Benarkah Jawa Keturunan Trah Nabi Ibrahim ?
Dalam beberapa kesempatan, kita sering mendengar kisah antara Nabi Ibrahim AS dan anak-istrinya. Ada pula teori yang menyebut Suku Jawa atau Bani Jawi keturunan langsung Nabi Ibrahim AS dari Istrinya Qanturah.
Sebuah manuskrip kuno berbahan lontar masih tersimpan apik di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Naskah kuno itu merupakan peninggalan bersejarah abad ke-16 dari putera Sultan Pajang Hadi Widjaja.
Teori Suku Jawa Keturunan Langsung Nabi Ibrahim AS, Kajian Kitab dan Manuskrip Kuno.
Dalam beberapa kesempatan, kita sering mendengar kisah antara Nabi Ibrahim AS dan anak-istrinya. Ada pula teori yang menyebut Suku Jawa atau Bani Jawi keturunan langsung Nabi Ibrahim AS dari Istrinya Qanturah.
Sebuah manuskrip kuno berbahan lontar masih tersimpan apik di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Naskah kuno itu merupakan peninggalan bersejarah abad ke-16 dari putera Sultan Pajang Hadi Widjaja.
Beberapa waktu terakhir, topik Bani Jawi kembali ramai dibicarakan. Mengacu kata 'bani' yang berasal dari bahasa Arab, ini ada kainnya dengan teori yang dulu juga sempat viral, yakni bahwa bangsa Melayu, khususnya suku Jawa dan sekitarnya adalah keturunan langsung Nabi Ibrahim AS.
Salah satu sumber disebut, "Dalam kitab Al-Kamil fi Al-Tarikh tulisan Ibnu Athir menyatakan bahwa Bani Jawa yang didalamnya termasuk bangsa Jawa, Sunda, Melayu, Sumatera, Bugis, dan sebagainya adalah keturunan Nabi Ibrahim AS.
Bani Jawi berasal dari dua suku kata yaitu Bani yang berarti kaum atau kelompok dan Jawi atau Jiwi yang berasal dari dua suku kata yakni Ji artinya satu Wi artinya Widi atau Tuhan, maka makna dari Bani Jawi adalah kaum yang meyakini adanya satu Tuhan.
Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim semakin nyata, ketika baru-baru ini penelitian dari seorang profesor dari universitas kebangsaan Malaysia diperoleh data bahwa di dalam DNA Melayu terdapat 27 % variant mediterranaen yang merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Sematik,".
Sebagi umat Islam, tentu saja kita yakin bahwa Bani Jawi atau bangsa Melayu adalah keturunan Nabi Adam AS. Lantas, bagaimana ceritanya bangsa Melayu yang tersebar di berbagai pulau di Nusantara hingga negeri jiran disebut sebagai keturunan Nabi Ibrahim AS.
Sebelum sampai ke pembahasan itu, ada baiknya melihat tarikh Nabi Ibrahim AS beserta istri dan keturunan-keturunannya, seperti diriwayatkan oleh ulama dan ahli sejarah masa silam.
Dalam beberapa kesempatan, kita sering mendengar kisah antara Nabi Ibrahim AS dan anak-istrinya, termasuk Nabi Ismail AS dan Nabi Ishaq AS, juga beserta ibu keduanya, yakni Hajar dan Sarah.
Hal ini membuat beberapa orang hanya mengetahui, bahkan meyakini bahwa Nabi Ibrahim AS hanya memiliki dua orang istri dan dua orang anak saja. Padahal di balik itu, Nabi Ibrahim juga memiliki beberapa istri dan mendapatkan keturunan dari istri-istri tersebut.
Sesungguhnya para ulama dalam bidang sejarah mengatakan bahwa beliau tidak hanya memiliki 2 istri melainkan 3 istri. Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau juga memiliki istri yang ke-4. Salah satunya adalah Qanturah atau Siti Kanturah, yang dianggap sebagai ibunya bangsa Melayu.
Dan sekarang yang menjadi pertanyaan kita di sini adalah siapakah istri yang ketiga tersebut, apakah memang pada istri yang ke-3 atau ke-4 memiliki silsilah turunan bangsa melayu dari keduanya ?
Nabi Ibrahim AS, Istri dan Keturunannya.
Dalam beberapa kitab menyebutkan dan salah satunya adalah kitab al-Bidayah wan Nihayah karangan Ibnu Katsir (w. 774 H) misalnya, beliau mengutip karya Abul Qasim as-Suhaili yang berjudul at-Ta’rif wal A’lam, menyebutkan beberapa anak dan istri Nabi Ibrahim As dalam pembahasan khusus tentang anak-anak Nabi Ibrahim al-Khalil (Dzikru Auladi Ibrahim al-Khalil).
”Anak pertama dari Nabi Ibrahim adalah Nabi Ismail dari istri beliau bernama Hajar Al-Qibtiyah Al-Misriyyah. Kemudian lahirlah Nabi Ishaq dari istri beliau Sarah Binti ‘Am Al-Khalil, kemudian beliau menikah setelahnya dengan istri Qanturah binti Yaqthan Al-Kan’aniyah, Maka Qanturah melahirkan 6 orang anak, bernama Madyan, Zimran, Suraj, Yuqsan, Nusyaq dan anak yang ke-6 tidak diketahui namanya. Sedangkan Istri ke-4 beliau adalah Hajun binti Amin, kemudian ia melahirkan anak sebanyak 5 orang, yaitu Kisan, Suraj, Amim, Luthan, Nafis. Semua penjelasan ini telah disebutkan oleh Abu Qasim As-Suhaili didalam kitabnya At-Ta'rif wal I’lam." (Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Imam Ibnu Katsir juz 1 hal. 407 atau hal. 175 cetakan Maktabah Al-Ma'arif Beirut Mesir tanpa tahun)
Istri Nabi Ibrahim AS Hajar al-Qibthiyah al-Misriyah yang selama ini kita kenal sebagai ibu dari Nabi Ismail AS, yang pernah ditinggal Ibrahim di padang pasir tandus bersama bayi Ismail.
Sedangkan istri Nabi Ibrahim AS Sarah binti Paman Nabi Ibrahim AS. Ia merupakan ibu dari Nabi Ishaq AS, cikal bakal dari bangsa Yahudi.
Setelah itu, Nabi Ibrahim AS kembali menikah dengan istri ketiganya yang bernama Qanturah binti Yaqtan al-Kan’aniyah. Dari istrinya yang ketiga ini, Ibrahim mendapatkan enam orang anak, yaitu: Madyan, Zamran, Siraj, Yaqsyan, Nasq, dan yang keenam belum diketahui namanya.
Adapun istrinya yang keempat adalah Hajun binti Amin, yang dalam kitab al-Kamil karya Ibnul Atsir disebutkan Hajun binti Ahir. Dari Hajun, Nabi Ibrahim mendapatkan lima orang keturunan: Kaisan, Sauraj, Umaim, Luthan dan Nafis.
Empat orang itulah yang menjadi istri Nabi Ibrahim AS dengan seluruh keturunannya yang berjumlah tiga belas. Sebagai pengetahuan dan wawasan, tentu kita perlu mengetahui hal ini.
Para sejarawan dan para ulama menyepakati bahwa istri ketiga nabi Ibrahim adalah Qanturah, hal ini dapat dilihat didalam beberapa buku dan kitab, seperti yang telah ditulis oleh Abuya Hamka didalam : Tafsir Al-Azhar-nya (2015), hal. 263, kemudian oleh Maulana Muhammad Ali dalam Tafsirnya : Al-Qur’an Terjemahan dan Tafsir (2015), hal. 233, kemudian oleh Ahmad Suhelmi, dalam bukunya : Salib di Bulan Sabil (2007), hal. 229 dan beberapa riwayat lainnya.
Kesimpulannya bahwa keberadaan Qanturah sebagai istri Nabi Ibrahim di sini memang tertulis dalam sejarah bahwa beliau memiliki istri selain Dewi Hajar dan Sarah.
Banyak riwayat menyebutkan bahwa dari istri ke-3 Nabi Ibrahim AS yang bernama Qanturah inilah yang disebut-sebut sebagai nenak moyang dari bangsa melayu Indonesia. Namun tidak sedikit para ulama lain membantah anggapan ini, mereka mengatakan bahwa Qanturah adalah nenek moyang dari bangsa Turki.
Hal ini diungkapkan oleh pengarang kitab Anwar Al-Masyariq, nukilan kitab ini diambil oleh seorang ulama tafsir yang bernama Imam Ismail Haqqi Burusuwi, ia menulis catatan tersebut didalam kitab beliau bernama Tafsir Ruh Al-Bayan (hal. 238, darul al-fikri).
Sedangkan yang mengatakan bahwa Qanturah adalah nenek moyang dari bangsa melayu Indonesia adalah berasal dari pendapat ahli sejawaran melayu dunia dalam sebuah kongres yang pernah diadakan pada tahun 1995, hasil kongres itu menyimpulkan bahwa Qanturah adalah nenek moyang dari bangsa melayu, hal ini dapat dilihat pada hasil kongres tersebut yang telah dijadikan dalam sebuah artikel, pada halaman 68 tahun 1995.
Anggapan yang berpendapat bahwa Qanturah adalah nenek moyang dari bangsa Bani Jawi (yaitu sebutan untuk suku Jawa melayu, sunda, sumatra, dan bugis) adalah diperkuat dengan sebuah penelitian yang pernah diadakan oleh beberapa Profesor dari Universitas UKM Malaysia.
Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa data tes DNA antara bangsa melayu atau umumnya Bani Jawi dengan DNA yang dimiliki oleh bangsa Euro-semetik yang selama ini diakui sebagai keturunan Nabi ibrahim keduanya memiliki kesamaan padad 27 % varian mediternanian, yaitu sebuah bangsa yang terletak pada pinggiran laut tengah, lokasi ini berada diantara Eropa dan Afrika.
Menurut sebuah manuskrip kuno, bangsa Melayu berasal dari keturunan Nabi Ibrahim AS dengan isteri ketiga beliau bernama Qantura/Siti Kenturah. Setelah wafatnya Sarah, Nabi Ishak AS telah merayu Nabi Ibrahim AS untuk menikah dengan ibu angkat beliau dari kerajaan Champa Kuno (bukan Champa Baru di era Angkor).
Akhirnya Nabi Ibrahim AS setuju dan menikah dengan Siti Qantura (Kenturah) dan telah dikurniakan oleh Allah 6 orang anak yaitu Zimran, Jokshan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah. Anak-anak mereka inilah menjadi nenek moyang dari bangsa Melayu/ Nusantara/Bani Jawi. Melayu diambil dari perkataan 'Mala' (nama bangsa asli Kenturah (Qanturah). Nama ini sama dengan nama yang tertulis dalam manuskrip yang diteliti oleh Ralph Olssen.
Bukan itu saja, keturunan Qanturah (Kenturah) inilah yang banyak tinggal di Tanah Melayu, Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi dan Mindanao. Semua tempat ini merupakan tempat yang mempunyai tulisan kuno yang diadaptasi dari tulisan Semitik kuno. Tulisan Rencong adalah tulisan resmi Melayu.
Jawa dan Bugis juga mempunyai tulisan yang hampir serupa. Agama resmi Melayu adalah agama Jawi. Agama Jawi adalah agama Monotheisme Nabi Ibrahim AS. Penggalian purbakala di sebuah daerah di Jordania menemukan kota purba yang bernama Jawi/Jawa. Qanturah (Kenturah) bukanlah ber-etnis Melayu. Walaupun beliau melahirkan bangsa Melayu, Qanturah (Kenturah) adalah dari bangsa Mala. Melayu adalah bangsa Mala yang mempunyai darah keturunan Nabi Ibrahim AS.
Semua bangsa seperti Jakun, Iban, Kadazan, Melanau, Bajau, dan seumpamanya adalah merupakan bangsa asal Mala. DNA bagi bangsa ini adalah 01m-19a. Ini menerangkan Kenturah mungkin berasal dari satu kerajaan purba yang dulu pernah ada di Timur ketika zaman Nabi Ibrahim AS.
Dapat kita ambil kesimpulan bahwa sesungguhnya Qanturah atau Kenturah adalah istri ke-3 Nabi Ibrahim dari Bangsa Melayu, yaitu kita dari Indonesia dan Malaysia, hal ini karena Bani Jawi telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan Malaysia. Kedua, para sejarawan dan ulama mengakui bahwa Qanturah adalah nenek moyang bangsa Melayu. Ketiga, Qanturah ada yang menyebutkan berasal dari bangsa Sumatra, tidak diketahui dari wilayah mana, namun pendapat ini dapat dilihat dari beberapa riwayat sejarawan dan ulama secara lisan.
Adapun mengenai istri ke-4 Nabi Ibrahim AS tidak banyak riwayat dalam buku atau kitab disebutkan. Oleh karena itu disini hanya dibahas pada istri ke-3 beliau saja.
Inilah fakta mengenai Istri ke-3 Nabi Ibrahim AS. Dan semua yang diungkapkan diatas adalah berasal dari kutipan referensi buku dan kitab yang akurat.
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan kisah Nabi Ibrahim AS dari berbagai sumber.
Bani Jawi Merupakan Misteri dan Teori Keturunan Nabi Ibrahim di Tanah Jawa.
Beberapa tahun belakangan ini, nama "Bani Jawi" mencuat sebagai topik perbincangan yang menarik di Indonesia, terutama terkait dengan teori mengenai asal-usul beberapa suku di Nusantara. Bani Jawi, yang sering dikaitkan dengan keturunan Nabi Ibrahim, mengundang berbagai spekulasi, baik dalam kalangan akademis maupun masyarakat umum. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai teori yang beredar tentang keberadaan Bani Jawi, serta bagaimana konsep ini berhubungan dengan sejarah dan kepercayaan masyarakat di Tanah Jawa.
Apa itu Bani Jawi ?
Bani Jawi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kelompok atau kaum yang dipercaya sebagai keturunan dari Nabi Ibrahim. Dalam bahasa Arab, "Bani" berarti kelompok atau kaum, sementara "Jawi" atau "Jiwi" diyakini berasal dari kata "Ji" yang berarti satu dan "Wi" yang berarti Tuhan. Artinya, Bani Jawi dapat dipahami sebagai kelompok yang meyakini Tuhan yang Maha Esa, sebuah konsep yang sesuai dengan ajaran monoteisme yang ada dalam agama Islam.
Teori Keturunan Nabi Ibrahim
Salah satu teori yang paling mencolok terkait dengan Bani Jawi adalah keyakinan bahwa orang Jawa, serta kelompok etnis lainnya seperti Melayu, Sunda, dan Bugis, adalah keturunan Nabi Ibrahim. Hal ini didasarkan pada beberapa kitab sejarah kuno, termasuk karya Ibnu al-Atsir, yang menyatakan bahwa bangsa-bangsa ini memiliki hubungan darah dengan Nabi Ibrahim melalui pernikahannya dengan seorang wanita yang berasal dari wilayah Asia Tenggara.
Konsep ini semakin diperkuat oleh teori yang mengatakan bahwa Bani Jawi berasal dari wilayah yang menggunakan sistem tulisan kuno yang mirip dengan tulisan Semitik. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak juga mengungkapkan bahwa ada kemiripan antara beberapa ciri fisik dan budaya masyarakat di Jawa dengan bangsa-bangsa yang berasal dari wilayah Timur Tengah.
Bukti DNA dan Persebaran Budaya
Beberapa pendukung teori ini juga menunjukkan adanya kesamaan dalam pola DNA antara orang Jawa dan bangsa Semitik Eropa. Meskipun ini masih menjadi perdebatan, beberapa peneliti merasa bahwa ada cukup bukti untuk mendukung gagasan bahwa peradaban kuno di Jawa mungkin memiliki hubungan dengan bangsa-bangsa yang berasal dari wilayah Semitik.
Tidak hanya itu, teori ini juga didasarkan pada persebaran ajaran monoteisme yang sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam di Tanah Jawa. Beberapa orang mengklaim bahwa ajaran-ajaran ini telah menjadi bagian dari budaya Jawa sejak lama, dan ada kesamaan prinsip antara ajaran-ajaran monoteisme kuno dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama Islam.
Kritikan terhadap Teori Bani Jawi
Namun, teori mengenai Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim tidak lepas dari kontroversi. Banyak pihak yang menanggapi klaim ini dengan skeptis. Mereka berpendapat bahwa bukti-bukti yang ada belum cukup untuk membuktikan teori ini secara ilmiah. Selain itu, kedatangan Islam di Jawa baru terjadi pada abad ke-7, jauh setelah penyebaran agama monoteisme di Timur Tengah. Oleh karena itu, banyak yang menganggap teori ini sebagai spekulasi yang tidak dapat dibuktikan secara akurat.
Kesimpulan
Misteri tentang Bani Jawi terus menjadi bahan perbincangan yang menarik. Walaupun berbagai teori tentang asal-usul suku-suku di Jawa dan Indonesia mengaitkan mereka dengan Nabi Ibrahim, klaim ini masih harus dibuktikan lebih lanjut dengan penelitian yang lebih mendalam. Namun, konsep Bani Jawi memberikan gambaran tentang bagaimana budaya dan sejarah masa lalu sering kali dihiasi dengan mitos dan kepercayaan yang terus berkembang dari generasi ke generasi.
Sebagai sebuah konsep yang menggabungkan sejarah, mitologi, dan agama, Bani Jawi menggambarkan betapa dalamnya hubungan antara identitas budaya dan keyakinan spiritual masyarakat di Indonesia. Apakah Bani Jawi benar-benar keturunan Nabi Ibrahim atau sekadar bagian dari tradisi dan mitos lokal, hal ini tetap menjadi bagian yang menarik dari warisan budaya Indonesia.
Batara Brahma Adalah Nabi Ibrahim, AS
Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.
Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.
Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.
Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.
Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim.
Brahma adalah Nabi Ibrahim
Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.
Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).
Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).
Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…
3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.
Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah
Yajurveda Ch. 40 V. 8 menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”
Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.
Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.
Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim
Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.
Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.
Sumber Referensi :
- Radartegal.disway.id, "5 Teori Keberadaan Bani Jawi, Katanya Keturunan Nabi Asli dari Jawa".
Artikel Imajiner Nuswantoro