Wahyu Jatiwasesa
Kerajaan di ngarcapada tiba tiba dilanda pagebluk, termasuk negara hastina. prabu Duryodana mengumpulkan mentri mentrinya di paseban agung. hadir patih snegkuni, raja anga karna, dan Resi Dorna. raja duryodana bertanya ada gerangan apa ini, pagebluk meraja lela.
Resi Dorna menjawab mendapat wangsit dan berkata ada wahyu yang diturunkan dewata di pucak gunung argo piloso berupa wahyu wiji wasesa yang terkandung dalam sebuah tumbuhan bernama tumbuhan mandera kresna. siapa yang mendapat wahyu itu akan diliputi kesentosaan.
Menceritakan tentang wahyu yang membuat siapa pun yang memilikinya akan menurunkan raja-raja yang berkuasa. Wahyu yang disebut Jatiwasesa itu dikuasai oleh Resi Mayangkara, yakni Anoman. Yang berusaha mendapatkan wahyu itu di antaranya adalah para Kurawa dan putra-putra Pandawa. Pihak Kurawa dipimpin Begawan Drona dan Adipati Karna, sedangkan para putra Pandawa diwakili Gatotkaca dan Wisanggeni.
Resi Mayangkara memberi syarat, barang siapa dapat memanah sasaran “mandrakresna” atau sasaran hitam dengan menggunakan gendewa yang tersedia, boleh mengambil Wahyu Jatiwasesa. Ternyata semuanya gagal.
Kegagalan ini tidak membuat Drona berputus asa. Ia berniat mencuri kendaga (peti kecil) tempat penyimpanan wahyu itu. Niat ini diketahui oleh Wisanggeni. Karenanya, Wisanggeni lalu mencipta sebuah kendaga tiruan dan ia masuk kedalamnya. Kendaga tiruan itulah yang akhirnya dicuri Drona.
Sementara itu, Resi Mayangkara memberitahukan kepada Gatotkaca, bahwa yang akan sanggup me-manah “mandrakresna” hanyalah Abimanyu. Ternyata benar. Abimanyu sanggup melepaskan anak panah tepat ke sasaran, dan seketika itu “mandrakresna” berubah ujud menjadi Prabu Kresna, sedangkan gendewanya beralih rupa menjadi Arjuna. Saat itu pula Wahyu Jatiwasesa masuk ke tubuh Abimanyu.
Di Kerajaan Astina, dengan gembira Drona melapor pada Prabu Anom Duryudana bahwa tugasnya berhasil. Dengan bangga ia membuka kendaga tiruan, ... ternyata isinya adalah Wisanggeni. Karena merasa dipermalukan Drona lalu mengutuk Wisanggeni, anak Arjuna itu akan mati muda sehingga tidak sempat menyaksikan Baratayuda.
Sebaliknya, Wisanggeni juga mengutuk Begawan Drona, kelak dalam Baratayuda akan mati berdiri.