Manuskrip Naskah Kuno Durma
Manuskrip adalah dokumen tertulis yang tidak dicetak atau diperbanyak dengan cara lain, dan memiliki arti penting bagi kebudayaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Dalam kajian Filologi, kata naskah dan manuskrip digunakan secara bergantian.
Sementara itu, Durma juga bisa merujuk pada tembang macapat yang bertemakan suasana seram, menakutkan, mencekam, dan horor. Tembang Durma memiliki watak yang keras, tegas, dan penuh dengan gejolak amarah.
Berikut adalah beberapa hal terkait Tembang Durma :
Kata "durma" berasal dari bahasa Jawa klasik yang artinya harimau.
Tembang Durma menggambarkan kisah manusia yang telah memperoleh kenikmatan dari tuhan dan berada dalam kondisi kecukupan.
Amanat tembang Durma adalah memberikan gambaran mengenai ikatan yang erat antara setiap manusia sebagai makhluk sosial.
Tembang Durma dibuat dengan aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya, seperti jumlah baris, suku kata, dan nada
Dalam mempelajari budaya Jawa, masyarakat Indonesia akan mempelajari tentang amanat tembang durma beserta contohnya. Tembang adalah salah satu karya sastra yang masih terus dilestarikan sampai saat ini.
Walaupun tembang tidak terkenal seperti di zaman dulu, tetapi masih ada beberapa masyarakat di Jawa yang masih menampilkan tembang di acara-acara tertentu. Setiap tembang yang ditampilkan memiliki makna tersendiri.
Pengertian dan Amanat Tembang Durma
Mengutip dari buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang, Bram Dalgunadi, (hal 115), pengertian tembang durma adalah berasal dari kata “durma”, yaitu bahasa Jawa klasik yang artinya harimau.
Sesuai dengan arti kata tersebut, tembang durma memiliki watak atau biasa digunakan dalam suasana seram. Biasanya, digunakan untuk menampilkan suasana yang menegangkan, horor, menakutkan, atau membuat miris.
Adapun amanat tembang durma adalah memberikan gambaran mengenai ikatan yang erat antara setiap manusia sebagai makhluk sosial. Jadi, dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia akan membutuhkan manusia yang lain.
Karena rasa saling bergantung ini membuat manusia merasa harus bertanggung jawab terhadap orang lain dan diri sendiri. Tanggung jawab utama yang harus dilakukan manusia adalah menghargai adanya perbedaan.
Setiap manusia tidak boleh memaksakan kehendak orang lain yang berbeda pandangan. Sikap tanggung jawab ini yang bisa menghilangkan rasa curiga atau berpikiran negatif dengan orang lain sehingga semua manusia bisa hidup dengan nyaman.
Sama dengan tembang jenis lainnya, tembang durma dibuat dengan aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, setiap manusia yang mendengar tembang durma harus memahami dengan benar amanat yang disampaikan.
Contoh Tembang Durma
Di bawah ini ada beberapa contoh tembang durma yang sering ditampilkan di acara tertentu masyarakat Jawa.
Contoh 1
Ingkang Eling Iku Ngelingake Marang
Sanak dulur kang lali
Kang nedya raharja
Mangkono tindak sira
Yen tan ngugu ya uwis
Teka menenga
Mung aja sok ngrasani
Contoh 2
Bener luput ala becik lawan beja
Cilaka mapan saking
Ing badan priyangga
Dudu saking wong liya
Pramila den ngati ati
Sakeh durgama
Singgahana den aglis
Walaupun tembang durma biasanya dibawakan di suasana yang menegangkan, tetapi masyarakat tetap harus mengerti amanat tembang durma agar bisa menerapkannya dalam kehidupan.
20 Contoh Tembang Durma dalam Bahasa Jawa
Ada beragam jenis tembang macapat yang dikenal dalam karya sastra Jawa. Kali ini akan diulas pengertian dan contoh tembang durma. Tembang merupakan lirik atau sajak yang memiliki irama nada. Salah satu jenis tembang macapat adalah tembang durma. Durma berasal dari bahasa Jawa klasik yang artinya macan atau harimau. Seperti arti namanya, tembang ini diperuntukkan untuk lirik-lirik dengan suasana seram, menakutkan, mencekam, membuat miris, horor, dan tegang.
Tembang durma memiliki aturan penulisan sebagai berikut :
Contoh Tembang Durma
Wadya bala Siyem kalawan Manila,
kagyatira tan sipi,
mundur tur uninga,
marang narendranira,
yen wonten sarpa gang prapti,
saking jro taman,
galak anerak baris.
Paman paman apa wartane ing ndalan
Ing ndalan akeh pepati
Mati kena apa
Mati suduk sarira
Ing jaja trusing gigir
Akari ragaBadan kari anglinthing
Taruh hidup ini dengan bersahaja
Bahagya disyukuri
Sapari-polahin peksi
Tak cathet sajroning batos
Damarwulan aja ngucireng ngayuda
Baliya sun anteni
Mangsa sun mundura
Lah Bisma den prayitna
Katiban pusaka mami
Mara tibakna Curiganira nuli (Langendriyan)
Risang sarpa uninga pinagut yuda,
sumebut andhatengi,
sumembur wisanya,
kadya riris sumebar,
wadya bala anadhahi,
surak gumerah,
lan tengara tinitir.
Angur silih den adu padha manungsa,
babegjan padha siji,
iku buron sarpa,
tan nganggo kira-kira,
lawan ora idhep wedi,
daya cilika,
gedhe sapuluh tiris.
Gumarudug anawat sela lir udan,
tanapi gada bindi,
kunta myang senjata,
tibeng angganing sarpa,
datan mantra anedhasi,
sangsaya krura,
molah amuter pethit,
Duk miarsa Subali madeg krodhanya,
sugal dennya nauri:apa talingira,
dene kabina-bina,
ambegmu angluluwihi,
ndhasmu tan kaprah,
buta gedheging bumi.
Maputeran panyabete kering kanan,
sinosog waos biting,
tan mantra tumama,
saya keh wadya bala,
kang ngemasi kapalipis,
kang teguh rosa,
picondhang mempis-mempis.
Alon matur mring kang paman
Sri Manila,dede wados puniki,paran karseng rama,
hulun datan kawagang,
ngandika Sri Bramasekti,
sira menenga,
ingsun arsa mungkasi.
Dhuk miarsa krodha prabu Dasamuka,
denira wre Subali,sedya ngluwihana,
lawan isining jagad,
nudingi asru dennya ngling,
kagila-gila,
si monyet ingkang pinrih.
Kadya kilat sisik mubyar kabaskaran,
yayah tinubing rukmi,sumiyut gumebyar,
nibani wadyabala,
sewu prajurit kaplipis,
remuk sumebar,
singlar-singlar keh mati.
Ing wusana bubar larut asar-saran,
tan kena den adhangi,
mring para punggawa,
ginebugan ameksa,
kang saweneh ana angling,
sapa kang kelar,
tumanggah mesthi mati.
Wadya wuri giniring mring ratunira,
bentet samya ngebyuki,
surak lir ampuhan,tambuh kehing gegaman,
sang naga molah nguwati,
nembur magalak,
hruning wisa lir riris.
Solahing kang yuda ananggulang sarpa,
tan mantra angawali,
malah keh picondhang,
duka prabu kalihnya,
mangsah ratanira gumrit,
mangekapada,menthang langkap pinusthi.
Datan kewran karya tangkising kagunan,
sang mindha sarpa nuli,manjongok angakak,
meh parek lawan rata,
sirahing naga ngungkuli,
rataning nata,
netra katon gumilir.
Diyu ditya manungsa sanadyan dewa,
nora keha nimbangi,
guna kuringaprang,
mengko monyet ngalunyat,
peksa lumuwih neng bumi,
lah kalahena,
wuk kuring aprang dhingin.
Sining jagad apa sira dhewe ingkang,
sineren guna sekti,
buta palawija,
migena wong atapa,
yen sira kudu ajurit,
lah tekakena,
budimu sun kembari.
Krodha prabu Rawana narik candrasa,
pinrang luput ngoncati,
Subali malumpat,
mbedhol wit gorarupa,
pinuter saengga giri,
Sri Dasamuka,
pinupuh angoncati.
Nateng Siyem kalawan nateng Manila,prapta tunggiling kardi,harsa amisesa,
marang randha Dhadhapan,
yata risang sarpa uning,
yen praptanira,
rising narpati kalih.
Manuskrip Naskah Kuno Durma
Manuskrip adalah dokumen tertulis yang tidak dicetak atau diperbanyak dengan cara lain, dan memiliki arti penting bagi kebudayaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Dalam kajian Filologi, kata naskah dan manuskrip digunakan secara bergantian.
Sementara itu, Durma juga bisa merujuk pada tembang macapat yang bertemakan suasana seram, menakutkan, mencekam, dan horor. Tembang Durma memiliki watak yang keras, tegas, dan penuh dengan gejolak amarah.
Berikut adalah beberapa hal terkait Tembang Durma :
Kata "durma" berasal dari bahasa Jawa klasik yang artinya harimau.
Tembang Durma menggambarkan kisah manusia yang telah memperoleh kenikmatan dari tuhan dan berada dalam kondisi kecukupan.
Amanat tembang Durma adalah memberikan gambaran mengenai ikatan yang erat antara setiap manusia sebagai makhluk sosial.
Tembang Durma dibuat dengan aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya, seperti jumlah baris, suku kata, dan nada
Dalam mempelajari budaya Jawa, masyarakat Indonesia akan mempelajari tentang amanat tembang durma beserta contohnya. Tembang adalah salah satu karya sastra yang masih terus dilestarikan sampai saat ini.
Walaupun tembang tidak terkenal seperti di zaman dulu, tetapi masih ada beberapa masyarakat di Jawa yang masih menampilkan tembang di acara-acara tertentu. Setiap tembang yang ditampilkan memiliki makna tersendiri.
Pengertian dan Amanat Tembang Durma
Mengutip dari buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang, Bram Dalgunadi, (hal 115), pengertian tembang durma adalah berasal dari kata “durma”, yaitu bahasa Jawa klasik yang artinya harimau.
Sesuai dengan arti kata tersebut, tembang durma memiliki watak atau biasa digunakan dalam suasana seram. Biasanya, digunakan untuk menampilkan suasana yang menegangkan, horor, menakutkan, atau membuat miris.
Adapun amanat tembang durma adalah memberikan gambaran mengenai ikatan yang erat antara setiap manusia sebagai makhluk sosial. Jadi, dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia akan membutuhkan manusia yang lain.
Karena rasa saling bergantung ini membuat manusia merasa harus bertanggung jawab terhadap orang lain dan diri sendiri. Tanggung jawab utama yang harus dilakukan manusia adalah menghargai adanya perbedaan.
Setiap manusia tidak boleh memaksakan kehendak orang lain yang berbeda pandangan. Sikap tanggung jawab ini yang bisa menghilangkan rasa curiga atau berpikiran negatif dengan orang lain sehingga semua manusia bisa hidup dengan nyaman.
Sama dengan tembang jenis lainnya, tembang durma dibuat dengan aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, setiap manusia yang mendengar tembang durma harus memahami dengan benar amanat yang disampaikan.
Contoh Tembang Durma
Di bawah ini ada beberapa contoh tembang durma yang sering ditampilkan di acara tertentu masyarakat Jawa.
Contoh 1
Ingkang Eling Iku Ngelingake Marang
Sanak dulur kang lali
Kang nedya raharja
Mangkono tindak sira
Yen tan ngugu ya uwis
Teka menenga
Mung aja sok ngrasani
Contoh 2
Bener luput ala becik lawan beja
Cilaka mapan saking
Ing badan priyangga
Dudu saking wong liya
Pramila den ngati ati
Sakeh durgama
Singgahana den aglis
Walaupun tembang durma biasanya dibawakan di suasana yang menegangkan, tetapi masyarakat tetap harus mengerti amanat tembang durma agar bisa menerapkannya dalam kehidupan.
20 Contoh Tembang Durma dalam Bahasa Jawa
Ada beragam jenis tembang macapat yang dikenal dalam karya sastra Jawa. Kali ini akan diulas pengertian dan contoh tembang durma. Tembang merupakan lirik atau sajak yang memiliki irama nada. Salah satu jenis tembang macapat adalah tembang durma. Durma berasal dari bahasa Jawa klasik yang artinya macan atau harimau. Seperti arti namanya, tembang ini diperuntukkan untuk lirik-lirik dengan suasana seram, menakutkan, mencekam, membuat miris, horor, dan tegang.
Tembang durma memiliki aturan penulisan sebagai berikut :
Contoh Tembang Durma
Wadya bala Siyem kalawan Manila,
kagyatira tan sipi,
mundur tur uninga,
marang narendranira,
yen wonten sarpa gang prapti,
saking jro taman,
galak anerak baris.
Paman paman apa wartane ing ndalan
Ing ndalan akeh pepati
Mati kena apa
Mati suduk sarira
Ing jaja trusing gigir
Akari ragaBadan kari anglinthing
Taruh hidup ini dengan bersahaja
Bahagya disyukuri
Sapari-polahin peksi
Tak cathet sajroning batos
Damarwulan aja ngucireng ngayuda
Baliya sun anteni
Mangsa sun mundura
Lah Bisma den prayitna
Katiban pusaka mami
Mara tibakna Curiganira nuli (Langendriyan)
Risang sarpa uninga pinagut yuda,
sumebut andhatengi,
sumembur wisanya,
kadya riris sumebar,
wadya bala anadhahi,
surak gumerah,
lan tengara tinitir.
Angur silih den adu padha manungsa,
babegjan padha siji,
iku buron sarpa,
tan nganggo kira-kira,
lawan ora idhep wedi,
daya cilika,
gedhe sapuluh tiris.
Gumarudug anawat sela lir udan,
tanapi gada bindi,
kunta myang senjata,
tibeng angganing sarpa,
datan mantra anedhasi,
sangsaya krura,
molah amuter pethit,
Duk miarsa Subali madeg krodhanya,
sugal dennya nauri:apa talingira,
dene kabina-bina,
ambegmu angluluwihi,
ndhasmu tan kaprah,
buta gedheging bumi.
Maputeran panyabete kering kanan,
sinosog waos biting,
tan mantra tumama,
saya keh wadya bala,
kang ngemasi kapalipis,
kang teguh rosa,
picondhang mempis-mempis.
Alon matur mring kang paman
Sri Manila,dede wados puniki,paran karseng rama,
hulun datan kawagang,
ngandika Sri Bramasekti,
sira menenga,
ingsun arsa mungkasi.
Berikut Makna Tembang Durma.
Durma mampu memberikan gambaran ikatan yang sangat erat dan kuat antar manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam melakoni kehidupannya, hampir semua manusia mempunyai ketergantungan pada manusia yang lain.
Adanya ketergantungan ini seringkali membuat manusia seperti merasa dituntut agar bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Terkait tanggung jawab paling utama adalah dalam kehidupan manusia adalah menghargai adanya perbedaan. Manusia tidak boleh memaksakan kehendak sesuai dengan kemauan dirinya sendiri.
Sifat tanggung jawab hendaknya selalu diutamakan karena dia mampu melahirkan rasa nyaman sekalian rasa yakin terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Dengan senantiasa memegang teguh rasa bertanggung-jawab ikatan ketergantungan antara manusia dengan sesamanya juga jadi serasi serta harmonis.
Sehingga dapat dikatakan tanggungjawab inilah yang mampu melenyapkan rasa saling curiga serta buruk sangka dalam kehidupan manusia.
Saling percaya dan senantiasa bertanggungjawab atas tugas yang diembannya merupakan senjata utama manusia dalam melestarikan jenisnya selama ribuan tahun lamanya.
Seperti tembang macapat lainnya penciptaan tembang durma diikat dengan aturan yang telah ditetapkan sejak dulu kala. Terkait dengan aturan atau paugeran yang mengikat dalam penciptaan tembang durma adalah sebagai berikut :
Paugeran Tembang Durma
Tembang durma memiliki paugeran sebagai berikut :
Guru Gatra
Jumlah gatra yang dimiliki tembang durma sebanyak tujuh.
Guru Lagu
Gatra 1 = a
Gatra 2 = i
Gatra 3 = a
Gatra 4 = a
Gatra 5 = i
Gatra 6 = a
Gatra 7 = a
Guru Wilangan
Gatra 1 = 12 kata
Gatra 2 = 7 kata
Gatra 3 = 6 kata
Gatra 4 = 7 kata
Gatra 5 = 8 kata
Gatra 6 = 5 kata
Gatra 7 = 7 kata
Setelah mengetahui paugeran atau aturan yang ada dalam tembang durma. Sekarang kamu dapat membuat tembang durma versimu sendiri.
Berbagai Contoh Tembang Durma Beserta Artinya :
Ingkang eling Iku ngelingake marang
sanak dulur kang lali
Kang nedya raharja
Mangkono tindak sira
Yen tan ngugu ya uwis
Teka menenga
Mung aja sok ngrasani
Artinya :
Yang sadar itu ingatlah pada
sanak saudara yang lupa
cuma ingin hidup sejahtera
itulah yang harus dilakukan
kalau tidak percaya ya sudah
Tinggal diam saja
Hanya jangan membicarakannya di belakang
Bener luput ala becik lawan beja
cilaka mapan saking
ing badan priyangga
dudu saking wong liya
pramila den ngati ati
sakeh durgama
singgahana den aglis
Artinya :
Benar, salah, kurang baik, baik,
demikian juga keberuntungan
celaka bersemayam dari
dalam dirinya sendiri
bukan dari orang lain
buat itu barhati- hatilah
dari banyaknya bahaya
menyingkirlah lekas
Babo babo teka age tandhingana
Sun prajurit linuwih
Sekti mandraguna
Prawira ing ngayuda
Kang tandhing haywa lumaris
Tan wurung sira
Sirna ndepani bumi
Artinya :
Mari kesini lekas lawanlah
Saya prajurit mumpuni
sakti mandraguna
kesatria dalam peperangan
yang melawan telah banyak
pada kesimpulannya kamupun
mati tersungkur di tanah
Ingkang eling Iku ngelingana marang
sanak kadang kang lali
Den nedya raharja
Mangkono tindak ira
Yen tan ngugu ya uwis
Teka menenga
Mung aja sok ngrasani
Artinya :
Yang sadar itu ingatlah pada
sanak saudara yang lupa
cuma ingin hidup sejahtera
itulah yang harus dilakukan
kalau tidak percaya ya sudah
Tinggal diam saja
Bener luput ala becik lawan beja
Cilaka mapan saking
Ing badan priyangga
Dudu saking wong liya
Pramila den ngati ati
Sakeh durgama
Singgahana den aglis
Artinya :
Benar salah, buruk baik, dan beruntung,
atau celaka sebenarnya berasal dari,
diri sendiri,
bukan dari orang lain.
Maka dari itu berhati-hatilah,
semua fitnah,
dihindari dan diingat selalu
Ingkang tansah eling mring lampah utama
Nut kandhanipun ati
Ja ngenut angkara
Kudu bisa kok singkiri
Godhane setan
Sing sok ngapusi ati
Artinya :
Ingatlah selalu perilaku utama
Ikutilah kata hati
Jangan mengikuti angkara
Harus bisa kamu hindari
Godaan setan
Yang kadang menipu hati
Susah lan seneng nggeguyu bebarengan
Ing tengahipun wengi
Ngunjukake donga
Marang Gusti Pangeran
Kang njagi jagad saisi
Duk jaman kuna
Tekan jaman saiki
Artinya :
Susah dan senang tertawa bersama
Di tengah malam
Melantunkan donga
Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
Yang menjaga dunia
Sejak jaman kuna
Hingga jaman sekarang
Nyawang langit kang nembe kelangan surya
Sedhih rasane ati
Akeh wong kang gela
Merga ngrasa kapusan
Janjine mung kari janji
Getun tan guna
Wis aja dibaleni
Artinya :
Memandang langit yang baru kehilangan matahari
Sedhih rasanya hati
Banyak orang yang kecewa
Karena merasa tertipu
Janji tingglah janji
Menyesal sudah tiada berguna
Jangan diulangi lagi
Nyawang langit wengi rinenggan rembulan
Tentrem rasane ati
Samungkure ndonga
Mring kang Maha Kuasa
Ing alam kang padhang iki
Aja sumelang
Marang petenge wengi
Artinya
Memandang langit malam yang berhiaskan rembulan
Tentramlah hatiku
Setelah memanjatkan doa
Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
Di alam yang terang ini
Jangan khawatir
Dengan gelapnya malam
Nganti sesuk kapan anggenku ndedonga
Bakal trus daklampahi
Nadyan nyawa oncat
Bakal terus ndedonga
Mring Gusti Kang Maha Suci
Gusti Kang Nyata
Ngripta jagad saisi
Artinya :
Sampai besuk kapan aku berdoa
Akan terus kulakukan
Meski nyawa ini pergi
Aku akan terus berdoa
Kepada Tuhan Yang Maha Suci
Tuhan Yang Nyata
Menciptakan dunia dan seisinya
Imajiner Nuswantoro
ꦆꦩꦗꦶꦤꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ê¦ ꦺꦴꦫꦺꦴ
Berikut penulis sajikan Manuskrip Naskah Kuno Durma dalam bentuk PDF (Free Download) :