Lontar Yusuf Banyuwangi
Lontar Yusuf Banyuwangi adalah tradisi membaca puisi naratif kuno yang mengisahkan kehidupan Nabi Yusuf, ditulis dalam aksara pegon (Arab-Jawa). Tradisi yang dikenal sebagai Mocoan Lontar Yusuf ini merupakan bagian dari identitas kultural masyarakat Osing, Banyuwangi, dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Tradisi ini juga menjadi sarana dakwah Islam-Jawa, ritual adat, dan harapan terkabulnya doa.
Detail Lontar Yusuf Banyuwangi :
- Isi: Puisi naratif yang menceritakan kisah Nabi Yusuf, dari masa muda hingga menjadi penguasa Mesir, ditulis dalam 12 pupuh, 593 bait, dan 4.366 larik.
- Tulisan: Aksara pegon (Arab-Jawa) yang merupakan gabungan aksara Arab dan bahasa Jawa.
- Tradisi: Mocoan Lontar Yusuf adalah tradisi membaca naskah kuno ini secara bersama-sama.
- Waktu pelaksanaan: Biasanya dilakukan pada malam hari, mulai dari isya hingga menjelang subuh.
Tujuan :
- Ritual adat: Mengiringi upacara adat seperti Seblang, Tumpeng Sewu, dan upacara siklus kehidupan seperti pernikahan dan khitanan.
- Dakwah Islam-Jawa: Sebagai sarana dakwah dan ekspresi keislaman di Jawa.
- Permohonan berkah: Diyakini dapat mengabulkan harapan dan keinginan jika dilantunkan.
Pelestarian :
- Upaya pelestarian telah dilakukan dengan menulis ulang naskah kuno yang rawan rusak, menerjemahkannya, dan mengadakan pelatihan untuk generasi muda agar mau mempelajarinya.
- Komunitas pemuda berperan penting dalam dialog lintas generasi untuk melestarikan tradisi ini.
Berikut Buku Lontar Yusuf Banyuwangi :
Imajiner Nuswantoro


