKANI RASA
YEKTI SEPI YEKTI SEPI
ASEPA LIR SEPAH SAMUN
SAMANGSANE PAKUMPULAN
GONYAK GANYUK NGLELING SEMI
UJUNG JARI
BALUNG RON DHONGE KALAPA
KAWENGKUA
SAYEKTI DADI USADA
PANGKUR WIRAMA LAMBA
GALAK GALAK CAKRIKE
SLENDRO PATHET MANYURA
MUGA DADI SARANA
MANUNGGAL LAHIR
TRUSING BATIN
TRUS MAJU TANPA MUNDUR
PATUT LAN TANGGUH
SUTENG ENDRA
PRAJANE SRI BOMANTARA
SUN WATARA
LAMUN SIRA DARMBE TRESNA
LIRIK JATHILAN NYI RORO KIDUL
(Khusus untuk Sang ratu penguasa pantai selatan)
Ing sisih kidul tanah Jawa dumununge
Ana segara kang nyata gedhe ombake
Gulung gemulung ora kendat saben wayah
Ra ana jalma kang nyoba wani sembrana
Kreta kencana dadi titihane
Pasurya elok ra ana tandinge
Katon sumunar uga nentremake
Ra saben netra bisa nyekseake
Nyi Rara Kidul Kanjeng Ratu ing kraton segara kidul.
(Demikian lirik lagu Jathilan Nyi Roro Kidul, khusus dibuatkan oleh sang pencipta lagu untuk sang Ratu penguasa pantai Selatan Jawa).
LAGU NYI RARA KIDUL
Ing sisih kidul tanah Jawa dumununge
Ana segara kang nyata gedhe ombake
Gulung gemulung ora kendat saben wayah
Ra ana jalma kang nyoba wani sembrana
Kreta kencana dadi titihane
Pasurya elok ra ana tandinge
Katon sumunar uga nentremake
Ra saben netra bisa nyekseake
Nyi Rara Kidul Kanjeng Ratu ing kraton segara kidul
NYI RORO KIDUL
(Lagu CB Band)
Di pantai tanah Jawa selatan
Angker sunyi sepi
Hanya gelombang menggelegar
Menghantam karang
Ketika laut pecah menyibak
Dalam keheningan
Tersirat sinar emas kemilau
Bayang-bayang remang
Titian kereta kencana
Membumbung di angkasa
Terbang seperti roket membara
Gamelan Jawa bertaluan
Sayup irama gaib
Mengiringi Ratu Samudra
Ho-o-o Nyi Roro Kidul
Ho-o-o o-o-o-o
Ho-o-o Nyi Roro Kidul
Ho-o-o o-o-o-o-o-o
Ketika laut pecah menyibak
Dalam keheningan
Tersirat sinar emas kemilau
Bayang-bayang remang
Titian kereta kencana
Membumbung di angkasa
Terbang seperti roket membara
Gamelan Jawa bertaluan
Sayup irama gaib
Mengiringi Ratu Samudra
Ho-o-o Nyi Roro Kidul
Ho-o-o o-o-o-o
Ho-o-o Nyi Roro Kidul
Ho-o-o o-o-o-o-o-o