PERANG GANTER
Perang Ganter adalah perang yang terjadi antara Ken Arok dan Raja Kertajaya dari Kediri. Perlawanan Ken Arok untuk Meruntuhkan Kerajaan Kediri
Pertempuran yang terjadi pada 1222 M ini berlangsung di daerah Ganter, sekitar Malang sekarang.
Dalam pertempuran ini, Ken Arok berhasil memaksa Raja Kertajaya untuk menyerahkan kekuasaannya.
Perang Ganter menandai runtuhnya Kerajaan Kediri dan dimulainya pemerintahan Dinasti Rajasa di Kerajaan Singasari.
SEJARAH PERANG GANTER
Sebab terjadinya Perang Ganter adalah konflik antara kaum Brahmana dan Raja Kertajaya, yang memerintah Kediri antara 1200-1222 M.
Yang menyebabkan kaum Brahmana bertikai dengan Kertajaya adalah perintah sang raja untuk menyembahnya.
Para Brahmana Hindu dan Buddha pun menolak, karena sepanjang sejarah tidak ada Brahmana yang menyembah raja.
Penolakan ini membuat Kertajaya murka dan melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap kaum Brahmana.
Pada akhirnya, para Brahmana memutuskan untuk melarikan diri ke Tumapel dan berlindung pada Ken Arok, yang berniat melepaskan diri dari Kediri.
Tidak lama setelahnya, para Brahmana merestui Ken Arok sebagai raja di Tumapel, yang kekusaannya terpisah dari pengaruh Kerajaan Kediri.
Dengan bantuan rakyat dan kaum Brahmana, Ken Arok kemudian menyerang Kediri.
KRONOLOGI PERANG GANTER
Pertempuran antara pasukan Tumapel yang dipimpin oleh Ken Arok dan tentara Kediri di bawah pimpinan Mahisa Walungan, adik Raja Kertajaya, berlangsung di sebelah utara Ganter.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Ken Arok untuk mendesak tentara Kediri dan membunuh Mahisa Walungan bersama menterinya yang bernama Gubar Baleman.
Kitab Negarakertagama memberikan keterangan bahwa Kerajaan Kediri runtuh pada 1222 M.
Dengan kemenangan Ken Arok, maka berakhirlah masa kekuasaan Wangsa Isyana setelah memerintah selama tiga abad.
Akan tetapi, Negarakertagama maupun Pararaton sama-sama menutupi bahwa Raja Kertajaya gugur dalam pertempuran.
Kitab Negarakertagama melukiskan bahwa Raja Kertajaya melarikan diri dan bersembunyi di lereng gunung bersama para pertapa.
Sedangkan Kitab Pararaton menyebut Raja Kertajaya lenyap ke alam kedewaan dan tidak meninggalkan bekas.
AKIBAT PERANG GANTER
Runtuhnya Kerajaan KediriBerakhirnya pemerintahan Wangsa Isyana. Dimulainya pemerintahan Dinasti Rajasa yang dibangun oleh Ken Arok. Munculnya Kerajaan Singasari sebagai penguasa di Jawa Timur.
RUNTUHNYA KERTAJAYA DAN KERAJAAN KEDIRI MELAWAN PARA BRAHMANA
Banyak pemimpin sebuah kerajaan yang mengaku sosoknya sebagai dewa yang pantas disembah. Aleksander Agung, misalnya. Ia mengaku titisan dewa hingga tak memberi wasiat untuk penggantinya kelak. Ia merasa tak ada yang pantas menggantikannya. Kita juga mengetahui Firaun. Ia mengaku sebagai Tuhan yang patut disembah rakyatnya. Kerajaan Hindu di Indonesia pun memiliki sosok yang mirip. Dia adalah Kertajaya.
Sri Maharaja Kertajaya atau Raja Kertajaya, raja terakhir dari Kerajaan Kediri yang memerintah sejak 1194-1222. Pada akhir pemerintahannya, Kertajaya dikalahkan Ken Arok dari Tumapel atau Singasari. Kekalahan itu menandai berakhirnya masa Kerajaan Kediri.
Mengenai berdirinya Kerajaan Kediri. Pada awal berdiri, perang saudara membuat Kediri tidak stabil sehingga tidak diketahui perkembangannya. Lalu, Kerajaan Kediri kembali muncul dalam sejarah pada 1117. Saat itu Kediri berdiri di bawah kepemimpinan Sri Bameswara yang kemudian digantikan Jayabaya, yang mana mengalami masa kejayaan.
Melansir Historia, Selasa, 30 Juni 2020, Kertajaya diketahui menjadi raja terakhir Kediri dan salah satu raja terkejam dalam sejarah. Selain memimpin dengan kejam, ia dikenal kurang bijaksana. Kertajaya kerap mengaku dirinya sebagai dewa, yang mana membuatnya membenarkan segala tindakan kejam yang dilakukan.
Pada satu waktu, Kertajaya membuktikan dirinya adalah dewa dengan duduk di atas tombak tanpa terluka sedikit pun. Kertajaya memaksa para brahmana dan rakyat untuk menyembahnya, sesumbar mengatakan hanya Dewa Syiwalah yang mampu menaklukkannya.
Kertajaya tak segan menyiksa para Brahmana yang menolak menyembahnya. Penyiksaan akan dihentikan jika mereka mengakui sifat dewa Kertajaya. Jika tidak, mereka akan terus disiksa hingga meregang nyawa.
KERUNTUHAN
Merasa tindakan raja di luar nalar, para Brahmana kabur dari Kerajaan Kediri. Mereka juga mendakwahkan kesesatan Kertajaya pada setiap orang yang ditemui di perjalanan. Para Brahmana akhirnya pergi ke Tumapel dan meminta bantuan akuwu (bupati) yang saat itu dijabat oleh Ken Arok.
Dibantu Ken Arok, para Brahmana merencanakan pemberontakan terhadap Kertajaya. Brahmana juga memengaruhi rakyat untuk bersama Ken Arok menumbangkan Kertajaya. Saat itu Ken Arok juga ingin memerdekakan Tumapel dari kekuasaan Kediri.
“Para Brahmana yang berpengaruh lari ke timur untuk beraliansi dengan Ken Arok, perebut takhta dari Janggala,” tulis Ann R. Kinney dalam Worshipping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java.
Mengetahui serangan yang direncanakan Tumapel, Raja Kertajaya mengirimkan pasukan. Namun, atas dukungan Brahmana dan rakyat, Tumapel berhasil melumpuhkan pasukan Kertajaya. Tumapel bahkan mengirim serangan balik ke Ibu Kota Kerajaan Kediri. Lewat serangan itu, Tumapel berhasil menguasai seluruh Ibu Kota Kerajaan Kediri. Ken Arok diketahui berhasil membunuh Kertajaya. Kerajaan Kediri pun runtuh.
Otomatis, seluruh Kerajaan Kediri jatuh ke tangan Tumapel. Ken Arok lalu mengubah Tumapel menjadi Kerajaan Singasari. Sementara, Kertajaya yang memimpin dengan kecongakan harus terguling akibat kecongakan itu sendiri.