DIWENEHI ATI NGROGOH REMPELO
Orang Jawa sering bilang wis diwenehi ati ngrogoh rempelo. Sudah diberi sedikit, harusnya bersyukur. Kok minta tambah lagi dan minta banyak.
Ini paribasan, bebasan, sanepan, saloka yang mengibaratkan sambil sedikit mengejek ke lawan bicaranya secara halus. Dengan tujuan lawan bicaranya menjadi sadar akan perbuatannya.
Jadi, arti dari bebasan diwenehi ati ngrogoh rempela adalah
Wis diwenehi sethithik, malah njaluk kang akeh.
Diwenehi ati ngrogoh rempela diberi hati mengambil rempela, secara kasar dapat diartikan dalam bahasa Indonesia, sebagai dikasih hati minta jantung / orang yang melunjak atau tidak tahu berterima kasih.
Diwenehi ati ngrogoh rempela.
Tegese diwenehi kepenak malah nranyak, njaluk sing ora-ora. Gegambarane wong kang nguja hawa nepsune. Ora ketang wis diwenehi apa kang dijaluk (diperlokake), ditulung bola-bali, tundhone malah nranyak. Njaluk kang dudu salumrahe, dudu hake. Kamangka sing menehi mau nyata-nyata wis nandur kabecikan akeh banget menyang dheweke.
Patrap kaya ngene aja ditiru. Awit wong kang duwe tumindak kaya ngono ora duwe rasa rumangsa, ora ngerti matur nuwun, ora duwe isin babar pisan. Wong kaya mangkono mau bisane mung nguja kekarepan, apa sing dipengini kudu kelakon.
Unen-unen iki saperangan uga menehi pitutur yen menehi uwong iku kudu nganggo duga kira-kira. Becike menawa menehi wong sepisan pindo wae, aja nganti kekerepen. Awit yen kekerepen menehi padha karo ora menehi piwulang kang becik. Bisa wae sing diwenehi banjur tuman, duwe panganggep sing ora-ora asengga nggampangake, kumawani nranyak, njejaluk kang ora sapantese.
Artinya diberi hati masih mengambil ampela atau sudah ditolong malah meminta lagi, lebih dari yang semestinya.
Gambaran dari orang yang mengumbar hawa nafsunya. Meskipun sudah diberi apa yang diminta (dibutuhkan), ditolong berkali-kali, ujung-ujungnya malah melampaui batas, yaitu meminta lagi hal yang lebih (tidak sepantasnya).
Padahal orang yang memberi itu jelas-jelas sudah berbuat kebaikan yang amat banyak kepada dirinya.
Perbuatan seperti itu jangan ditiru. Sebab orang yang melakukan perbuatan tersebut tidak berperasaan, tidak tahu berterima kasih, tidak punya malu.
Orang tersebut hanya memenuhi keinginan dirinya saja, ngotot agar apa yang diinginkan harus tercapai.
Selain itu, peribahasa ini dapat pula menjadi petunjuk bahwa memberi sesuatu kepada orang lain harus menggunakan pertimbangan, tidak asal memberi. Dalam memberi pun sebaiknya hanya sekali dua kali, jangan sampai terlalu sering.
Sebab kalau terlalu sering sama saja memberi pelajaran yang tidak baik.
Bisa saja yang diberi malah ketagihan dan karena setiap permintaannya diluluskan dia pun akan berani mengajukan permintaan lagi.
Diwenehi ati ngrogoh rempela.
Tegese diwenehi kepenak malah nranyak, njaluk sing ora-ora. Gegambarane wong kang nguja hawa nepsune. Ora ketang wis diwenehi apa kang dijaluk (diperlokake), ditulung bola-bali, tundhone malah nranyak. Njaluk kang dudu salumrahe, dudu hake. Kamangka sing menehi mau nyata-nyata wis nandur kabecikan akeh banget menyang dheweke.
Patrap kaya ngene aja ditiru. Awit wong kang duwe tumindak kaya ngono ora duwe rasa rumangsa, ora ngerti matur nuwun, ora duwe isin babar pisan. Wong kaya mangkono mau bisane mung nguja kekarepan, apa sing dipengini kudu kelakon.
Unen-unen iki saperangan uga menehi pitutur yen menehi uwong iku kudu nganggo duga kira-kira. Becike menawa menehi wong sepisan pindo wae, aja nganti kekerepen. Awit yen kekerepen menehi padha karo ora menehi piwulang kang becik. Bisa wae sing diwenehi banjur tuman, duwe panganggep sing ora-ora asengga nggampangake, kumawani nranyak, njejaluk kang ora sapantese.
Artinya diberi hati masih mengambil ampela atau sudah ditolong malah meminta lagi, lebih dari yang semestinya. Gambaran dari orang yang mengumbar hawa nafsunya. Meskipun sudah diberi apa yang diminta (dibutuhkan), ditolong berkali-kali, ujung-ujungnya malah melampaui batas, yaitu meminta lagi hal yang lebih (tidak sepantasnya). Padahal orang yang memberi itu jelas-jelas sudah berbuat kebaikan yang amat banyak kepada dirinya.
Perbuatan seperti itu jangan ditiru. Sebab orang yang melakukan perbuatan tersebut tidak berperasaan, tidak tahu berterima kasih, tidak punya malu. Orang tersebut hanya memenuhi keinginan dirinya saja, ngotot agar apa yang diinginkan harus tercapai.
Selain itu, peribahasa ini dapat pula menjadi petunjuk bahwa memberi sesuatu kepada orang lain harus menggunakan pertimbangan, tidak asal memberi. Dalam memberi pun sebaiknya hanya sekali dua kali, jangan sampai terlalu sering. Sebab kalau terlalu sering sama saja memberi pelajaran yang tidak baik. Bisa saja yang diberi malah ketagihan dan karena setiap permintaannya diluluskan dia pun akan berani mengajukan permintaan lagi.
Peribahasa.
1. Untune miji timun (giginya biji timun) yang artinya giginya bagus dan rapi.
2. Esuk dele sore tempe (pagi kedelai sore tempe) yang artinya orang yang plin plan.
3. Tresno jalaran songko kulino (cinta tumbuh dari kebiasaan) yang artinya rasa cinta tumbuh dari kebiasaan.
4. Demit ora ndulit setan ora doyan (dedemit tidak nyolek setan tidak doyan) yang artinya selalu dikasih keselmatan dan tidak ada yang menganggu.
5. Diwehi ati ngerogoh rempelo (dikasih hati minta ampela) yang artinya orang yang tidak tahu terimakasih, atau malahan minta lagi yang lebih besar.
6. Mikul dhuwur mendem jero (memikul tinggi mememendam dalam) yang artinya orang tua kita harus dikenang jasa jasanya, dan haris ditutupi kesalhanya jangan sampai diumbar.
7. Maju tatu mundhur ajur (maju berbekas mundur hancur) yang artinya masalah yang serba delimatis.
8. Becik ketitik olo ketoro (benar diketahui, salah kelihatan) yang artinya berbuat sesuatu kebenaran atau kejelekan pasti akan terlihat.
9. Ditulung malah menthung (ditolong malah mengganggu) yang artinya sudah ditolong malahan memusushi.
10. Ulo marani gebuk (ular mendatangi pikul) yang artinya seperti layaknya pencuri yang mendatangi orang yang sedang mengancam dirinya.
11. Untune miji timun (giginya biji timun) yang artinya giginya bagus dan rapi.
12. Esuk dele sore tempe (pagi kedelai sore tempe ) yang artinya orang yang plin plan.
13. Tresno jalaran songko kulino (cinta tumbuh dari kebiasaan) yang artinya rasa cinta tumbuh dari kebiasaan.
14. Demit ora ndulit setan ora doyan ( dedemit tidak nyolek setan tidak doyan) yang artinya selalu dikasih keselmatan dan tidak ada yang menganggu.
15. Diwehi ati ngerogoh rempelo (dikasih hati minta ampela) yang artinya orang yang tidak tahu terimakasih, atau malahan minta lagi yang lebih besar.
16. Mikul dhuwur mendem jero (memikul tinggi mememendam dalam) yang artinya orang tua kita harus dikenang jasa jasanya, dan haris ditutupi kesalhanya jangan sampai diumbar.
17. Maju tatu mundhur ajur (maju berbekas mundur hancur) yang artinya masalah yang serba delimatis.
18. Becik ketitik olo ketoro (benar diketahui, salah kelihatan) yang artinya berbuat sesuatu kebenaran atau kejelekan pasti akan terlihat.
19. Ditulung malah menthung (ditolong malah mengganggu) yang artinya sudah ditolong malahan memusushi.
20. Ulo marani gebuk (ular mendatangi pikul) yang artinya seperti layaknya pencuri yang mendatangi orang yang sedang mengancam dirinya.