JAHILIYAH
Jahiliyah dari bahasa Arab merupakan masa dimana penduduk Mekkah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan). Ketidaktahuan (kebodohan) pada masa jahiliyah ini bukan dalam ilmu pengetahuan akan tetapi ketidak tahuan akan petunjuk ilahi.
Jahiliyah yaitu zaman keterpurukan pada masa arab kuno sebelum Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw ada dan berkembang pesat.
Arti dari kata jahiliah adalah kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Penggunaan kata ini kepada masa pra Islam menunjukkan pada era saat ketiganya sangat menonjol di masyarakat, dikutip buku Fajr al-Islam yang ditulis Amin Ahmad.
Jahiliah juga berkaitan dengan kepercayaan sesat, peribadatan yang salah, kekuasaan yang sewenang-wenang, dan ketidakadilan hukum. Kondisi ini menimbulkan rasa takut, khawatir, dan kekacaauan yang tidak kunjung berakhir.
JAHILIYAH PERBUATAN ZALIM
Jahiliyah disebut zaman kezaliman. Kezaliman merupakan perbuatan tidak terpuji yang tentu dilarang oleh Allah SWT. Berbuat zalim memiliki makna berbuat tercela yang begitu banyak ragamnya.
ZALIM MENDATANGKAN MURKA ALLAH SWT
Terdapat beberapa bentuk zalim yang bisa memicu murka Allah SWT. Ilustrasi beribadah bentuk tidak zalim pada diri sendiri.
Seorang Muslim diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan zalim atau aniaya kepada orang lain dan bagi dirinya sendiri. Allah SWT bahkan menyebut akan memberi azab bagi orang yang zalim.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya : surat Al-Furqan ayat ke-19 :
وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا
"Barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya kami rasakan kepadanya azab yang besar."
Kezaliman yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya? Berikut tiga macam kezaliman yang dilarang Allah SWT :
1. Kezaliman hamba kepada Rabb-nya. Kezaliman manusia kepada Penciptanya adalah dengan kufur kepada Allah, seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 254:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Dan orang-orang kafir itulah orang-orang zalim." Ayat lain dalam Alquran juga menyebut kezaliman seorang mahluk juga ditandai dengan berbuat syirik atau menyekutukan Allah dengan zat lain. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar."
2. Kezaliman kepada sesama manusia.
Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia juga merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Perbuatan seperti menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti tubuh atau hati orang lain hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar adalah perilaku yang dimurkai Allah. Allah menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan akan menimpakan dosa orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR Bukhari).
3. Zalim terhadap diri sendiri.
Kezaliman seorang hamba adalah dengan mengotori dirinya dengan berbagai bentuk dosa, pelanggaran dan keburukan berupa kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 57 yang artinya: وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ "Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." Tiga perbuatan zalim ini hendaknya dijauhi setiap Muslim agar terhindar dari murka Allah SWT.
KEZALIMAN KEPADA MANUSIA
Zalim atau aniaya termasuk salah satu akhlak tercela. Zalim artinya menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Zalim diharamkan oleh Allah Swt. dalam setiap keadaan. Di manapun kita berada, jangan sekali-kali berbuat zalim, baik zalim pada diri sendiri atau pada orang lain. Lebih-lebih jangan sampai berbuat zalim kepada Allah Swt., yakni dengan menyekutukan-Nya.
Dalam hadits qudsi, Allah swt. berfirman :
يا عبادي اني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا
Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliman pada diriku sendiri dan Aku jadikan suatu hal yang diharamkan pada kalian, oleh karena itu janganlah kalian saling menzalimi. (HR. Ahmad)
Allah menegaskan dalam hadits qudsi tersebut bahwa kezaliman adalah perbuatan yang diharamkan. Allah Swt. mengharamkan Dzat-Nya untuk zalim pada makhluk-Nya. Tidak ada ceritanya Allah Swt. menganiaya manusia atau makhluk yang lain. Kesalahan besar dan sangat fatal ketika ada yang berpikir Allah Swt. sudah melakukan kezaliman pada dirinya. Misal karena selalu ditimpa musibah, lalu ia menyalahkan takdir Allah. Na’uzubillah.
Sekali-kali Allah Swt. tidak pernah zalim pada manusia. Allah Swt. berfirman dalam QS. Yunus (10): 44,
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.” (Tafsir Surah al-Hujurat: 11; Kezaliman terhadap Orang Lain Awalnya dari Sifat Merendahkan).
Dalam Tafsir al-Bgahawidisebut bahwa Allah itu Maha Adil. Maha Suci Allah Swt. dari perbuatan zalim. Adapun manusia, mereka menzalimi dirinya sendiri dengan kemusyrikan dan kemaksiatan.
Terdapat tiga macam bentuk kezaliman :
1. Besar (a’zham).
2. Sedang (awsath).
3. Kecil (asghar).
Contoh perbuatan zalim yang terbesar adalah menyekutukan Allah Swt. dengan makhluk-Nya. Dosa perbuatan zalim ini tidak akan diampuni oleh Allah.
Contoh perbuatan zalim awsath adalah mengambil milik orang lain tanpa hak. Kembalikan dulu barang yang diambil, lalu minta maaf pada yang bersangkutan, maka baru Allah Swt. akan memaafkan.
Contoh perbuatan zalim paling kecil adalah mengabaikan kewajibannya kepada Allah Swt. Misal sering telat solat fardu, puasa ramadan suka bolong, pendusta, janji palsu, dll. Allah Swt. akan mengampuni dosa zalim yang seperti ini bila pelakunya bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Penulis membagi zalim pada tiga tingkatan di atas karena didasarkan pada hadis Nabi. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda :
الظلم ثلاثة فظلم لا يغفر الله وظلم يغفره وظلم لا يتركه فاما الظلم الذي لا يغفره فالشرك قال تعالى ان الشرك لظلم عظيم واما الظلم الذي يغفره فظلم العباد انفسهم فيها بينهم وبين ربهم واما الذي لا يتركه الله فظلم العباد بعضهم بعضا حتى يدين لبعضهم من بعض
Kezaliman dibagi tiga. (1) Zalim yang tidak akan diampuni oleh Allah, (2) Kezaliman yang akan diampuni oleh-Nya, (3) Kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah. Adapun zalim yang tidak akan diampuni oleh Allah adalah perbuatan syirik. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang amat besar. Adapun kezaliman yang diampuni oleh Allah adalah zalimnya manusia pada dirinya sendiri, yakni lalainya pada hak antara mereka dan Tuhannya. Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah zalimnya manusia pada saudaranya yang lain sampai mereka saling memaafkan. (HR. Thoyalisi, dari Anas Bin Malik Ra, Mukhtarul Ahadits).
Dalam hadis tersebut, Rasulullah Saw. menegaskan bahwa ada tiga macam bentuk kezaliman. Pertama, Allah tidak akan mengampuni pelakunya, yaitu kezaliman yang dilakukan manusia pada Allah Swt. dengan menyekutukan-Nya. Ketika menempatkan makhluk di tempat Allah atau sebaliknya, berarti manusia telah melakukan kezaliman yang besar. Karena ia meletakkan posisi Allah atau makhluk bukan pada tempat yang sebenarnya. Na’uzubillah.
Kedua, Allah Swt. akan mengampuni kezaliman manusia pada dirinya sendiri. Syaratnya adalah bertobat dengan sebenar-benarnya, menyesali perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.
Ketiga, Allah Swt. akan mengampuni kezaliman manusia pada orang lain dengan syarat ia minta maaf langsung pada yang bersangkutan. Dalam artian Allah Swt. akan mengampuninya ketika orang yang dizalimi memaafkan. Akan tetapi, ketika orang yang dizalimi menuntut balasan setimpal, maka Allah Swt. mensyariatkan membolehkan orang itu membalasnya. Sah-sah saja bila orang yang disakiti menuntut balasan. Akan tetapi memaafkan tetap lebih baik. Lepas itu, baru ampunan Allah Swt. akan didapat.
Jahiliyah dari kata al-Jahl [الجهل] yang artinya kebodohan.
Selanjutnya istilah ini digunakan untuk menyebut keadaan masyarakat sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
الجاهلية : ما كان قبل الإسلام
Jahilliyah adalah masa sebelum islam. (Fathul Bari, 10/468).
Zaman itu dinamakan zaman jahiliyah karena tingkat kebodohan mereka yang parah, tidak mengenal hak Allah dan hak makhluk. (al-Qoul al-Mufid, Ibn Utsaimin, 2/146).
Al-Munawi mengatakan,
والجاهلية : ما قبل البعثة ، سُمُّوا به لفرط جهلهم
Jahiliyah adalah masa sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka dinamakan demikian, karena kebodohan mereka yang keterlaluan. (Faidhul Qadir, 1/462).
KARAKTER JAHILIYAH
Setelah diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, zaman jahiliyah telah berakhir. Karena banyak manusia telah mengenal islam dan sadar akan aturan. Meskipun beberapa karakter dan kebiasaan buruk jahiliyah terkadang masih melekat pada diri sebagian orang. Seperti meratapi mayit, menghina nasab, bertarung karena fanatik golongan, bersolek gaya jahiliyah, atau karakter buruk lainnya.
Dari Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
النِّيَاحَةُ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ
Meratapi mayit termasuk tradisi jahiliyah. (HR. Ibn Majah 1648 dan dishahihkan al-Albani)
Dalam riwayat lain, dari Abu Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ
Ada 4 kebiasaan umatku yang itu merupakan tradisi jahiliyah, yang tidak akan mereka tinggalkan: menyombongkan nasab, mencela orang karena nasab, meminta hujan dengan bintang, dan meratap. (HR. Ahmad 9872 & Muslim 2203).
Karena kelemahan dan keterbatasan manusia, terkadang pelanggaran ini juga dilakukan orang soleh.
Suatu ketika, karena sangat marah, sahabat Abu Dzar pernah menghina ibunya sahabat Bilal radhiyallahu ‘anhuma. Peristiwa inipun dilaporkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menasehati Abu Dzar,
إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ
“Kamu manusia yang memiliki salah satu karakter jahiliyah.” (HR. Bukhari 30).
Para ulama melarang penyebutan ‘masyarakat jahiliyah’. Karena berarti mengukuhkan sesuatu yang telah berakhir. Meskipun boleh menyebutnya untuk yang bersifat parsial. Seperti riba jahiliyah atau dst. dan karakter buruk lainnya.
Tidak Boleh Menyebut Masyarakat Jahilliyah.
Sekalipun ada penyimpangan yang dilakukan sebagian masyarakat muslim, namun kita tidak boleh menyebut mereka dengan masyarakat jahiliyah. Menyebut ‘masyarakat jahiliyah’ berarti menganggap mereka semua bodoh dan tidak tahu aturan. Sementara di tangah meraka masih banyak orang baik.
Karena itulah, sebagian ulama mengatakan penggunaan istilah jahiliyah dibagi menjadi 2 :
1. Untuk menyebut individu.
Boleh digunakan untk menyebut orang yang melakukan penyimpangan.
2. Untuk menyebut keseluruhan masyarakat.
Para ulama penyebutan semacam ini, karena tidak semua melakukan pelanggaran yang sama.
Syaikhul Islam mengatakan,
فالناس قبل مبعث الرسول صلى الله عليه وسلم كانوا في حال جاهلية… وكذلك كل ما يخالف ما جاءت به المرسلون من يهودية ، ونصرانية : فهي جاهلية ، وتلك كانت الجاهلية العامة ، فأما بعد مبعث الرسول صلى الله عليه وسلم قد تكون في مصر دون مصر، وقد تكون في شخص دون شخص… فأما في زمان مطلق : فلا جاهلية بعد مبعث محمد صلى الله عليه وسلم ؛ فإنه لا تزال من أمته طائفة ظاهرين على الحق إلى قيام الساعة
Manusia sebelum diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka dalam kondisi jahiliyah…. Demikian pula semua yang menyimpang dari ajaran para rasul, seperti yahudi, atau nasrani maka itu jahiliyah. Itulah jahiliyah umum. Namun setelah diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, kebiasaan jahilliyah terkadang ada di sebagian negara dan tidak ada di tempat lain, terkadang ada pada diri seseorang, yang tidak ada di orang lain… namun jika disebut secara mutlak, tidak ada lagi jahiliyah setelah diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena di tengah umat ini akan selalu ada sekelompok orang yang berpegang dengan kebenaran sampai kiamat. (Iqtidha’ Shirathal Mustaqim, 1/258).
Untuk itulah para ulama memberikan kritikan terhadap pernyataan salah satu dai pergerakan yang menyatakan, Jahiliyah abad 21. Istilah ini sama halnya menyebut zaman ini berikut penghuninya adalah zaman jahiliyah. Dan tentu saja ini kekeliruan. (Mu’jam al-Manahi al-Lafdziyah, hlm. 212 – 215).
MASYARAKAT ARAB SEBELUM KEDATANGAN ISLAM ADALAH MASA JAHILIYAH
Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ditulis Masudul Hasan dalam History of Islam. Buku tersebut menceritakan, masyarakat Arab mengalami kemerosotan moral. Minuman keras, judi, cabul, dan seks bebas adalah hal biasa.
"Kaum wanita diperlakukan seperti barang bergerak yang dapat dijual atau dibeli. Para penyair mendendangkan
keburukan moral dengan penuh kebanggaan. Jika ada yang meninggal, maka anak mewarisi ibu tiri dan barang lainnya," tulis buku tersebut.
Anak bahkan bisa menikahi ibu tiri mereka. Yang lebih parah, anak perempuan yang baru lahir akan dicekik atau dikubur hidup-hidup. Selain itu, perbudakan adalah hal wajar dengan majikan yang berkuasa penuh hingga hidup mati.
Dengan kondisi tersebut, mereka yang kaya hidup bergelimang harta sedangkan yang miskin semakin kekurangan. Jurang pemisah antara masyarakat kaya dan miskin terasa makin dalam dan jauh. Masyarakat kaya dapat mengeksploitas yang lebih miskin.
Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ini berubah usai kedatangan Rasulullah SAW, yang membawa ajaran Islam dari Allah SWT. Namun Islam sejatinya tidak mengubah seluruh tatanan dan nilai yang dianut masyarakat Arab.
Repository yang mengutip The Makkan Crubicle karya Zakaria Bashier menyatakan, Islam mengarahkan nilai-nilai masyarakat Arab hingga sesuai syariat. Nilai yang baik dipertahankan meski cara dan tujuan mencapainya diubah.
Tentunya tradisi dan kebiasaan buruk yang tidak sesuai ajaran Islam dihapus. Misalnya membunuh anak perempuan baru lahir, seks bebas, berjudi, dan merendahkan wanita. Perubahan dilakukan meski membutuhkan pengorbanan dan waktu yang tidak sebentar.
Dengan penjelasan ini, semoga kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam dan perubahannya dapat digambarkan dengan baik.
ARAB JAHILIYAH MERUPAKAN BANGSA ARAB PRA-ISLAM (NABI MUHAMMAD)
Bangsa Arab sebelum Islam datang disebut dengan Arab Jahiliyah.
Bangsa Arab sebelum Islam datang disebut dengan Arab Jahiliyah. Ilustrasi bangsa Arab pra Islam.
Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab kerap menampakkan budaya-budaya tidak baik dan dikenal dengan sebutan jahiliyah. Pertumbuhan kejahilan ini tidak diisi dengan keterisian akhlak.
Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abuddin Nata dijelaskan, bangsa Arab di zaman jahiliyah tidak memiliki ahli filsafat yang mengajak pada aliran paham tertentu.
Hal itu sebagaimana berbeda yang dijumpai pada bangsa Yunani dan Romawi. Tidak adanya ahli filsafat pada masa itu disebabkan tidak berkembangnya kegiatan ilmiah di kalangan masyarakat Arab.
Pada masa itu, bangsa Arab hanya mempunyai ahli hikmah dan ahli syair. Di dalam kata-kata hikmah dan syair tersebut, dapat dijumpai ajaran yang memerintahkan agar berbuat baik dan menjauhi keburukan. Mendorong pada perbuatan yang utama dan menjauhi dari perbuatan yang tercela dan hina.
Hal yang dikemukakan misalnya terlihat pada kata-kata hikmah yang dikemukakan Luqmanul Hakim, Aktsam bin Shaifi, dan pada syair yang dikarang oleh Zuhair bin Abi Sulma, hingga Hakim Al-Thai. Masa jahiliyah bangsa Arab tentunya berbeda setelah Islam menyapa.
Ajaran akhlak pada masa Islam menemukan bentuknya yang sempurna. Dengan titik pangkalnya kepada Allah dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah SWT dan mengakui bahwa Dia-lah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih, dan Penyayang terhadap segala makhluk-Nya.
KEBIADABAN ZAMAN JAHILIYAH
Salah satu kebusukan masa jahiliyah yang disebutkan oleh Al Quran dalam surat An Nahl ayat 58-59:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
يَتَوَٰرَىٰ مِنَ ٱلْقَوْمِ مِن سُوٓءِ مَا بُشِّرَ بِهِۦٓ ۚ أَيُمْسِكُهُۥ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُۥ فِى ٱلتُّرَابِ ۗ أَلَا سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ
Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
Menurut cendikiawan Muslim Turki, Muhammad Fethullah Gulen dalam bukunya Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia menjelaskan pada masa jahiliyah, setiap kali seorang ayah diberitahu tentang kelahiran seorang anak perempuan, ia akan langsung memberengut dengan wajah marah padam disebabkan malu tak terkira yang tidak akan bisa ditutupi dari banyak orang. Begitu buruknya berita kelahiran bayi perempuan, sampai-sampai seorang ayah memilih untuk bunuh diri atau pun membunuh anak perempuannya itu daripada harus memikul aib. Ketika seorang ayah mendapatkan bayi perempuan maka dia harus memilih membiarkan anak perempuannya hidup sambil terus hidup dengan arang mencoreng wajahnya, atau dia membersihkan aib itu dengan mengubur anaknya hidup-hidup.
"Separah itulah tingkat kehinaan kaum wanita pada masa jahiliyah. Dan perlakuan buruk terhadap wanita pada masa itu bukan hanya terjadi di kalangan Arab jahiliyah, melainkan juga terjadi di kekaisaran Romawi dan Persia. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa apa yang kemudian dilakukan Islam yang mengubah kedudukan wanita di kalangan Arab jahiliyah adalah sesuatu yang luar biasa bagi semua wanita di seluruh dunia," jelas Fethullah Gulen.
Di tengah kebiadaban orang-orang jahiliyah itu, Al Quran turun dan menjadi yang pertama dengan jelas dan tegas menentang perilaku biadab orang-orang jahiliyah itu, mengharamkan tindakan pembunuhan terhadap bayi perempuan dengan dalih apapun.
قُلْ تَعَالَوْا۟ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُم مِّنْ إِمْلَٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Al Quran surat Al Anam 151).
KARAKTER JAHILIYAH DI ZAMAN SEKARANG
Sebelum Islam menyebar, penduduk Mekkah dikenal sebagai kaum jahiliyah. Disebut jahiliyah karena sifat mereka yang terlalu banyak melakukan kemungkaran dan kebodohan. Seperti menyembah berhala, mengubur hidup-hidup anak perempuan dan melakukan kemaksiatan.
Namun setelah Islam tersebar luas, istilah jahiliyah tidak lagi digunakan karena penduduk Mekkah sudah berada di jalan yang benar. Namun istilah jahiliyah bukan menunjukkan waktu atau zaman, melainkan sifat seseorang.
Jahiliyah sendiri memiliki arti kebodohan. Secara garis besar, jahiliyah berarti melakukan kemungkaran padahal sudah tahu yang benar. Sudah jelas kalau Islam itu adalah agama yang benar, tapi masih banyak yang membangkang.
Meskipun pada zaman Nabi kejahiliyahan sudah diberantas, namun nyatanya sifat jahiliyah masih ada sampai sekarang, hanya saja dalam wajah yang berbeda.
Berikut sifat-sifat jahiliyah di zaman modern :
1. TERLALU CINTA DUNIA.
Dunia itu sementara, sementara akhirat selama-lamanya. Tapi kebanyakan dari kita lebih mengutamakan urusan dunia ketimbang urusan akhirat. Kita lebih takut hidup miskin di dunia ketimbang takut masuk neraka nanti.
Terlalu mencintai dunia adalah salah satu kejahiliyahan dalam wujud halus. Orang yang terlalu cinta dunia bisa lupa akan urusan akhirat dan merasa hidupnya akan kekal. Padahal dia tahu akan mati dan akan menghadap Allah, tapi dia lebih memilih kebahagiaan dunia.
2. ISLAM MASIH MELAKUKAN KEMUSYRIKAN.
Tak sedikit umat Muslim yang rajin melakukan ibadah tapi ia masih banyak melakukan kemusyrikan. Misalnya saja percaya jimat, memberikan sesajen kepada arwah leluhur, meminta-minta kepada kuburan, percaya dukun atau mengikuti tradisi leluhur yang bertentangan dengan tauhid.
Di samping percaya kepada Allah, mereka juga percaya kepada selain Allah. Mereka merasa sudah berada di jalan yang benar, padahal mereka berada di jalan yang sesat. Menyekutukan Allah adalah panglima dosa yang tidak terampuni.
3. KEMAKSIATAN DI MANA-MANA.
Salah satu tanda kebodohan di akhir zaman adalah membiarkan kemaksiatan merajalela. Meskipun sudah jelas kemaksiatan itu dilarang oleh Islam, tapi kemaksiatan dibiarkan begitu saja. Bahkan diberikan tempat atau fasilitas.
Buktinya saja di kota-kota besar hingga kota kecil sekarang banyak tempat khusus untuk mabuk-mabukan dan zinah seperti diskotik, karoke dan tempat prostitusi.
4. SENANG MELAKUKAN KEMUNGKARAN.
Salah satu sifat orang jahiliyah adalah mereka bangga dengan kebodohannya. Mereka bangga dengan dosa-dosa yang dilakukannya, bahkan menyanjung dirinya sendiri di hadapan orang lain. Namun mereka merasa malu ketika harus melakukan kebaikan.
5. MENUTUP TELINGA DARI KEBENARAN.
Orang jahiliyah itu sudah tahu mana yang benar dan yang salah, tapi mereka lebih suka melakukan kesalahan. Ketika mereka mendengar tentang kebenaran, mereka menutup telinga dan ketika mereka mendengar kemungkaran, mereka membuka telinganya. Mereka tidak ingin kebenaran ditegakkan.