SEMAR MBAGUN KHAYANGAN
Manusia harus bisa menyelaraskan apa yang dilakukan dengan yang dikehendaki Tuhan. Penyelarasan tindakan hamba dan kehendak Tuhan inilah yang menjadi sarana bersatunya antara hamba dengan Tuhan.
Lakon wayang purwa di dalam jagad pakeliran Jawa terbagi menjadi dua bagian, yakni :
1. Lakon pakem yang bersumber dari babad Ramayana, Mahabharata, dan Bharatayuda.
2. Lakon carangan yang bersumber murni dari cerita gubahan seorang dalang.
Contoh lakon carangan antara lain :
- Petruk Dhukun
- Werkudara Kembar Papat
- Togog Mantu
- Antasena Ratu
- Wahyu Tejamaya
- Semar Bangun Kayangan
Lakon Semar Bangun Kayangan mengandung makna yang dalam. Memberikan ajaran luhur terhadap para penonton wayang purwa (terutama, kaum muda) yang tengah mencari ilmu kasepuhan. Mengingat di dalam lakon itu diuraikan makna :
1. Ilmu sangkan paraning dumadi (asal-muasal dan tujuan hidup)
2. Jumbuhing kawula-Gusti (Penyelarasan antara tindakan hamba dengan kehendak Tuhan)
3. Manunggaling kawula-Gusti (bersatunya antara hamba dengan Tuhan)
3. Kasampurnaning dumadi (kesempurnaan hidup).
Pemahaman Ilmu Kesempurnaan Hidup. Tidak seorang pun mengingkari, kalau Semar (Sang Hyang Ismaya) itu merupakan salah satu putra dari Sang Hyang Tunggal atau cucu dari Sang Hyang Wenang yang tinggal di Kahyangan Alang-Alang Kumitir. Semar diperintah turun di arcopodo / mbumi oleh Sang Hyang Tunggal itu turun di muka bumi untuk menunaikan kewajiban yakni menjaga keselamatan Dinasti Bremani (Tritrustha, Parikenan, Manumamasa, Sekutrem, Sakri, Palasara, Abiyasa, Pandu Dewanata, Pandawa = Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula, dan Sadewa).
Lakon Semar Bangun Kayangan, Semar memiliki tujuan akan membangun kahyangan (jiwa)-nya Pandawa dengan syarat pusaka tiga macam, yakni :
1. Jamus Kalimasada (lambang: pedoman hidup yang menggunakan tatanan)
2. Payung Tunggulnaga (lambang: iman kepada Tuhan yang menjadi perlindungan hidup)
3. Tombak Karawelang (lambang: fokusnya cipta, rasa, dan karsa yang menjadi pusaka hidup ketika akan mencapai cita-cita luhur).
Sesudah pusaka tiga macam itu bersatu di dalam sanggar pemujaan, Semar yang memiliki tanggung jawab sebagai penjaga keselamatan Dinasti Bremani itu kemudian menjadi raga, wadah, atau kerangka Pandawa yang ingin menyerap ajaran tentang asal-muasal dan tujuan kehidupan, penyelarasan antara tindakan hamba dengan kehendak Tuhan, bersatunya antara hamba dan Tuhan, serta kesempurnaan hidup dari Sang Hyang Wenang.
Tidak ubahnya seorang guru kepada siswa-siswanya, Sang Hyang Wenang memberikan ajaran mengenai makna dari ketiga ilmu itu kepada Pandawa :
1. Manusia harus memahami asal-muasal dan tujuan hidup. Manusia yang dicipta dari anasir tanah, air, api, dan angin (raga) serta nyawa, roh, dan sukma yang kelak kembali pada asal-muasalnya, ketika raga manusia mengalami kematian.
2. Manusia harus bisa menyelaraskan tindakan yang dilakukan dengan kehendak Tuhan. Penyelarasan tindakan hamba dan kehendak Tuhan inilah yang menjadi sarana bersatunya antara hamba dengan Tuhan. Bersatu serupa api dengan panasnya, air dengan dinginnya, atau lampu dengan cahayanya. Besatunya dzat dengan sifatnya itu yang menyebabkan urip (hidup) menjadi urup (menyala atau hidup sebenarnya).
3. Hidup sempurna karena mendapatkan cahaya dari Tuhan (nurillah). Hidup yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, tetangga kiri-kanan, dan seluruh makhluk di muka bumi.
Semar Mbangun Kayangan membutuhkan 3 Pusaka Utama Pandawa yaitu :
1. Jimat Jamus Kalimosodo. Jimat Jamus Kalimosodo diartikan banyak orang sebagai Kalimat Syahadat. Artinya, setiap orang harus memiliki, memahami dan melaksanakan apa yang benar-benar sudah kita ucapkan dalam kalimat Syahadat tersebut sesuai dengan Agama dan Keyakinan masing-masing. Jika kita sudah bersyahadat, maka jangan lupa untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
2. Payung Tunggalnaga.
Payung adalah pelindung dari Hujan dan Panas terik matahari. Artinya kita sebagai manusia harus mampu menjadi pelindung dan pengayom baik bagi keluarga, tetangga dan sesama manusia. Jika kita hidup hanya memikirkan diri sendiri, mementingkan diri sendiri, cari aman sendiri, cari selamat sendiri, maka hakekat kehidupan tidak akan pernah tercapai.
3. Tombak Karawelang.
Tombok itu Lurus. Filsofi ini yang harus dipakai untuk langkah hidup kita sebagai manusia. Lewat kalimat Syahadat ( Jamus Kalimosodo ) kita sudah diajarkan oleh Agama tentang ilmu dan tuntunan kehidupan untuk bisa menjadi manusia yang berguna, melindungai dan mengayomi bagi sesama manusia ( Payung Tunggalnaga), tapi itu semua tidaklah mudah.
Banyak sekali halangan, rintangan, godaan yang sangat berat dalam langkah hidup kita. Maka kita perlu Pusaka Satu lagi yaitu Tombak Karawelang yang artinya kita harus teguh, fokus, lurus, lempeng, dan jangan tergoda oleh godaan setan dan duniawi.
Jika setiap manusia mempunyai 3 pusaka tersebut dalam hidup dan mampu melakukanya, maka yakinlah bahwa Tuhan akan senantiasa menjaga, melindungi dan melimpahakan rahmat berkat yang berlimpah pada umat Nya.
Konon ceritanya Kerajaan Amarta adalah Negeri yang rukun, damai, tentram dan sejahtera. Namun, dengan segala yang diberikan Sang Pencipta itu, banyak rakyat yang lalai dan terlena akan kenikmatan yang diberikan dan sudah mulai melupakan Sang Pencipta. Sampai akhirnya Semar yang memiliki kemampuan lebih menerawang masa depan melihat bahwa jika situasi ini tidak segera diatasi, maka akan terjadi pagebluk atau wabah yang sangat mengerikan.
Alkisah dinegara Amarta Prabu Yudistira, bersama saudara saudaranya sedang membahas sebab kegagalannya dalam membangun negaranya yang selalu longsor dan ditimpa bencana,tiba tiba datanglah Radja Dwarawati yaitu Betara Kresna yang menanyakan ketidak hadiran Semar dalam keraton Amarta dan menyatakan bahwa itulah yang menjadi sebab kegagalan tersebut. Untuk itu diperintahkanlah Arjuna untuk memanggil Semar dari Karang Kabuyutan untuk menghadap ke Amarta.
Namun belum sempat Arjuna berdiri datanglah Petruk menghadap dalam pertemuan tersebut yang memberitahukan bahwa dia diperintahkan Semar untuk mengundang kelima Pendawa untuk menuju Karangkabuyutan dengan membawa tiga pusaka kerajaan untuk membantu Semar membangun kahyangan.
Mendengar hal ini Kresna melarang Para Pandawa untuk berangkat ke Karang kabuyutan,sehingga terjadilah perdebatan dengan Petruk yang hanya sebagai pembawa perintah menolak untuk kembali ke Karangkabuyutan oleh Kresna,dia hanya mau kembali apabila mendapat titah dari Pandawa sehingga Keluar kata kata yang tidak etis oleh Kresna.Akhirnya Petruk disuruh menunggu diluar paseban guna menanti keputusan rapat para Pandawa.
Diluar Paseban Petruk bertemu dengan Antasena putra Bima yang ketiga,dan menceritakan seluruh kejadian dalam paseban tadi,Antasena yang bijaksana berjanji akan membantu Petruk dalam menghadapi tindakan Kresna.
Kresna yang mendengar kalau Semar akan membangun kahyangan mengajak Arjuna ke Suralaya untuk melapor kepada Betara Guru namun juga memerintahkan Gatotkaca, Antareja dan Setyaki untuk mengusir Petruk kembali ke Karang Kabuyutan
Adapun Prabu Yudistira bersama Bima, Nakula, dan Sadewa,merasa bimbang tidak mengabulkan permintaan Semar, mereka segera menuju Ketempat Pusaka Kraton atas usul dari Sadewa untuk mencari petunjuk.Mendadak ketiga Pusaka Kraton Amarta melesat hilang menuju Karang Kabuyutan.
Melihat kejadian tersebut Keempat saudara ini segera menyadari dan secara diam diam berangkat ke Karang Kabuyutan lewat pintu belakang istana. Adapun Setyaki,Antareja dan Gatotkaca yang diperintahkan Kresna mengusir Petruk ternyata tidak mampu menghadapi Petruk yang telah bersatu dengan Antasena didalam tubuhnya,baru ketika menerima titah dari Arjuna, Petruk mau mematuhinya pulang terbang ke Karangkabuyutan dibantu Antasena.bersama Gatotkaca,Antareja dan Abimanyu
Setiba di Suralaya Kresna menghadap Betara Guru melaporkan rencana Semar membangun Kahyangan menyaingi Suralaya,mendengar laporan ini Betara Guru memerintahkan Betari Durga dan Betara Kresna untuk menghalangi rencana Semar tersebut.
Di Karangkabuyutan Semar menerima kedatangan Prabu Yudistira, Bima, Nakula, dan Sadewa, bersama ketiga Pusaka Kraton Amarta yang telah tiba terlebih dahulu bersama Petruk dan putra putra Pandawa.Semar agak kecewa karena kedatangan Pandawa hanya Empat orang namun segera melakukan upacara ritual dengan memasukkan keempat bersaudara tersebut menjadi satu kedalam tubuh Semar.
Ternyata didalam tubuh Semar tersebut bersemayam Sanghyang Wenang yang memberikan petunjuk wejangan hidup dan ilmu yang sangat berarti bagi para Pandawa,dan memerintahkan untuk bertapa selama sepuluh hari kepada keempat saudara tersebut.
Adapun Putra Pandawa bersama Petruk, Bagong, dan Gareng yang menjaga,diganggu makhluk halus Maling sukma menjadi saling bunuh,namun segera diatasi oleh Semar dan diberikan mantra untuk menghadapi segala kejahatan yang datang.
Kresna yang menyamar menjadi Raksasa sebesar bukit, ternyata tidak mampu menghadapi mantra tersebut; demikian pula Arjuna yang menyamar menjadi harimau yang sangat besar menjadi lemas dan tertangkap oleh para Putra Pandawa serta meminta ampun kepada Semar,
Kresna pun mendapat marah dari Semar karena sebagai raja tidak waspada dan melakukan tindakan tanpa memeriksa terlebih dahulu duduk perkaranya.
Bahkan, Semar marah kepada Betara Guru sehingga berangkat ke Suralaya,serta mengobrak – abrik Suralaya. Tidak ada satupun senjata yang mampu melumpuhkan Semar; sehingga Betara Guru melarikan diri ke Karang Kabuyutan; namun kemarahan Semar tidak dapat dihindari, dimanapun Batara Guru bersembunyi selalu ditemukan oleh Semar,hingga Betara Guru meminta Perlindungan para Pandawa dan meminta ampun kepada Semar atas segala kesalahannya.
Setelah kemarahan Semar mereda dan mengampuni Betara Guru maka kembalilah Betara Guru ke Suralaya