Sang Hyang Semoro mBumi
Hyang Semoro Bumi merujuk pada Semar, tokoh pewayangan yang merupakan jelmaan dewa, leluhur orang Jawa, dan pelindung bumi serta masyarakat kecil. Semar berperan sebagai penasihat, pengarah, dan pemberi solusi dalam lakon wayang, melambangkan kebijaksanaan dan suara rakyat.
Peran dan Makna Semar :
- Pelindung Bumi dan Kedamaian: Kehadiran Semar diyakini menjaga kedamaian di bumi.
- Leluhur Orang Jawa: Ia sering dianggap sebagai leluhur orang Jawa dan pengasuh kesatria sejati.
- Suara Rakyat Kecil: Semar melambangkan suara rakyat kecil dan sering bertindak sebagai penasihat dan pemberi solusi.
- Pengejawantahan Dewa: Ia adalah pengejawantahan dari dewa yang menjaga bumi.
Asal-usul dan Keturunan Semar.
- Menurut Serat Paramayoga, Semar (juga dikenal sebagai Ismaya) adalah putra dari Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rakti.
Fungsi dalam Pewayangan.
- Dalam pertunjukan wayang, Semar bertindak sebagai penasihat, pengarah, dan pemberi solusi bagi para kesatria.
Eyang Semar = Nabi Syist bin Adam AS ?
Apakah tokoh Semar (Sang Semoro mBumi Tanah Djawa) yang disamarkan dalam pewayangan Jawa dan Sunda, silib daripada Nabi Syits ?
Karena dalam Wayang Asli India tidak ada tokoh Sang Hyang Semar.
Catatan :
Syist = Sis = Syts
Silib artinya menyampaikan makna secara tidak langsung atau dengan perumpamaan, yaitu mengungkapkan suatu hal dengan cara mengkiaskan atau menggunakan kiasan pada hal lain, bukan dengan penyampaian langsung. Istilah ini merupakan bagian dari Panca Curiga dalam budaya Sunda, yang juga mencakup Sindir, Simbul, Siloka, dan Sasmita, yang semuanya adalah cara untuk menafsirkan makna atau menyampaikan pendapat secara halus.
Antara Nabi Sis AS dan penokohan Sanghyang Sis Mara Sagara Bumi penguasa tanah Jawa (Samar) atau Semar dalam pewayangan.
Beliau adalah anak Adam, dari keturunan / anak tunggal Nabi Adam AS.
Karena Anak Adam AS yang lainnya kembar semuanya, beliau yang tidak kembar disebut sebut sebagai Nabi Syts AS. putra Nabi Adam AS, yang kondang kearifannya, dan paling kuat lelaku riyadhoh /tirakatnya.
Yang mana menjadi cikal bakalnya filosofi Jawa, yang berbudi pekerti.
Dikenal sebagai tokoh ma’rifat yang paling sepuh / tua pada zamannya.
Generasi dari Nabi Adam AS, inilah yang paling disayang oleh ayahandanya, sebab Nabi Syits AS. (putra nabi Adam as) patuh dan sangat rajin ibadahnya.
Nabi Syits juga termasuk guru Nabi Idris AS yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain. Nabi Syits menerima 50 shohifah/Suhuf.
Makna Syits adalah pemberian Allah.
Syis itu putra Nabi Adam AS. yang paling bagus diantara putra-putranya, paling tampan, utama dan yang paling sregep dan paling mirip dengan bapaknya serta paling disayangi.
Allah menurunkan 30 shohifah/suhuf kepada Nabi Idris AS.
Nabi Idris adalah termasuk deretan 25 nama-nama nabi yang wajib diketahui dan dipercayai. Beliau terkenal seorang nabi yang paling pinter, paling pandai dan cerdas, sehingga beliaulah yang mula-mula pandai menulis dengan kalam (pena).
Kalau muridnya saja luar biasa, cerdik cendikianya, apalagi Gurunya ?
Nabi Idris AS adalah nabi pertama yang menjadi penduduk Langit dan telah mempusakai surga, yang mana beliau pada zamannya itu seharusnya masih hidup didunia fana ini sebagai penduduk bumi, namun tak lagi berada di alam fana ini, begitupun dengan Nabi Isa AS yang telah di Angkat ke surga ! Oleh karena itu, semula langit dan seisinya berbangga karena disana sudah ada dua orang nabi, sehingga konon kemudian Bumi Mayapada inipun memohon pada Illahi Rabb, agar ditinggali 2 (dua) orang Nabi juga yang mana seharusnya beliau itupun sudah menjadi penduduk langit, tetapi kemudian keduanya masih hidup sampai sekarang, yang mana keduanya termasuk golongan al Munzharin yaitu yang ditangguhkan kematiannya, sehingga oleh karena adanya sifat Maha Welas Asih, serta Maha Adil Allah SWT maka akhirnya permohonan tersebut dikabulkanNya, supaya adil, disisakan Nabi Ilyas AS, yang menjaga wilayah daratan Bumi dan juga beserta Nabi Khidir AS yang menjaga air, keduanya masih hidup sampai sekarang, konon bisa ditemui oleh manusia tertentu yang Terpilih diantara yang terpilih !
Fa insya Allah.
Maka dari itu, harusnya penduduk Bumi berbangga turut bergembira ria, atas semua anugerah ini, sungguh luar biasa yang bisa dipertemukan.
Disamping Nabi Idris AS itu beliau banyak memperoleh ilmu-ilmu yang pada zaman itu belum ada (muncul) seperti : merandak kuda, ilmu binatang, ilmu berhitung, menggunting pakaian dan menjahitnya.
Beliau dinamakan Idris karena beliau seorang ahli membaca dan mempelajari kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Adam dan Syits. Nabi Idris AS yang keturunan
dari Nabi Syits dan Nabi Adam juga menjadi kakak bapak nabi Nuh AS telah diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kepada manusia untuk beriman dan mempercayai Allah Tuhan sekalian alam, karena pada zamannya banyak manusia yang senang berbuat durhaka, melakukan kekejian dan kedhaliman baik terhadap keluarga maupun terhadap lingkungan masyarakat, sehingga beliau tidak segan-segan melakukan tindakan dengan memerangi orang-orang yang berbuat dholim ataupun durhaka kepada Allah SWT.
Dengan keberanian dan kekuatan yang dimiliki Nabi Idris untuk memerangi orang-orang yang berbuat durhaka kepada Allah, maka Nabi Idris mendapatkan derajat yang sangat tinggi disisi Allah SWT dan kepadanya diberikan gelar ”Asadul-Usud” (artinya : Singa dari segala singa).
Serat Paramayoga
Jaka Sengkala sudah mati. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya Jaka Sengkala sempat membaca Serat Paramayoga yang ditulis Ronggowarsito. Isi surat itu lebih banyak menceritakan kodrat sepak terjangnya sebagai manusia yang bernama Aji Saka. Padahal dirinya di kampungnya lebih keren dikenal dengan Jaka Sengkala. Ia menanyakan pada Si Empu Ronggowarsito, kenapa sekarang tidak ada guru yang lahir lagi dari seorang ibu ?
Saat menja wab, Si Empu Ronggowarsito, hanya berkomentar :
Manusia sekarang ini sudah memiliki pakaian. Manusia tidak perlu lahir dari rahim ibu!Aneh. Itu yang dirasakan Jaka Sengkala.
Pernah suatu ketika dirinya dalam pengembaraan menemukan seorang manusia yang sedang duduk di atas lautan membikin tosan aji, bajra dan berbagai senjata lainnya. Manusia ini membikin senjata tidak menggunakan api dan sejenisnya. Senjata itu dibikin hanya dari tangan dan napasnya. Jaka Sengkala pun tahu itulah ayahnya sejati. Jaka Sengkala tahu yang ia temui tidak lain adalah Empu Anggajali.
Pada Si Empu ini dirinya menanyakan, mengapakah sekarang tidak ada lagi guru lahir dari seorang ibu ?
Ketika menjawab pertanyaan Jaka Sengkala, Si Empu Anggajali hanya mengulangi jawaban Si Empu Ronggowarsito. Mendengar jawaban kedua empu tersebut Jaka Sengkala kian lunglai. Apakah maksud Pakaian? Pertanyaan ini terbawa dalam alam bawah sadarnya. Jaka Sengkala akhirnya tertidur. Maka esok hari ini Jaka Sengkala memutuskan mencoba mencari Ki lurah Semar. Beberapa orang dikampunya menganggap Ki Lurah Semar manusia setengah dewa. Pernah ia mendengar bisikan dari seseorang kalau Ki Lurah Semar punya aji aji yang keren. Kentut. Dari ceritera maupun testimoni orang orang kampung juga, kentut Ki Lurah Semar bisa memadamkam semburan asap bergolak dan amuknya api neraka! Naudzubillahimindalik.
Berarti Ki Lurah Semar ini bisa menyelesaikan masalah-masalah rumit dunia. Lha masalah masalah akhirat saja bisa selesai! , gumam Jaka Sengkala dalam hati.
Tanpa disangka, jawaban Ki Lurah Semar atas pertanyaan Jaka Sengkala agak sedikit lega.
Jawaban yang melegakan.
Jawaban yang Branding.
Jawaban Ki Lurah Semar berkelabat dengan kecepatan cahaya merangkum ruang yang panjang.
Begini Tole, pertanyaan yang kamu ajukan itu sebetulnya hanya dua saja. “Pengalaman” dan “berita”. Sama halnya dengan bedanya malam dan siang.
Dalam hal berpakaian misalnya,. Setiap orang berpakaian, kan? Kapan pakaian itu dilepas, hanya soal waktu. Tubuh berfungsi sebagai pakaian, punya ukuran yang hanya pas uuntuk pemiliknya masing-masing. Tak bisa tubuh yang satu dipakai oleh orang lain. Begitu juga sebaliknya. Jika terjadi yang demikian, muncul kekacauan. Seperti kerasukan. Orang yang kerasukan tak mampu lagi memegang dirinya sendiri. Tak mampu mengenali pakaianya lagi. Kemana-mana, kita memakai pakaian itu sehingga menjadi identitas. Tak tahunya malah menjadi beban. Selama hidup kita hanya disibukkan oleh pakaian itu. Mengapa orang mau berpikir keras perkara pakaian, mengapa orang mau berpikir tidak keras perkara pakaian ?
Setiap orang punya piliha, padahal tidak ada yang menyuruh memilih. Jaka Sengkala nanar. Betul juga petuah ki Lurah ini. Orang senang karena punya penampilan. Jaka Sengkala pernah direkam saat dirinya menjadi tukang sapu jalanan dengan memakai seragam yang apik, potongan maupun warnanya. Jika tidak suka berpenampilan, dianggap tidak punya selera, padahal orang memilih penampilan karena kebutuhan dan rasa kesadaran. Pakaian memang didudukkan paling depan lebih dari jati diri. Dari sini awalnya kesalahan penilaian. Jaka Sengkala cukup peduli soal pakaian, sedia makanan bervitamin dan kalori tinggi, tetapi Jaka Sengkala tiba-tiba mati dadak karena pakaiannya memberontak. Tahulah sekarang Jaka Sengkala alias Aji Saka siapa guru sebenarnya. Ki Lurah Semar, guru tanpa pernah berpakaian. Sebelum mati Jaka Sengkala mengulang membaca Serat Paramayoga yang ditulis Ronggowarsito. Mengapa tidak ada lagi guru yang lahir dari rahim ibu. Banyaknya para guru yang memiliki pakaian yang bercahaya. Pakaian itu menembus lorong kabut. Pakaian guru saat ini seluruh jejaknya diteranginya, tak mengenal bayangan lagi, tak mengenal gelap. Mereka dilahirkan dari pakaian yang terang benderang dengan warna warni. Jaka Sengkala telah mati. Guru sekarang lahir dari berjuta-juta pakaian. Dibandingkan dirinya dulu saat akan mencari Tirtamarta Kamandadhalu. Sungguh bersyukur Jaka Sengkala setelah memperoleh Tirtamarta Kamandadhalu, jadi insan kamil di Pulau Jawa. Jaka sengkala masih ingat nasehat ayahnya Empu Anggajali. Tole, siro yen wus samubarang anggayuh nglampahi dwijo kamukten, siro pangemuto sapada-pada, (Pada saat ilmu kamu genggam, tetaplah mengikuti ada-istiadat di kampungmu), disisi lain dalam nasehat ayahnya :
"siro lelaku taberi ngati ati kalodangan manah manembah ing gusti murbehing jagat dewananta"
(tapi untuk urusan batin (iman), kamu janganlah sampai melupakan beribadah kepada Gusti Allah yang sesungguhnya).
Imajiner Nuswantoro