Manuskrip Naskah Kuno Gita Aji Kembang
Mengisahkan tentang nama-nama wuku dengan keterangannya, sampai pada matinya Dhadhungawuk. Disalin oleh raden mas sanusi di Batavia tahun 1870 dari naskah kropak no.184 dengan huruf budha dan berbahasa Kawi, ke dalam huruf Jawa dengan bahasa dan isi sesuai dengan naskah babon.
Kidung Aji Kembang (versi Sastra Bali)
1. Kidung Aji Kembang merupakan kidung yang tergolong jenis kidung pitra yadnya yang terdiri dari sembilan bait.
2. Dilihat dari fungsi estetis, dalam kidung Aji Kembang terdapat kata-kata hias serta kalimat-kalimat yang menjadi cirri khas kidung tersebut. Seperti misalnya ada suatu kalimat yang diulang dari bait pertama sampai bait ke sembilan.
3. Pada fungsi kepadatan, dalam kidung Aji Kembang dilambangkan dengan suatu pesan atau harapan pengarang agar orang yang telah meninggal, apabila dilahirkan kembali mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
4. Pada fungsi ekspresi tidak langsung merupakan ekspresi yang diungkapkkan oleh pengarang secara tidak vulgar. Ketiklangsungan ekspresi dalam puisi biasanya disebabkan oleh tiga hal yaitu: penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti.
Dalam kidung Aji kembang Ekspresi tidak langsung hanya ditemukan dalam hal penggantian arti dan penyimpangan arti 3.2 Saran Kepada masyarakat secara umum kami mengharapkan lebih menggemari untuk membaca kidung, karena dalam kidung banyak terkandung nilai-nilai. Harapan masyarakat Bali untuk memperbanyak penelitian dalam kidung karena masih banyak terdapat kekeliruan penafsiran tentang makna dalam kidung. Selain itu keterbatasan literature yang membicarakan tentang kidung juga menjadi penyebab langkanya penelitian tentang kidung itu sendiri.
Berikut Manuskrip Naskah Kuno Gita Aji Kembang dalam bentuk PDF (Free Download) :