Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai memiliki beberapa sumber sejarah yang memberikan informasi tentang kerajaan ini, namun tidak ada satu kitab tunggal yang secara khusus dikenal sebagai "Kitab Kerajaan Kutai". Sumber-sumber sejarah yang ada termasuk prasasti Yupa dan Salasilah Kutai. Prasasti Yupa, yang ditemukan di sekitar Muara Kaman, adalah peninggalan paling penting, berisi catatan mengenai silsilah raja dan kedermawanan Raja Mulawarman. Sementara itu, Salasilah Kutai adalah sebuah kitab dalam bahasa Arab Melayu yang menceritakan kisah para raja Kutai.
Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai sumber-sumber sejarah Kerajaan Kutai :
1. Prasasti Yupa
- Terdapat tujuh buah prasasti Yupa yang ditemukan di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
- Yupa adalah tugu batu yang digunakan untuk mengikat hewan kurban dan dipersembahkan kepada dewa.
- Isi prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
- Prasasti ini berisi silsilah raja-raja Kutai, dimulai dari Kudungga, kemudian Aswawarman, dan puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Mulawarman.
- Yupa juga mencatat kedermawanan Raja Mulawarman yang menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.
2. Salasilah Kutai
- Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab Melayu dan berisi catatan mengenai silsilah raja-raja Kutai.
- Kitab ini juga dikenal dengan sebutan Hikayat Raja-raja Pasir dan tercantum dalam Pararaton.
- Meskipun Salasilah Kutai memberikan informasi tentang sejarah kerajaan, naskah ini belum diteliti secara mendalam oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia.
- 3. Hikayat Raja-raja Pasir dan Kitab Pararaton:
- Kedua kitab ini juga memuat informasi tentang Kerajaan Kutai, meskipun bukan fokus utama.
- Hikayat Raja-raja Pasir dan Pararaton memberikan konteks sejarah dan narasi tentang perkembangan Kerajaan Kutai dalam konteks sejarah yang lebih luas.
Jadi, meskipun tidak ada kitab tunggal yang secara eksklusif berjudul Kitab Kerajaan Kutai, prasasti Yupa dan Salasilah Kutai merupakan sumber-sumber penting yang memberikan informasi berharga mengenai Kerajaan Kutai.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu pertama di Indonesia. Kerajaan Kutai terletak di tepi sungai mahakam di Muarakaman, berdekatan dengan kota Tenggarong. Kerajaan yang berdiri pada sekitar abad ke-4 ini memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas, yaitu mencakup hampir seluruh Kalimantan Timur bahkan hingga seluruh Pulau Kalimantan. Nama Kutai sendiri diambil dari nama kota dimana ditemukannya prasasti yang menunjukkan keberadaan kerajaan tersebut, yaitu di kota Kutai, Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan karena tidak ada satupun prasasti yang menyebutkan nama dari kerajaan yang berpusat di Kalimantan Timur Tersebut.
Menjadi kerajaan Hindu pertama di Indonesia atau nusantara pada saat itu, kerajaan Kutai Martadipura berdiri sejak abad ke-4 masehi. Bisa dikatakan sekitar 400 masehi, kerajaan ini terletak di wilayah Muara Kaman yang kini disebut dengan wilayah Kalimantan Timur. Tepatnya pas di hulu sungai Mahakam yang sangat terkenal seantero Tanah Air. Karena merupakan kerajaan Hindu pertama di nusantara, berdirinya Kutai Martadipura dipengaruhi oleh kebudayaan India. Hal ini tak lepas dari para pendatang dari India ke nusantara saat itu, kebudayaan dari negara asal mereka juga dibawa untuk disebarkan ke seluruh negeri. Meski tak berada langsung di jalur perdagangan, kerajaan ini dikenal memiliki hubungan baik dengan India.
Pendiri Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai disebut sebagai cikal bakal berdirinya banyak kerajaan di Indonesia, oleh para ahli mitologi penamaan Kutai didapat dari penemuan sebuah prasasti bernama Yupa. Yupa diidentifikasi sebagai peninggalan asli dan berpengaruh bagi Hindu dan Budha, hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa Sanskerta dan pemakaian huruf Pallawa. Prasasti Yupa juga memberi informasi terkait penemuan nama raja, yakni Raja Kudungga yang dikenal sebagai pendiri kerajaan Kutai adalah dirinya. Kudungga ditafsirkan oleh para ahli sejarah, nama Indonesia yang saat itu belum terpengaruh dengan penggunaan bahasa India. Sementara Raja Mulawarman dan Aswawarman, sudah banyak terpengaruh budaya Hindu dari India. Penggunaan kata ‘Warman’ di setiap akhiran penamaan raja Kutai ini tak lepas dari penggunaan bahasa sansekerta yang merupakan bahasa sehari-hari bangsa India bagian selatan. Ini yang membuat banyak orang menyebut jika kerajaan Kutai memiliki corak Hindu dan kentalnya budaya India yang diterapkan oleh masyarakatnya.
Berikut 20 generasi raja kerajaan Kutai :
- Maharaja Kudungga, gelar Anumerta Dewawarman (pendiri)
- Maharaja Aswawarman (anak Raja Kudungga)
- Maharaja Mulawarman (raja paling terkenal)
- Maharaja Marawijaya Warman
- Maharaja Gajayana Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Jayanaga Warman
- Maharaja Nalasinga Warman
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Candrawarman
- Maharaja Sri Langka Dewa
- Maharaja Guna Parana Dewa
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa
- Maharaja Mulia Putera
- Maharaja Nala Pandita
- Maharaja Indra Paruta Dewa
- Maharaja Dharma Setia
- Sejarah Kerajaan Kutai
- Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Kejayaan kerajaan Kutai muncul pada masa pemerintahan raja Mulawarman, hal ini tertuang pada prasasti Yupa. Disebutkan dalam prasasti tersebut bahwa Mulawarman bahkan sudah melakukan upacara pengorbanan emas yang jumlahnya sangat banyak. Yang dibagikan kepada rakyatnya, selain itu emas-emas yang ada juga menjadi persembahan bagi para dewa. Selain tertuang pada prasasti Yupa, tolok ukur keberhasilan Mulawarman dalam mensejahterakan rakyatnya juga terdapat dalam beberapa aspek. Banyak aspek yang mendorong kerajaan ini mencapai masa jayanya, di antaranya seperti aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya, berikut penjelasan masing-masing aspek tersebut.
Aspek Sosial
Ditandai dengan adanya golongan terdidik, contohnya seperti masyarakat yang menguasai bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Golongan ini dinamakan dengan golongan brahmana dan ksatria, khusus ksatria berasal dari kerabat raja Mulawarman yang ada pada masa tersebut. Dibuktikan lewat adanya upacara pemberkatan terhadap seseorang yang memeluk agama Hindu.
Aspek Politik
Di era raja Mulawarman, stabilitas politik kerajaan Kutai terjaga dengan sangat baik dan bahkan sistem politik di kerajaan ini menjadi kekuatan terbesar dalam memberi pengaruh. Hal ini tertuang dalam prasasti Yupa, di mana di dalamnya disebutkan bahwa raja Mulawarman merupakan seorang yang sangat berkuasa, kuat tetapi juga memiliki sisi kebijaksanaan tinggi.
Aspek Ekonomi
Berada di dekat sungai Mahakam, tentu membuat masyarakat kerajaan Kutai dipermudah dalam hal bercocok tanam. Karena itu juga menjadi mata pencaharian utama mereka, selain itu sebagian lainnya juga beternak sapi serta berdagang. Hal ini tertuang dalam peninggalan secara tertulis Mulawarman yang pernah memberi 20 ribu ekor sapi untuk persembahan para brahmana. Kerajaan Kutai juga menerapkan sistem penarikan hadiah, hal ini diberikan kepada raja terhadap pedagang luar yang ingin melakukan transaksi perdagangan di dalam wilayah kerajaan. Biasanya berupa barang mahal seperti upeti, jika di era sekarang bisa disebut dengan pajak. Dengan demikian, kerajaan Kutai bisa mendapatkan pemasukan dari sumber lain.
Aspek Agama
Kutai sangat kental dengan keyakinan leluhur, hal ini dibuktikan lewat prasasti Yupa yang bentuknya seperti tugu batu. Asal usul prasasti Yupa ini merupakan peninggalan nenek moyang di zaman Megalitikum. Selain itu ada pula punden berundak dan menhir, serta tempat pemujaan yang diberi nama Waprakeswara atau tempat pemujaan dewa Siwa. Karena itulah raja di kerajaan Kutai menganut agama Hindu siwa yang bercampur dengan golongan brahmana. Sementara rakyat memiliki kebebasan dalam memilih agama Hindu dengan berbagai alirannya. Meski begitu, masa kejayaan Kutai era Mulawarman tak berlangsung lama setelah ia wafat dan adanya pergantian pemimpin hingga akhirnya runtuh. Baca juga: Sejarah Tarumanegara, Pendiri, Para Raja dan Peninggalannya
Peninggalan Kerajaan Kutai
- Salah satu peninggalan kerajaan Kutai yang paling terkenal adalah tujuh macam prasasti Yupa bertuliskan huruf pallawa berbahasa sansekerta. Isi dari prasasti tersebut banyak menceritakan sejarah, khususnya keluarga kerajaan Kutai. Yupa berbentuk sebuah tugu yang tingginya mencapai satu meter dan tertanam di atas tanah seperti tiang.
- Prasasti Yupa merupakan peninggalan dari kerajaan tertua di Indonesia, dahulu kala digunakan sebagai cara memperkenalkan kerajaan. Selain itu yupa juga memiliki beberapa fungsi lain, seperti tiang hingga lambang kebesaran. Berikut isi dari masing-masing prasasti Yupa yang ditemukan dan diterjemahkan oleh para ahli.
- Berisi silsilah raja yang pernah menjadi pemimpin dan memerintah kerajaan dengan kekuasaan tertinggi di Kutai.
- Kerajaan Kutai terletak di wilayah yang sangat strategis, yakni pada hilir sungai Mahakam yang dahulu disebut dengan muara kaman.
- Prasasti ketiga berisi mengenai persebaran agama Hindu yang terjadi saat era pemerintahan raja Aswawarman.
- Aswawarman disebut sebagai pendiri kerajaan, selain itu Aswawarman juga diberi gelar yakni Wangsakerta.
- Wilayah Kutai yang tertulis di dalam prasasti meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur dan sekitarnya.
- Berisi mengenai cerita kehidupan di Kutai, sangat aman, tentram dan masyarakat dalam kondisi yang sejahtera.
- Berisi mengenai kebaikan yang dimiliki raja Mulawarman dan kekuasaan yang sudah memberi sumbangan 20 ribu ekor sapi kepada brahmana.
Berdirinya Kutai Kartanegara
Setelah berakhirnya era Kutai Martadipura atau Mulawarman dengan raja pertama kerajaan Kutai adalah Kudungga , munculah kerajaan Kutai Kartanegara di Tanjung Kue, Kalimantan Timur. Kini letak kerajaan tersebut hanya berisi semak belukar dan beberapa makam kuno, yang dipercaya sebagai makam keramat. Kerajaan Kutai Kartanegara disebutkan juga pada kitab pararaton. Bermula dari kepala suku jahitan luar yang bermasalah karena tak kunjung dikaruniai keturunan padahal sudah lama menjalin rumah tangga. Hingga akhirnya ia mendapat bola emas dan ajaibnya di dalam bola emas itu muncul seorang anak laki-laki dan kemudian diberi nama olehnya, Aji Batara Agung Dewa Sakti. Di waktu bersamaan kepala suku hulu dusun menemukan seorang anak perempuan di sungai Mahakam, yang kemudian diberi nama Putri Karang Melenu atau Putri Junjung Buih. Singkat cerita kedua anak tersebut berjodoh dan menikah hingga melahirkan seorang keturunan yang dinamai dengan Aji Paduka Nira. Setelah itu Aji Batara memutuskan untuk berkelana dan pergi ke Pulau Jawa untuk melakukan perjalanan ke kerajaan Majapahit. Nahas bagi Putri Melenu, usai tak tahan ditinggal Aji Batara untuk hidup sendiri, ia akhirnya memilih untuk menceburkan diri ke sungai Mahakam. Setelah pulang, Aji Batara yang sedih mengetahui istrinya tiada juga memutuskan untuk tenggelam di sungai Mahakam. Singkat cerita, Paduka Nira yang sudah beranjak dewasa kemudian menikahi seorang gadis bernama Putri Paduka Suri. Paduka Nira pun memiliki total tujuh anak, lima di antaranya laki-laki dan sisanya perempuan. Paduka Suri merupakan keturunan kerajaan Kutai Martadipura yang merupakan Mulawarman. Meski begitu, pernikahan itu dinilai terjadi karena untuk menghindari perselisihan antar kedua kerajaan hingga akhirnya berdiri kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin oleh Maharaja Sultan. Baca juga: Kerajaan Sriwijaya, Awal Berdiri, Para Raja dan Peninggalan
Silsilah Kerajaan Kutai Kartanegara
- Aji Batara Agung Dewa Sakti 1300-1325 M
- Aji Batara Agung Paduka Nira 1325-1360 M
- Maharaja Sultan 1360-1420 M
- Raja Mandarsyah 1420-1475 M
- Pangeran Tumenggung Bayabaya 1475-1545 M
- Raja Makota 1454-1610 M
- Aji Dilanggar 1610-1635 M
- Pangeran Sinum Panji Mendapa Ing Martadipura 1635-1650 M
- Pangeran Dipati Agung Ing Martadipura 1650-1665 M
- Pangeran Dipati Maja Kusuma Ing Martadipura 1665-1686 M
- Aji Ragi Gelar Ratu Agung 1686-1700 M
- Pangeran Dipati Tua Ing Martadipura 1700-1710 M
- Pangeran Anum Panji Mendapa Ing Martadipura 1710-1735 M
- Sultan Aji Muhammad Idris 1735-1778 M
- Sultan Aji Muhammad Aliyeddin 1778-1780 M
- Sultan Aji Muhammad Muslihuddin 1780-1816 M
- Sultan Aji Muhammad Salehuddin 1816-1845 M
- Dewan Perwalian 1845-1850 M
- Sultan Aji Muhammad Sulaiman 1850-1899 M
- Sultan Aji Muhammad Alimuddin 1899-1910 M
- Pangeran Mangkunegoro 1910-1920 M
- Sultan Aji Muhammad Parikesit 1920-1960 M
Demikian penjelasan mengenai kerajaan Kutai, mulai dari berdirinya, siapa pendiri, masa kejayaan hingga kemunculan kerajaan Kutai Kartanegara. Sampoerna Academy mengajak para siswa tingkat dasar maupun perguruan tinggi agar tidak melupakan sejarah secara serta merta. Sampoerna Academy memberi informasi tambahan lewat jurnal berkompeten bagi siswa. Sampoerna Academy juga memberi fasilitas lengkap penunjang proses pembelajaran, seiring komitmen Sampoerna Academy dalam menerapkan kurikulum internasional. Selain itu Sampoerna Academy juga sudah memiliki tenaga pengajar berkualitas lulusan luar negeri. Diharapkan para siswa mampu muncul dan terlahir dengan banyak inovasi.
Masuknya Pengaruh Budaya
Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.
Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Pada prasasti itu juga diceritakan bahwa Raja Mulawaraman memerintah dengan bijaksna. Ia pernah menghadiahkan ± 20.000 ekor sapi untuk korban kepada para brahmana / pendeta. Dan dalam prasasti itu pun menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti, mengapa bukan ayahnya Kudungga yang menjadi pendiri dinasti tetapi anaknya Aswawarman? Hal itu karena pada saat itu Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu, sehingga ia tidak bisa menjadi pendiri dinasti Hindu.
Dari Raja Aswawarman menurunlah sampai Mulawarman, karena Mulawarman pun memeluk agama Hindu. Hal itu diketahui dari penyebutan bangunan suci untuk Dewa Trimurti. Bangunan itu disebut bangunan Wapraskewara dan di Gua Kembeng di Pedalaman Kutai ada sejumlah arca-arca agama Hindu seperti Siwa dan Ganesa.
Bukti Peninggalan
Bukti sejarah Kerajaan Kutai ini adalah ditemukannya tujuh buah prasasti yang berbentuk Yupa (tiang batu)
Pemerintahan Kerajaan Kutai
Berikut adalah beberapa orang raja paling berpengaruh yang pernah memerintah Kerajaan Kutai.
Raja Kudungga. Adalah raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Kutai. Jika dilihat dari namanya yang masih menggunakan nama Indonesia, para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Kudungga pengaruh Agama Hindu belum terlalu kuat. Hal ini dikarenakan para raja kerajaan Hindu pada zaman dulu selalu menggunakan nama-nama India. Para ahli juga memperkirakan bahwa Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Namun setelah masuknya pengaruh Hindu dari India, maka berubahlah sistem pemerintahan dari kepala suku menjadi kerajaan. Kudungga lalu mendeklarasikan dirinya sebagai raja dan memutuskan bahwa pergantian kekuasaan harus dilakukan secara turun temurun sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya.
Raja Aswawarman. Aswawarman adalah putra dari Kudungga. Aswawarman disebut sebagai seorang raja yang cakap dan kuat. Aswawarman pulalah yang memiliki jasa paling besar atas perluasan wiayah Kerajaan Kutai. Perluasan wilayah diakukan oleh Aswawarman dengan cara melakukan upacara Asmawedha, yaitu upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah kerajaan. Kuda-kuda yang dilepaskan ini akan diikuti oleh prajurit kerajaan yang akan menentukan wilayah kerajaan sesuai dengan sejauh mana jejak telapak kaki kuda dapat ditemukan.
Raja Mulawarman. Merupakan putra Aswawarman sekaligus raja terbesar Kerajaan Kutai yang membawa Kutai mencapai puncak kejayaannya. Dibawah pemerintahannya, rakyat Kutai dapat hidup aman dan sejahtera. Pada prasasti Yupa, Mulawarman disebut sebagai seorang raja yang sangat dermawan karena telah memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.
Runtuhnya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai runtuh pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia. Dharma Setia sendiri terbunuh dalam peperangan melawan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa dari Kesultanan Islam Kutai Kartanegara. Terbunuhnya Maharaja Dharma Setia ini menandakan berakhirnya Kerajaan Kutai sekaligus menjadikan Dharma Setia sebagai raja terakhir Kerajaan Kutai.
Kerajaan Kutai adalah kerajaan yang bercorak Hindu tertua di Indonesia, berdiri sekitar tahun ±400 M (abad ke-5). Nama kerajaan ini sesungguhnya tidak dituliskan dalam prasasti/yupa, namun para ahli sejarah memberikan nama kerajaan Kutai dengan mengambil nama kota tempat penemuan prasasti/yupa.
Kerajaan Kutai Martadipura (Hindu)
Pusat kerajaan: di hulu sungai Mahakam, Muara Kaman, Kalimantan Timur
Sumber Sejarah: 7 buah yupa. (Yupa: tugu batu bertulis yang berfungsi sebagai tugu peringatan). Yupa berfungsi sebagai tempat untuk menambatkan hewan kurban.
Prasasti Yupa: ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Nama-nama Raja : (1.) Kudungga, (2.) Aswawarman, (3.) Mulawarman.
Pada masa pemerintahan Raja Aswawarman dilaksanakan upacara Asmawedha, yakni upacara memperluas wilayah kerajaan.
Raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada Brahmana.
Raja Mulawarman membangun Waprakeswara: bangunan suci untuk memuja Dewa Syiwa.
Nama Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu. Kemudian nama Aswawarman diduga telah memeluk agama Hindu. Hal ini didasarkan kata warman pada namanya, yang berasal dari bahasa Sanskerta.
Pendiri Kerajaan Kutai adalah Kudungga, raja pertama yang resmi berkuasa adalah Aswawarman. Sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai, Aswawarman diberi gelar Wangsakarta, yang artinya pembentuk keluarga.
![]() |
Yupa, tugu batu bertulis |
Isi Lengkap Yupa
Dari 7 buah Yupa yang ditemukan, sudah 5 buah prasasti yang berhasil dibaca dan diterjemahkan sebagai sumber sejarah kerajaan Kutai. Sementara 2 yupa lainnya telah aus pada bagian pahatannya sehingga sangat sulit untuk diidentifikasi. Isi dari kelima yupa peninggalan kerajaan Kutai tersebut adalah sebagai berikut:
YUPA 1. Berisi silsilah singkat raja kerajaan Kutai pada awal masa berdirinya. Disebutkan dalam prasasti ini bahwa raja Mulawarman adalah raja yang baik, kuat, dan berkuasa. Ia adalah anak dari raja Asmawarman sekaligus cucu dari Maharaja Kudungga. Isi Prasasti: “Crimatah cri-narendrasya, Kundungasya mahatmanah, Putro cvavarmmo vikhyatah, Vancakartta yathancuman, Tasya putra mahatmanah, Trayas traya ivagnayah, Tesan trayanam pravarah, Tapo-bala-damanvitah, Cri mulavarmma rajendro, Yastpa bahusuvarnnakam, Tasya yajnasya yupo yam, Dvijendrais samprakalpitah.” Terjemah: “Sang Maharaja Kudungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarmman namanya, yang seperti sang Angsuman (=dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (salamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh pra Brahmana.”
YUPA 2. Berisi tentang kebaikan raja Mulawarman kepada para brahmana, serta pemberian hadiah berupa tanah kepada mereka. Isi Prasasti: “Crimad-viraja-kirtteh, Rajnah cri-mulavarmmanah punyam, Crnantu vipramukhyah, Ye canya sadhavah purusah, Bahudana-jivadanam, Sakalpavrksam sabhumidanan ca, Tesam punyagananam, Yupo yam stahipito vipraih.” Terjemah: “Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarmman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon Kalpa (yang memberi segaa keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubungan dengan semua kebaikan itulah tugu ini didirikan oleh para Brahmana (sebagai peringatan).”
YUPA 3. Berisi kabar pemberian sedekah raja Mulawarman kepada para Brahmana berupa segunung minyak dengan lampu dan malai bunga. Kemungkinan sedekah ini diperuntukan sebagai media peribadatan. Isi Prasasti: “Sri-mulavarmmana rajna, Yad dattan tila-patvvatam, Sa-dipamalaya sarddham, Yupo yam likhitas tayoh.” Terjemah: “Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarmman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.”
YUPA 4. Yupa keempat berisi berita yang membuktikan bahwa kerajaan Kutai memperoleh masa kejayaan dibawah pimpinan raja Mulawarman. Prasasti ini menyatakan bahwa sang raja telah memberikan sedekah 20 ribu ekor sapi kepada para Brahmana. Isi Prasasti: “Srimato nrpamukhyasya, Rajnah sri muavarmmanah, Danam punyatame ksetre, Yad dattam vaprakesvare, Dvijatibhyo gnikalpebhyah, Vinsatir nggosahasrikam, Tasya punyasya yupo yam, Krto viprair ihagataih.” Terjemah: “Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahman yang seperti api, (bertempat) di tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara. Untuk (peringatan) akan kebaikan budi yang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para brahmana yang datang di tempat ini.”
YUPA 5. Yupa terakhir diperkirakan dibuat oleh para Brahmana untuk mengenang keberanian dan kebaikan raja Mulawarman. Isi Prasasti: “Sri-mulavarmma rajendra (h) sama vijitya parttya (van), Karadam nrpatimms cakre yatha raja yudhisthirah, Catvarimsat sahasrani sa dadau vapprakesvare, Ba … trimsat sahasrani punar ddadau, Malam sa punar jivadanam pritagvidham, Akasadipam dharmmatma parttivendra (h) svake pure, … … … … … … … mahatmana, Yupo yam sth (apito) viprair nnana desad iha (gataih//).” Terjemah: “Raja Mulawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan perang, dan menjadikan mereka bawahannya seperti yang dilakukan oleh raja Yudisthira. Di Waprakeswara Raja Mulawarman menghadiahkan (sesuatu) 40 ribu, lalu 30 ribu lagi. Raja yang saleh tersebut juga memberikan Jivadana dan cahaya terang (?) di kotanya. Yupa ini didirikan oleh para Brahmana yang datang ke sini dari pelbagai tempat.”
Yupa-Kutai 03
![]() |
Tulisan berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta |
Runtuhnya Kerajaan Kutai
Sekitar abad XIII kerajaan Kutai Martadipura mendapat saingan dengan berdirinya kerajaan baru Kutai Kartanegara yang beribukota di Tanjung Kute. Persaingan tersebut meruncing dan menjadi pertempuran besar pada masa Maharaja Dharma Setia (Kutai Martadipura) melawan raja Aji Pangeran Anum Panji Mendapa dari Kutai Kartanegara. Maharaja Dharma Setia berhasil dikalahkan, sehingga berdirilah Kutai Kartanegara menjadi kerajaan tunggal di Kalimantan Timur.
Tahun 1365 kerajaan Majapahit berhasil menduduki kerajaan Kutai Kartanegara. Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa ibukota Tanjung Kute berhasil ditaklukan Majapahit. Setelah runtuhnya Majapahit, kerajaan Kutai Kartanegara tumbuh kembali menjadi kerajaan Islam. Kesultanan Islam ini berkembang mulai abad XIII hingga tahun 1960. Sultan terakhir Kutai Sultan Aji Muhammad Parikesit menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Istana kutai kertanegara
![]() |
Istana Kesultanan Kutai Kartanegara |