Nabi Syits Versi Jawa
Nabi Syits, beliau adalah keturunan dari nabi Adam yang lahir tunggal dari seluruh putra kembarnya. Beliau memiliki wajah yang mirip dengan nabi Adam. Oleh Allah SWT, Syits diangkat menjadi nabi karena mempunyai kebijaksanaan terhebat dalam sepanjang masa.
Nabi Syits hidup sekitar tahun 3630 sampai 2718 sebelum masehi, berbeda dengan manusia saat ini yang berumur paling lama 100 tahunan, nabi syits hidup sekitar 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun. Istri Nabi Syits bernama Azura (hazurah), dari pernikahannya dengan Azura pada usia ke 105 tahun, lahirlah seorang anak bernama enos. Ia juga merupakan guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan membaca dan menulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain.
Nabi Adam memberikan nasihat penting kepada Nabi Syits AS, antara lain sebagai berikut :
1. Yang pertama, Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.
2. Yang kedua, Janganlah kamu bertindak menurut kemauan hawa istri-istri kamu. Karena aku bertindak menurut kesenangan hawa istriku, sehingga aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.
3. Yang ketiga, Setiap perbuatan yang kamu lakukan, renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.
4. Yang keempat, Ketika hati kamu merasakan kegamangan akan sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan syajarah, hatiku) merasa gamang, tetapi aku tidak menghiraukannya, sehingga aku benar-benar menemui penyesalan.
5. Yang kelima, Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara, karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan tertimpa musibah.
Cerita Nabi Syits dalam versi Jawa.
Nabi adam yang sangat menyayangi Syits, sehingga kemudian Nabi adam memohon kepada Allah agar suatu saat nanti Syits menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Ketika nabi Adam berdoa, Ngejajil mendengarnya. Maka iblis itu berhasrat untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah Syits.
Di ruang peradunan, Dewi Mulat, yaitu istri Syits saat itu sedang tidur lelap. Adanya kesempatan tersebut digunakan oleh Ngajajil untuk menukar Dewi Mulat dengan putrinya yang bernama Dewi Dlajah. Karena Dewi Dlajah memiliki serupa dengan Dewi Mulat, Syits yang menyaksikan istrinya hanya mengenakan gaun tembus pandang itu sontak terbakar gairah kelakiannya. Syits menyetubuhi Dewi Dlajah. Seusai benih kehidupan dipancarkan Syits ke dalam ladang rahim Dewi Dlajah, Ngajajil menukar putrinya itu dengan Dewi Mulat. Belum puas sekali bersegama, Syits kembali memancarkan benih kehidupan ke dalam ladang rahim Dewi Mulat.
Waktu terus berjalan, hingga lahirnya putra putra Syits. Dari rahim Dewi Mulat, lahirlah bagi laki-laki normal dan cahaya berkilauan. Dari rahim Dewi Dlajah, lahirlah gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Ngajajil, gumpalan darah itu disatukan dengan cahaya berikilauan dari rahim mulat. Putra mulat diberi nama Sayid Anwas. Putra paduan Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.
Di masa kecilnya, Sayid Anwas yang dikaruniai wajah yang tampan itu diasuh oleh Nabi Adam. Sedang Sayid anwar yang berparah mempesona itu diasuh oleh Ngajajil.
Sebagai putri Ngajajil yang terberkati, kedua putra Syits tersebut memiliki kemampuan yang luar biasa. Yang berbeda antara keduanya adalah, jika Sayid Anwas menyenangi ilmu agama, sedangkan Sayid Anwar menyenangi laku tirakat dan bertapa.
Sayid Anwar yang telah nginjak usia dewasa kepada Ngajajil, “Sebenarnya siapa ayahku, kek?”
Ngajajil pun menjawab “ketahuilah, cucu ! kau masih keturunan Syits.” Kemudian Ngajajil menghirup napas panjang sebelum menghembuskan kuat-kuat. “Kalau kau ingin bertemu dengan ayahmu. Maka carilah Syits, putra mantuku itu”
Mendengar penuturan Ngajajil, Sayid Anwar segera berpamitan. Mencari Syits. Setelah bertemu dengan Syits, awalnya Syits tidak mengakui Sayid Anwar sebagai putranya. Tapi setelah mendapatkan terang batin dari Allah, Syits merangkul Sayid Anwar. Rangkulan haru antara ayah dan putra.
Seperti Sayid Anwas. Sayid Anwar kemudian hidup di bawah asuhan Adam. Oleh sang kakek, Sayid Anwar mendapatkan pesan agar tidak meminum air kehidupan. Namun pesan itu dilanggarnya. Karenanya Sayid Anwar diusir pergi oleh Adam.
Dengan penuh rasa kecewa, Sayid Anwar akhirnya pergi meninggalkan Adam untuk berkelana. Di tengah perjalanan, Sayid Anwar bertemu dengan malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya ke arah tepian sungai Nil. Di tepian sungai Nil tersebut, ia bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya.
Kepada paman-pamannya, Sayid Anwar belajar ilmu laduni yang dapat melihat masa depan dan juga berbagai ilmu lainnya. Sesudah mendapatkan cukup bekal ilmu, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah Lembah Dewani yang terletak di antara pulau Maldewa dan Laksdewa. Di pulau kecil tersebut, Sayid Anwar melakukan tapa brata yang dekat melihat matahari dari terbit hingga terbenam. Setelah tujuh tahun bertapa, Sayid Anwar dapat menundukkan bangsa Jin.
Mengetahui bahwa bangsa jin telah dikalahkan oleh Sayid Anwar, Prabu Naradi yang merasa terancam kekuasaannya itu melabrak dan mengajak Sayid Anwar untuk adu kesaktian. Dalam pertarungan itu, Prabu Naradi mengalami kekalahan. Sesudah turun tahta, Prabu Naradi mengangkat sayid anwar sebagai raja Jin dan menyerahkan putrinya sebagai permaisuri. Ketika telah menjadi raja, Sayid Anwar memiliki gelar Prabu Nurasa.
Prabu Nurasa yang telah tinggal abadi di tempat yang tinggi (kahyangan) meminta izin pada Tuhan sebagai penguasa alam semesta. Tuhan mengabulkan doa Nurasa untuk menjadi seorang mengatur tahta kerajaan sebagai keturunan Adam dan menurunkan keturunan berkuasa menjadi raja-raja. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah menjadi tanah Jawi, (tanah Jawa).
Dari Prabu Nurasa, lahirlah keturunan-keturunan yang akan menjadi raja di tanah Jawa.
Berikut ini merupakan urutan garis keturunan dari Prabu Nurasa :
- Sang hyang wenang
- Sang Hyang Tunggal
- Sang Hyang Manikmaya
- Sang Hyang Brama
- Bramani
- Abiyasa
- Pandu
- Arjuna
- Abimanyu
- Parikesit
- Udayana
- Grendayana
- Jayabaya
- Jayamilaya
- Jayamisena
- Kusumawicitra
- Citrasoma
- Pancadriya
- Anglingdriya
- Suwelacala
- Seri Mahapunggung
- Kandiawan
- Gentayu
- Lembu Amiluhur
- Panji
- Kuda Lalean
- Banjaransari
- Mundingsari
- Mundingwangi
- Pamekas
- Jaka Seseruh
- Prabu Anom
- Adaningkung
- Hayam Wuruk
- Lambu Amisani
- Bra Tanjung
- Brawijaya
- Bondan Kejawan
- Getas Pendawa
- Ki Ageng Sela
- Ki Ageng Nis
- Ki Ageng Pemanahan
- Penembahan Senopati
- Sultang Agung
Sementara itu di tempat lain, Sayid Anwar yang tumbuh dewasa dalam asuhan Adam melahirkan manusia manusia yang dimulai dari Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai pada Muhammad SAW. Selain melahirkan keturunan orang sholeh, keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa yang hebat, seperti Israil, Arab, Arya dan bangsa bangsa besar lainnya.
Sedangkan keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah Allah melalui doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Cukup banyak raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.
Dalam perputaran peradaban, antara keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang mengalami bersilangan. Dari persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang tindih. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syits. Namun terlepas dari semua itu, baik keturunan Sayid Anwas maupun keturunan Sayid Anwar sama-sama mempunyai darah superioritas, sehingga dengan izin Allah tidak sedikit dari mereka yang menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya.
Nabi Syits AS
Setelah terbunuhnya Habil oleh saudaranya, Qabil, kemudian Siti Hawa melahirkan anak kembar lagi. Yang laki-laki diberi nama Syits (dalam bahasa Arab dan ‘Ibrani) atau Syats (dalam bahasa Suryani). Sedangkan yang perempuan diberi nama ‘Azura.
Pengarang kitab Qasas al-Anbiya (hal. 59) menyebutkan bahwa setelah menderita sakit selama 11 hari, Nabi Adam wafat. Ketika masih sakit, Nabi Adam berwasiat kepada Syits untuk menggantikan posisi kepemimpinannya. Nabi Adam juga mengingatkan Syits untuk menjaga kerahasiaan pelimpahan mandat ini agar jangan sampai diketahui oleh Qabil, si pendengki.
Menurut keterangan Ibnu ‘Abbas, ketika Syits dilahirkan, Nabi Adam sudah berusia 930 tahun. Nabi Adam sengaja memilih Syits sebab anaknya yang satu ini memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketakwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya yang lain.
Sebagai Nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah. Demikian keterangan dari Hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari sebagaimana dikutip dalam Tarikh Thabari (Jil. I, hal. 152).
Patut kita perhatikan bahwa dalam memilih pemimpin, Nabi Adam menjadikan ketakwaan, kecerdasan dan ketaatan sebagai kriteria utama. Nabi Adam mengebawahkan faktor usia, postur tubuh, kekuatan fisik dan aspek-aspek lainnya.
Nasehat Nabi Adam A.S kepada Syits A.S
(1) Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.
(2) Janganlah kamu bertindak menurut kemauan hawa istri-sitri kamu. Karena aku bertindak menurut kesenangan hawa istriku, sehingga aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.
(3) Setiap perbuatan yang kamu lakukan, renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.
(4) Ketika hati kamu merasakan kegamangan akan sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan syajarah, hatiku) merasa gamang, tetapi aku tidak menghiraukannya, sehingga aku benar-benar menemui penyesalan.
(5) Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara, karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan tertimpa musibah.
Semua yang terurai di atas adalah cara dan sarana. Pembaca, bisa mencari cara dan sarana di tempat yang lebih baik. Namun menjaga hati, wajib bagi kita. Karena, hatilah yang akan mewarnai seluruh anggota badan lainnya, berikut output yang dihasilkannya.
Dalam Kisah Lain di cetus kan :
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika Adam meninggal, Syits telah berusia 400 tahun. Dia telah diberi tabut, tali, pedang, dan kudanya yang bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga. Apabila kuda itu meringkik, semua binatang yang melata di bumi menyambutnya dengan tasbih. Syits telah diwasiati untuk memerangi saudaranya, Qabil. Dia pergi untuk memerangi Qabil dan akhirnya perang itu pun berkecamuk. Itulah perang pertama yang terjadi antara anak-anak Adam di muka bumi. Dalam peperangan itu, Syits memperoleh kemenangan dan dia menawan Qabil.
Qabil sebagai tawanan berkata, “Wahai Syits, jagalah persaudaraan di antara kita.” Syits berkata, “Mengapa engkau sendiri tidak menjaganya? Engkau telah membunuh saudaramu, Habil.” Kemudian Qabil ditawan oleh Syits; kedua tanganya dibelenggu di atas pundaknya, dan dia ditahan di tempat yang panas sampai meninggal. Anak-anak Qabil bermaksud menguburkannya. Tiba-tiba Iblis datang kepada mereka dalam rupa malaikat. Iblis berkata kepada mereka, “Jangan dikubur di dalam bumi.”
Iblis membawakan dua batu hablur yang telah dilubangi tengah-tengahnya. Dia menyuruh mereka memasukkan Qabil ke dalam ruang antara dua batu hablur itu, memakaikannya pakaian terindah dan meminyakinya dengan ramuan-ramuan tertentu sehingga dia tidak akan mengering. Lalu Iblis menyuruh mereka menyimpannya di sebuah rumah, diletakkan di atas kursi yang terbuat dari emas dan memerintahkan kepada setiap orang yang masuk ke rumah itu untuk bersujud kepadanya sebanyak tiga kali. Iblis memerintahkan kepada mereka untuk merayakan upacara setiap tahun untuknya dan berkumpul di sekitarnya. Kemudian Iblis mewakilkan urusan ini kepada setan. Setan itulah yang kemudian berkomunikasi dengan mereka sehingga manusia terus-menerus sujud kepada Qabil.
Sementara Syits, setelah dia menunaikan tugasnya memerangi Qabil, pulang ke negeri Hindi (India / Nusantara) dan menetap di sana sebagai juru pemutus yang adil di antara manusia.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Hawa, istri Adam, meninggal di zaman anaknya, Syits. Setelah meninggalnya Adam, Hawa tidak hidup lama, hanya setahun, dan meninggal di hari Jumat dalam waktu yang sama ketika dia diciptakan. Diriwayatkan bahwa Hawa dikuburkan berdekatan dengan Adam. Setelah kepergian mereka, Allah menurunkan 50 sahifah kepada Syits. Dialah orang pertama yang mengeluarkan kata-kata hikmah. Dialah yang pertama kali melakukan transaksi dengan emas dan perak dan orang pertama yang memperkanalkan jual beli, membuat timbangan, dan takaran. Dan dialah orang pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi.
Selanjutnya, Syits mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Anusy. Di kening Syits terdapat cahaya Muhammad saw yang berpindah kepadanya dari Adam. Setelah Anusy lahir, cahaya tersebut berpindah ke keningnya. Oleh karena itu, Syits tahu bahwa ajalnya sudah dekat. Dia melihat rambut-rambut yang diberikan oleh Adam dan ternyata dia melihat rambut-rambut tersebut telah memutih. Maka, pada tahun itu Syits meninggal dunia dalam umur 900 tahun.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Syits meninggal, dia digantikan oleh anaknya, Anusy. Sebelum meninggal, Syits menyerahkan tabut, tali, suhuf, dan cincin kepada Anusy. Anusy berperilaku dengan baik dan memutuskan dengan benar. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang kemudian mengandung seorang anak. Setelah anak itu lahir, cahaya Muhammad saw yang ada pada Anusy pindah ke wajahnya. Anak tersebut diberi nama Qainan. Anusy terus melakukan kebiasaannya sampai dia menemui ajalnya. Sebelum meninggal, dia serahkan tabut dan shuhuf kepada anaknya, Qainan. Dia memberi wasiat dan mengangkatnya sebagai pengganti setelahnya.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Qainan diangkat menjadi pemimpin setelah bapaknya, dia muncul di antara manusia dengan adil. Menjalankan perilaku yang baik, kemudian menikah dengan seorang wanita yang bernama Uthnuk. Dari pernikahan tersebut, Untuk mengandung seorang anak laki-laki. Setelah lahir, anak tersebut diberi nama Mahlaila dan cahaya Muhammad saw pindah ke keningnya. Selanjutnya, Qainan sakit, yang membawanya kepada kematian. Maka, dia serahkan tabut dan suhuf kepada anaknya dan mengangkatnya sebagai penggantinya. Berikutnya Mahlaila meninggal dan cahaya beralih ke anaknya yang bernama Yarid. Yarid pun meninggal dan cahaya itu berpindah ke anaknya yang bernama Ukhnukh, yang kemudian dikenal dengan Idris.
Nabi Syits dalam Cerita Jawa (Java)
Keturunan Nabi Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syits (Set, dalam bahasa Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syith merupakan keturunan Adam yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Mahaesa sebagai pengganti anak Adam yang terbunuh. Rupa Syith sangat mirip dengan rupa Adam dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang masa.
Begitu mengasihinya Adam meminta pada Yang Mahaesa supaya kelak keturunan Syits diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa, Malaikat Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajazil paham, bila doa Adam akan selalu didengar dan dikabulkan Yang Mahaesa. Seketika itu pula, tumbuh keinginan Ngajazil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan Syits.
Malaikat Ngajazil terus mengintai Syith dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syith menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat di-sirep, diambil Ngajazil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Malaikat Ngajazil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.
Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasat mata). Sore harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Malaikat Ngajazil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. Anak Dewi Mulat diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.
Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajazil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa.
Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Mahaesa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu.
Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.
Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani.
Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para Jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum Jin yang memilih mengabdi padanya.
Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para Jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Prabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para Jin dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja Jin, Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa.
Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Mahaesa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa hidup di Khayangan mengajarkan ajaran keturunan Nabi Adam yaitu Budi pekerti. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi (Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.
Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di permukaan bumi.
Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang-tinduh. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya.
Imajiner Nuswantoro