Candrasengkala
Candrasengkala adalah sistem penanggalan kuno yang menggunakan kalimat atau susunan kata untuk melambangkan angka tahun, bukan angka secara langsung. Kata ini berasal dari kata "candra" (pernyataan) dan "sengkala" (angka tahun). Candrasengkala memadukan kata-kata puitis atau gambar visual dengan makna bilangan tahun untuk menandai peristiwa penting, sering kali didasarkan pada kalender bulan seperti tahun Saka atau Jawa.
Cara kerja candrasengkala
Simbolisasi makna: Setiap kata dalam candrasengkala memiliki nilai bilangan tertentu, seperti "gunung" atau "pandita" bermakna tujuh, atau "lebah" bermakna enam.
Penerjemahan dari belakang: Kalimat candrasengkala dibaca dari belakang. Kata pertama mewakili angka satuan, kata kedua mewakili puluhan, kata ketiga ratusan, dan kata keempat ribuan.
Contoh:
Keterangan : Contoh "Kaluwihaning yaksa salira aji" (13)
Pembacaan :
- "aji" = 1 (satuan)
- "salira" = 8 (puluhan)
- "yaksa" = 5 (ratusan)
- "kaluwihaning" = 1 (ribuan)
Hasil: \(1851\) Saka atau \(1921\) Masehi.
Fungsi
- Menandai peristiwa: Candrasengkala digunakan sebagai penanda waktu untuk peristiwa penting, seperti pendirian bangunan bersejarah atau perayaan.
- Mempermudah ingatan: Dengan menggunakan kalimat puitis, peristiwa dapat lebih mudah diingat daripada menggunakan angka biasa.
- Melindungi dari perubahan: Penyampaian makna dalam bentuk kalimat juga bertujuan agar angka-angka tidak mudah berubah dan maknanya tidak salah di kemudian hari.

.jpg)

