Kisah Goa Selarong & Perang Jawa Diponegoro (1825-1830)
Gua Selarong merupakan gua bersejarah yang menyimpan cerita Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda antara 1825-1830. Pasalnya, gua ini menjadi tempat persembunyian Pangeran Diponegoro setelah Belanda membakar kediamannya di Tegalrejo. Di dalam Gua Selarong inilah, Pangeran Diponegoro merancang strateginya melawan Belanda.
Mengenal Desa Selarong Markas Pasukan Pangeran Diponegoro yang Bikin Belanda Kewalahan.
Residen Belanda dikejutkan dengan perlawanan Pangeran Diponegoro dan pasukannya, usai berusaha dipanggil beberapa kali. Pangeran Diponegoro memang beberapa kali dipanggil oleh sang residen Belanda di Yogyakarta itu untuk menghadapnya. Tapi panggilan itu tak digubris sang pangeran.
Residen Belanda Smissaert menganggap berkumpulnya pengikut Diponegoro di Tegalrejo itu dapat diselesaikan dengan mudah. Pada 20 Juli 1825, residen membuat kekeliruan. Ia mengirim surat panggilan kepada Diponegoro yang disampaikan oleh dua orang pegawai rendahan. Setelah dua kali panggilannya ditolak Pangeran Diponegoro membuat Smissaert marah dan merasa terhina. Pada 21 Juli 1825, residen memerintahkan satu detasemen pasukan yang dipimpin oleh Asisten Residen Chevallier menuju Tegalrejo.
Pasukan itu berkekuatan 50 orang yang terdiri atas pasukan infantri dan hussar yang diperkuat dengan dua pucuk meriam, dengan maksud menangkap Diponegoro. Dalam tempo yang singkat Tegalrejo dikepung dan dibakar, tetapi pengikut Diponegoro menyambutnya dengan perlawanan.
Sang pangeran dan pengikutnya telah mengetahui kedatangan pasukan tersebut mengundurkan diri ke suatu desa yang telah dipersiapkan sebagai markas komando di Desa Selarong, sebagaimana dikutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Perang awal di Tegalrejo, kawasan kediaman Pangeran Diponegoro berlanjut ke Selarong.
Desa Selarong adalah satu desa strategis yang berada di kaki bukit kapur, yang berjarak lebih kurang sembilan kilometer dari Yogyakarta. Pangeran Diponegoro telah lama dan secara diam-diam dipersiapkan sebagai markas komando. Sungai Bedog, anak Sungai Progo, membelah desa menjadi Selarong Barat dan Selarong Timur yang sulit dijangkau oleh lawan.
Pada 28 Juli 1825 bersama Diponegoro telah berkumpul beberapa orang bangsawan, yaitu Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, Pangeran Panular, Adiwinoto, Suryodipuro, Blitar, Kiai Mojo, Pangeran Ronggo, Ngabehi Mangunharjo, dan Pangeran Surenglogo.
Pertama kali dilakukan Diponegoro adalah memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyuda, dan Hanggowikromo, untuk memobilisasi orang desa di sekitar Selarong agar siap melakukan perang. Selanjutnya, Diponegoro menyusun rencana strategis dan langkah-langkah taktis. Secara garis besar, Diponegoro berencana merebut dan menguasai seluruh wilayah Kesultanan Yogyakarta, mengusir orang-orang Belanda dan China.
Sejarah Perang Diponegoro (Perang Jawa)
Perang Diponegoro atau disebut Perang Jawa terjadi pada tahun 1825 –1830. Sejarah mencatat Perang Diponegoro sebagai perang dengan korban yang sangat besar hingga menewaskan ratusan ribu rakyat Jawa dan puluhan ribu dari Belanda. Perang Diponegoro bahkan menjadi perang terbesar selama masa pendudukan Belanda di Indonesia.
Pasukan Diponegoro adalah pasukan pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dalam Perang Diponegoro. Perang ini terjadi pada tahun 1825–1830 dan juga dikenal sebagai Perang Jawa.
Tokoh-tokoh pasukan Diponegoro :
1. Pangeran Diponegoro
2. Sentot Alibasha, yang dijuluki Napoleon Jawa
3. Pengalasan, yang setia mendampingi Diponegoro hingga kekalahan di Siluk
Strategi perang Diponegoro :
- Pada dua tahun awal perang, pasukan Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya
- Pasukan Diponegoro berhasil menguasai kembali Bojonegoro dari Belanda pada 28 November 1827
Kekalahan pasukan Diponegoro :
- Belanda berhasil menemukan strategi Benteng Stelsel yang melumpuhkan pertahanan pasukan Diponegoro
- Keunggulan teknologi dan sumber daya militer Belanda mengatasi perlawanan pasukan Diponegoro
- Pasukan Diponegoro terpaksa mundur dari wilayah perbatasan bagian barat Kesultanan Yogyakarta
Akibat perang :
- Perang Diponegoro menewaskan ratusan ribu rakyat Jawa dan puluhan ribu serdadu Belanda
- Perang Diponegoro menjadi perang terbesar selama masa pendudukan Belanda di Indonesia
Latar Belakang Perang Diponegoro.
Secara umum Perang Diponegoro dilatarbelakangi oleh adanya ikut campur Belanda pada urusan kerajaan. Pihak keraton tidak berdaya akan pengaruh politik pemerintahan kolonial dan justru hidup mewah serta tidak mempedulikan rakyatnya. Selain itu, sebab khusus dari Perang Diponegoro adalah pemasangan tonggak – tonggak untuk membuat rel kereta api yang melewati makam dari leluhur Pangeran Diponegoro.
Kronologi Perang Diponegoro
Perang Diponegoro diawali dari 20 Juli 1825, dimana istana mengutus dua bupati senior untuk memimpin pasukan Jawa – Belanda menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo. Saat itu, Diponegoro beserta sebagian pengikutnya mampu menyelamatkan diri, namun kediamannya habis dibakar. Perang Diponegoro banyak melibatkan elemen masyarakat seperti petani hingga golongan priyayi yang menyumbangkan dana untuk Diponegoro.
Perjuangan Diponegoro dibantu oleh Kyai Mojo yang merupakan tokoh spiritual pemberontakan. Hanya butuh waktu tiga minggu untuk Pangeran Diponegoro melakukan penyerangan dan menduduki keraton Yogyakarta. Keberhasilan ini diikuti di beberapa wilayah pada tahun-tahun pertama. Pergolakan meluas ke arah timur mencapai Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitarnya. Meluasnya pergerakan Diponegoro dianggap sebagai menggerakkan kekuatan di seluruh Jawa.
Dalam pelaksanaannya, Perang Diponegoro dilakukan melalui taktik gerilya. Puncaknya terjadi pada 1827, ketika Belanda mengerahkan 23.000 serdadu untuk melawan Diponegoro. Untuk mempersempit pergerakan Diponegoro, Belanda merancang teknik “Bentengstelsel” dengan membangun benteng – benteng di wilayah strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga Pangeran Diponegoro terjepit.
Pada tahun 1829, Kyai Mojo ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan Alibasah Sentot Prawirodijo. Pada tanggal 21 September 1829, Belanda membuat sayembara hadiah 50.000 gulden bagi siapa saja yang dapat menangkap Diponegoro dalam keadaan hidup atau mati. Pdaa tanggal 16 Februari 1830, melihat keadaannya yang melemah, Pangeran Diponegoro setuju untuk bertemu dengan utusan Jenderal de Kock, Kolonel Baptist Cleerens. Pertemuan dilakukan beberapa kali dengan Jendeal de Kock untuk mengadakan gencatan senjata.
Mata-mata dari Belanda melihat bahwa Diponegoro bersikeras mendapatkan pengakuan sebagai sultan Jawa di bagian selatan. Pada 25 Maret 1830, pasukan Belanda disiapkan untuk penangkapan Diponegoro. Pada akhirnya 28 Maret 1830, Jenderal de Kock mampu menjepit pasukan Diponegoro dan Diponegoro mau menyerahkan diri. Penyerahan Diponegoro menjadi akhir dari Perang Diponegoro. Setelah ditangkap, Diponegoro diasingkan di Gedung Karesidenan Semarang di Ungaran dan dibawa ke Batavia pada 11 April 1830, kemudian dipindahkan ke Manado pada 30 April 1830 serta tiba di Benteng Nieuw Amsterdam pada 3 Mei 1830. Pada tahun 1834, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar dan wafat di Benteng Rotterdam pada 8 Januari 1855.
Dampak Perang Diponegoro
- Korban kurang lebih 200.000 jiwa dari penduduk Jawa.
- Korban 8.000 tentara Belanda dan 7.000 serdadu pribumi yang membantu Belanda
- Penegasan dominasi Belanda pasca kekalahan Diponegoro
- Raja dan Bupati tunduk kepada Belanda
Goa Selarong
Goa Selarong secara administratif terletak di Bukit Selarong yang berada di Padukuhan Kauman, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul. Goa Selarong merupakan tempat Pangeran Diponegoro pernah tinggal, bersemadi, serta mengumpulkan pengikutnya ketika berlangsung Perang Jawa (1925-1930). Di area Bukit Goa Selarong terdapat Struktur Cagar Budaya yaitu Goa Selarong Kakung dan Goa Selarong Putri, serta Benda-benda Cagar Budaya berupa yoni dan batu monolit.
Berikut ini uraian mengenai Struktur Cagar Budaya di Bukit Selarong :
1. Goa Selarong Kakung
Goa Selarong Kakung terletak di sebelah barat Goa Selarong Putri. Goa Selarong Kakung dan Goa Selarong juga dikenal oleh warga dengan nama Goa Secang. Hal ini karena dulunya Bukit Selarong banyak ditumbuhi pohon secang. Gua Selarong Kakung diperkirakan merupakan gua yang telah ada pada zaman Hindu sebelum Pangeran Diponegoro menggunakannya sebagai tempat semadi. Di sinilah Pangeran Diponegoro biasa melewatkan malam tirakatnya sebelum pagi harinya kembali ke Tegalrejo. Gua memiliki ukuran: panjang mulut gua 2,64 m, tinggi mulut gua 1,7 m, kedalaman gua 4,03 m, serta tinggi ruang gua 1,85 m. Pada mulut gua terdapat profil yang diperkirakan merupakan kala unfinished. Fitur tersebut tampak pada sebelah kiri mulut gua berupa dua guratan lis sepanjang 135 cm dengan jarak antar lis 15 cm pada ketinggian 140 cm. Di sisi timur dan barat dinding gua terdapat pahatan berupa panil dan pilar, sedangkan di bagian utara gua terdapat altar yang juga merupakan hasil pahatan. Panil dan pilar pada dinding timur gua berukuran 227 cm x 107 cm. Sedangkan panil dan pilar pada dinding barat berukuran 272 cm x 103 cm. Altar berukuran 281 cm dengan lebar 98 cm, serta tingginya 109 cm. Panil dan pilar inilah yang mengindikasikan pemanfaatan awal gua sebagai tempat beribadah penganut agama Hindu. Di depan gua terdapat dua buah yoni yang posisinya terbalik. Bagian depan mulut gua diberi struktur baru berupa pagar tembok dan lantai dari tatanan ubin batu andesit yang dibangun pada tahun 2016.
2. Goa Putri
Goa Selarong Putri berjarak sekitar 50 m di sebelah timur Goa Selarong Kakung. Posisi gua memanjang dari barat ke timur. Mulut gua menghadap ke arah selatan, berukuran panjang 9,85 m dan tinggi 1,4 m. Kedalaman gua 7,54 m dan ketinggian gua bagian dalam 2,52 m. Keadaan di dalam Goa Selarong Putri berupa runtuhan batuan kapur yang terkikis oleh air dan akar pohon yang menjalar hingga ke dalam gua. Goa Selarong Putri terbentuk secara alamiah. Saat ini di depan mulut gua terdapat pagar tembok dan lantai dari tatanan batu andesit yang dibentuk seperti ubin. Tebing di atas mulut gua ditumbuhi pohon-pohon yang akarnya menjalar hingga ke dalam gua.
Benda-benda Cagar Budaya yang berada di area Bukit Selarong antara lain :
1. Yoni Nomor Inventaris C.93
2. Yoni Nomor Inventaris C.93a
3. Yoni Nomor Inventaris C.94
4. Yoni Nomor Inventaris C.95
5. Yoni Nomor Inventaris C.96
Sumber referensi : https://daerah.sindonews.com/read/1524181/29/mengenal-desa-selarong-markas-pasukan-pangeran-diponegoro-yang-bikin-belanda-kewalahan-1738454530
Artikel Imajier Nuswantoro