KITAB SERAT WIRID HIDAYAT JATI
Wejangan ke-1 Ananing Dhat
Nasehat ke-1 Adanya Dzat
"Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, ora ono Pangeran, anging Ingsun Sajatine Dhat Kang Maha suci anglimputi ing sipat Ingsun, anartani ing asman Ingsun, amratandhani ing af’al Ingsun."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦎꦫꦄꦤꦄꦥꦄꦥꦄꦮꦶꦠ꧀ꦝꦸꦏ꧀ꦩꦏ꧀ꦱꦶꦃꦄꦮꦁꦈꦮꦸꦁꦣꦸꦫꦸꦁꦄꦤꦱꦮꦶꦗꦶꦮꦶꦗꦶ꧈ꦏꦁꦄꦤꦣꦶꦔꦶꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦎꦫꦎꦤꦺꦴꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦄꦔꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦣꦠ꧀ꦏꦁꦩꦲꦱꦸꦕꦶꦄꦁꦭꦶꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦆꦁꦱꦶꦥꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦂꦠꦤꦶꦆꦁꦄꦱ꧀ꦩꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦩꦿꦠꦤ꧀ꦝꦤꦶꦆꦁꦄꦥ꦳꧀’ꦄꦭ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈"
Tegesipun :
"Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU."
Nasehat di atas menunjukkan kepada kita bahwa pada mulanya alam semesta ini tidak ada, semuanya masih sunyi hampa (awang-uwung), yang paling dahulu ada adalah AKU (Allah). Jadi tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya AKU (Allah), dalam ajaran agama Islam biasa disebut bahwa Allah bersifat Qidam (Dahulu tidak ada yang mendahului), dan AKU (Allah) adalah sumber dari segala sesuatu.
Wejangan ke-2 Wahananing Dhat
Nasehat ke-2 Tempat Dzat
"Sajatine Ingsun dhat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji dadi pada sanalika sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning af’al Ingsun kang minangka bebukaning iradat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratu’lyakin tumuwuh ing sajroning alam adammakdum ajali abadi, Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh idlafi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalarat Ingsun."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦝꦠ꧀ꦏꦁꦄꦩꦸꦂꦧꦄꦩꦶꦱꦺꦱꦏꦁꦏꦮꦱꦄꦤꦶꦠꦲꦏꦺꦱꦮꦶꦗꦶꦮꦶꦗꦶꦣꦝꦶꦥꦣꦱꦤꦭꦶꦏꦱꦩ꧀ꦥꦸꦂꦤꦱꦏꦏꦺꦴꦣꦿꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦆꦁꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦮꦸꦱ꧀ꦏꦚꦠꦤ꧀ꦥꦿꦠꦤ꧀ꦝꦤꦶꦁꦄꦥ꦳꧀’ꦄꦭ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦩꦶꦤꦁꦏꦧꦼꦧꦸꦏꦤꦶꦁꦆꦫꦣꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦣꦶꦔꦶꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦶꦠꦲꦏꦺꦏꦪꦸꦄꦫꦤ꧀ꦱꦗꦫꦠꦸ’ꦭꦾꦏꦶꦤ꧀ꦠꦸꦩꦸꦮꦸꦃꦆꦁꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦄꦭꦩ꧀ꦄꦣꦩ꧀ꦩꦏ꧀ꦝꦸꦩ꧀ꦄꦗꦭꦶꦄꦧꦣꦶ꧈ꦤꦸꦭꦶꦕꦲꦾꦄꦫꦤ꧀ꦤꦸꦂꦩꦸꦲꦩ꧀ꦩꦣ꧀ꦤꦸꦭꦶꦏꦕꦄꦫꦤ꧀ꦩꦶꦂꦲꦠꦸꦭ꧀ꦏꦪꦻ꧈ꦤꦸꦭꦶꦚꦮꦄꦫꦤ꧀ꦫꦺꦴꦃꦆꦣ꧀ꦭꦥ꦳ꦶ꧈ꦤꦸꦭꦶꦣꦩꦂꦄꦫꦤ꧀ꦏꦤ꧀ꦝꦶꦭ꧀ꦤꦸꦭꦶꦱꦼꦱꦺꦴꦠꦾꦄꦫꦤ꧀ꦝꦫꦃ꧈ꦤꦸꦭꦶꦣꦶꦤ꧀ꦝꦶꦁꦗꦭꦭ꧀ꦄꦫꦤ꧀ꦏꦶꦗꦧ꧀꧈ꦆꦏꦸꦏꦁꦩꦶꦤꦁꦏꦮꦫꦤꦤꦶꦁꦏꦭꦫꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈"
Tegesipun :
"Sesungguhnya AKU (Allah) adalah dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasaKU (Allah), di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratulyakin tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya. Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera (damar) bernama ‘Kandil’, lalu Permata (sesotya) bernama Darah, lalu dinding pembatas bernama Hijab. Itu sebagai tempat kekuasaanKU (Allah)."
Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al)KU (Allah).
1. Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama SajaratulYakin, mungkin yang dimaksudkan adalah sajaratulkaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan.
2. Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Menurut beberapa ahli, nur muhammad ini merupakan bibit alam semesta. Nur Muhammad dimaksudkan adalah bukan sebagai cahaya dari muhammad, nabinya orang Islam, melainkan secara bahasa berarti cahaya yang terpuji, sehingga dikatakan semua ciptaan pasti berasal dari nur muhammad ini, mengandung nur muhammad. Hal itu pula yang mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa dalam tingkatan tertentu kebenaran hanyalah satu, adanya ajaran-2 yang berbeda setelah mencapai tahap tertentu ternyata sama belaka, karena bersumber dari dari Cahaya yang terpuji, cahaya kebenaran, yaitu Nur Muhammad.
3. Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratulhayai (Cermin Kehidupan atau Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya dapat melihat wujudnya, yang mengakibatkan dirinya bergetar hebat dan berkeringat, dari tetesan keringat inilah makhluk hidup berasal.
4. Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
5. Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
6. Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah
7. Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab. Hijab ini sendiri dalam keilmuan banyak jenisnya.
Wejangan ke-3 Kahananing Dat
Nasehat ke-3 Keadaan Dzat
"Sajatine manungsa iku rahsan Ingsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦩꦤꦸꦁꦱꦆꦏꦸꦫꦃꦱꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦭꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦆꦏꦸꦫꦃꦱꦤꦶꦁꦩꦤꦸꦁꦱ꧈ꦏꦫꦤꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦶꦠꦲꦏꦺꦄꦣꦩ꧀ꦄꦱꦭ꧀ꦱꦏꦄꦤꦱꦶꦂꦥꦠꦁꦥꦿꦏꦫ꧈ꦧꦸꦩꦶ꧈ꦒꦼꦤꦶ꧈ꦄꦔꦶꦤ꧀ꦧꦚꦸ꧉ꦆꦏꦸꦏꦁꦣꦝꦶꦏꦮꦸꦗꦸꦣꦤꦶꦁꦱꦶꦥꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦆꦁꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦥꦚ꧀ꦗꦶꦔꦶꦩꦸꦣꦃꦭꦶꦩꦁꦥꦿꦏꦫ꧈ꦤꦸꦂ꧈ꦫꦃꦱ꧈ꦫꦺꦴꦃ꧈ꦤꦥ꧀ꦱꦸ꧈ꦧꦸꦣꦶ꧉ꦆꦪꦆꦏꦸꦩꦶꦤꦁꦏꦮꦫꦤꦤꦶꦁꦮꦗꦃꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦩꦲꦱꦸꦕꦶ꧉"
Tegesipun :
"Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang maha suci."
Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)
- alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
- lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
- lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
- ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-hal yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
- Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
- Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan
- Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (bhs jawa : karep)
- Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal
- Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
- Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
- Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
- Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
- Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
- Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
- Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
- Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
- Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
- Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
- Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba (jawa : mudah) sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
- Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
- Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
- Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
- Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
- Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-2 Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.
Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur
Nasehat ke-4 Pembukaan tahta dalam baitulmakmur
"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning paramejang Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran, ananging Ingsun, dhat kang nglimputi ing kahanan jati."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦠꦩꦭꦶꦒꦺꦄꦤꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦧꦼꦠꦭ꧀ꦩꦏ꧀ꦩꦸꦂ꧈ꦆꦏꦸꦎꦩꦃꦄꦼꦁꦒꦺꦴꦤꦶꦁꦥꦫꦩꦺꦗꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦗꦸꦩꦼꦤꦼꦁꦄꦤꦱꦶꦫꦲꦶꦁꦄꦣꦩ꧀꧈ꦏꦁꦄꦤꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦱꦶꦫꦃꦆꦏꦸꦣꦶꦩꦏ꧀ꦪꦻꦏꦸꦈꦠꦺꦏ꧀ꦏꦁꦄꦤꦄꦤ꧀ꦠꦫꦤꦶꦁꦈꦠꦺꦏ꧀ꦆꦏꦸꦩꦤꦶꦏ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦩꦤꦶꦏ꧀ꦆꦏꦸꦧꦸꦣꦶ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦧꦸꦣꦶꦆꦏꦸꦤꦥ꧀ꦱꦸ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦤꦥ꧀ꦱꦸꦆꦏꦸꦱꦸꦏ꧀ꦱ꧀ꦩ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦱꦸꦏ꧀ꦱ꧀ꦩꦆꦏꦸꦫꦃꦱ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦫꦃꦱꦆꦏꦸꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦎꦫꦄꦤꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦄꦤꦔꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦣꦠ꧀ꦏꦁꦔ꧀ꦭꦶꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦆꦁꦏꦲꦤꦤ꧀ꦗꦠꦶ꧉"
Tegesipun :
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya."
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-2 reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
- Yang pertama ‘manik’
- Di dalam manik terdapat budi
- Dalam budi terdapat nafsu
- Dalam nafsu terdapat suksma
- Dalam suksma terdapat rahsa
- Dalam rahsa terdapat AKU (Allah)
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU (Allah), dzat yang meliputi segalanya.
Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram
"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning baitalmukarram, iku omah enggoning lelaraning Ingsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rasa, sajroning rasa iku Ingsun. Ora ana pangeran anaging Ingsun dhat kang anglimputi ing kahanan jati."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦠꦩꦭꦶꦒꦺꦄꦤꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦧꦻꦠꦭ꧀ꦩꦸꦏꦂꦫꦩ꧀ꦆꦏꦸꦎꦩꦃꦄꦼꦁꦒꦺꦴꦤꦶꦁꦊꦭꦫꦤꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦗꦸꦩꦼꦤꦼꦁꦄꦤꦆꦁꦣꦝꦤꦶꦁꦒ꧀ꦄꦣꦩ꧀꧈ꦏꦁꦄꦤꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦣꦝꦆꦏꦸꦄꦠꦶ꧈ꦏꦁꦄꦤꦄꦤ꧀ꦠꦫꦤꦶꦁꦄꦠꦶꦆꦏꦸꦗꦤ꧀ꦠꦸꦁ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦗꦤ꧀ꦠꦸꦁꦆꦏꦸꦧꦸꦣꦶ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦧꦸꦣꦶꦆꦏꦸꦗꦶꦤꦼꦩ꧀ꦪꦻꦏꦸꦄꦔꦺꦤ꧀ꦄꦔꦺꦤ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦄꦔꦺꦤ꧀ꦄꦔꦺꦤ꧀ꦆꦏꦸꦱꦸꦏ꧀ꦱ꧀ꦩ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦱꦸꦏ꧀ꦱ꧀ꦩꦆꦏꦸꦫꦱ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦫꦱꦆꦏꦸꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈ꦎꦫꦄꦤꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦄꦤꦒꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦝꦠ꧀ꦏꦁꦄꦁꦭꦶꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦆꦁꦏꦲꦤꦤ꧀ꦗꦠꦶ꧉"
Tegesipun :
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan-2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya."
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
- Pertama hati (kalbu)
- Di antara hati terdapat jantung,
- Di dalam jantung ada budi
- Di dalam budi ada angan-2
- Di dalam angan-2 ada suksma
- Di dalam suksma ada rahsa
- Di dalam rahsa ada AKU
Di atas dikatakan bahwa jantung terdapat di antara hati. Yang dimaksud dengan hati ini bukanlah lever atau hati secara fisik, melainkan hati secara maknawi, karena pada diri manusia ada terdapat lebih dari satu hati, yang menurut keilmuan ada yang namanya hati puat, hati suwedhi, dll.
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dala manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb telah jauh tersesat.
Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas
Nasehat ke-6 Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas
"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucen Ingsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan iku nutfah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rasa, sajroning rasa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dhat kang anglimputi ing kahanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, alam wahdat, alam wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa kang sampurna, yaiku sajatining sipat Ingsun."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦱꦗꦠꦶꦤꦺꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦠꦩꦭꦶꦒꦺꦄꦤꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦧꦼꦠꦭ꧀ꦩꦸꦏꦣꦱ꧀ꦆꦏꦸꦎꦩꦃꦄꦼꦁꦒꦺꦴꦤꦶꦁꦥꦱꦸꦕꦺꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦗꦸꦩꦼꦤꦼꦁꦄꦤꦆꦁꦏꦺꦴꦤ꧀ꦛꦺꦴꦭꦶꦁꦄꦣꦩ꧀꧈ꦏꦁꦄꦤꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦏꦺꦴꦤ꧀ꦛꦺꦴꦭ꧀ꦆꦏꦸꦥꦿꦶꦤ꧀ꦱꦶꦭꦤ꧀ꦏꦁꦄꦤꦆꦁꦄꦤ꧀ꦠꦫꦤꦶꦁꦥꦿꦶꦁꦱꦶꦭꦤ꧀ꦆꦏꦸꦤꦸꦠ꧀ꦥ꦳ꦃ꧈ꦪꦻꦏꦸꦩꦤꦶ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦩꦤꦶꦆꦏꦸꦩꦣꦶ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦩꦣꦶꦆꦏꦸꦮꦣꦶ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦮꦣꦶꦆꦏꦸꦩꦤꦶꦏꦺꦩ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦩꦤꦶꦏꦺꦩ꧀ꦆꦏꦸꦫꦱ꧈ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦫꦱꦆꦏꦸꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈ꦎꦫꦄꦤꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦄꦔꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦝꦠ꧀ꦏꦁꦄꦁꦭꦶꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦆꦁꦏꦲꦤꦤ꧀ꦗꦠꦶ꧈ꦗꦸꦩꦼꦤꦼꦁꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁꦤꦸꦏꦠ꧀ꦒꦆꦧ꧀ꦠꦸꦩꦸꦫꦸꦤ꧀ꦝꦣꦶꦗꦺꦴꦲꦂꦄꦮꦭ꧀ꦆꦁꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦮꦲꦤꦤꦶꦁꦄꦭꦩ꧀ꦄꦏꦣꦶꦪꦠ꧀ꦄꦭꦩ꧀ꦮꦃꦣꦠ꧀ꦄꦭꦩ꧀ꦮꦏꦶꦣꦶꦪꦠ꧀ꦄꦭꦩ꧀ꦄꦂꦮꦃ꧈ꦄꦭꦩ꧀ꦩꦶꦱꦭ꧀ꦄꦭꦩ꧀ꦄꦗ꧀ꦱꦩ꧀ꦄꦭꦩ꧀ꦆꦤ꧀ꦱꦤ꧀ꦏꦩꦶꦭ꧀ꦣꦝꦶꦤꦶꦁꦩꦤꦸꦁꦱꦏꦁꦱꦩ꧀ꦥꦸꦂꦤ꧈ꦪꦻꦏꦸꦱꦗꦠꦶꦤꦶꦁꦱꦶꦥꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈"
Tegesipun :
"Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU."
Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqaddas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal-2 sebagai berikut :
- Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
- Madi yang merupakan sari dari mani
- Wadi sebagai sari dari madi
- Manikem sebagai sari dari wadi
- Di dalam manikem ada rahsa
- Di dalam rahsa ada AKU.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu
- Pertama alam ahadiyah
- Kedua wahdat
- Ketiga wahidiyah
- Keempat arwah
- Kelima misal
- Keenam ajsam
- Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).
Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman
Nasehat ke-7 Penetapan iman sentosa
"Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran ananging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun."
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦺꦏ꧀ꦱꦺꦤꦶꦱꦠꦸꦲꦸꦤꦺꦎꦫꦄꦤꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦄꦤꦔꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦭꦤ꧀ꦄꦤꦺꦏ꧀ꦱꦺꦤꦶꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦱꦠꦸꦲꦸꦤꦺꦩꦸꦲꦩ꧀ꦩꦣ꧀ꦆꦏꦸꦈꦠꦸꦱꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈"
Tegesipun :
"AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusanKU."
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan Muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.
Wejangan ke-8 Sasahidan
Nasehat ke-8 Sahadat/kesaksian
"Ingsun anekseni ing Dhat Ingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badan Ingsun, rasul iku rasane Ingsun, muhammad iku cahayaning Ingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora kerasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodrat Ingsun."
꧋"ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦄꦤꦺꦏ꧀ꦱꦺꦤꦶꦆꦁꦣꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦝꦼꦮꦼ꧈ꦱꦠꦸꦲꦸꦤꦺꦎꦫꦄꦤꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦄꦔꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦭꦤ꧀ꦄꦤꦺꦏ꧀ꦱꦺꦤꦶꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦱꦠꦸꦲꦸꦤꦺꦩꦸꦲꦩ꧀ꦩꦣ꧀ꦆꦏꦸꦈꦠꦸꦱꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈ꦆꦪꦱꦼꦗꦠꦶꦤꦺꦏꦤ꧀ꦄꦫꦤ꧀ꦄꦭ꧀ꦭꦃꦆꦏꦸꦧꦣꦤ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦫꦱꦸꦭ꧀ꦆꦏꦸꦫꦱꦤꦺꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦩꦸꦲꦩ꧀ꦩꦣ꧀ꦆꦏꦸꦕꦲꦪꦤꦶꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈ꦆꦪꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦈꦫꦶꦥ꧀ꦠꦤ꧀ꦏꦼꦤꦆꦁꦥꦠꦶ꧈ꦆꦪꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦌꦭꦶꦁꦠꦤ꧀ꦏꦼꦤꦆꦁꦭꦭꦶ꧈ꦆꦪꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦭꦁꦒꦼꦁꦎꦫꦏꦼꦤꦎꦮꦃꦒꦶꦁꦱꦶꦂꦆꦁꦏꦲꦤꦤ꧀ꦗꦠꦶ꧈ꦆꦪꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦮꦱ꧀ꦏꦶꦛ꧈ꦎꦫꦏꦱꦩꦫꦤ꧀ꦆꦁꦱꦮꦶꦗꦶꦮꦶꦗꦶ꧉ꦆꦪꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦄꦩꦸꦂꦧꦄꦩꦶꦱꦺꦱ꧈ꦏꦁꦏꦮꦱꦮꦶꦕꦏ꧀ꦱꦤꦎꦫꦏꦼꦏꦸꦫꦔꦤ꧀ꦆꦁꦥꦏꦺꦂꦛꦶ꧈ꦧꦾꦂꦱꦩ꧀ꦥꦸꦂꦤꦥꦣꦁꦠꦼꦫꦮꦔꦤ꧀ꦎꦫꦏꦼꦫꦱꦄꦥꦄꦥ꧈ꦎꦫꦄꦤꦏꦠꦺꦴꦤ꧀ꦄꦥꦄꦥ꧈ꦄꦩꦸꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦏꦁꦄꦁꦭꦶꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦆꦁꦄꦭꦩ꧀ꦏꦧꦺꦃꦏꦭꦮꦤ꧀ꦏꦺꦴꦣꦿꦠ꧀ꦆꦁꦱꦸꦤ꧀꧈"
"AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU."
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.
Wirid Hidayat Jati untuk Kaum Hawa
"Ing ngandhap punika wonten wirayating guru. Manawi amedharaken rahsaning betal mukadas, ing ngatasipun amejang dhateng tiyang estri wenang kiniyasaken makaten."
꧋"ꦆꦁꦔꦤ꧀ꦝꦥ꧀ꦥꦸꦤꦶꦏꦮꦺꦴꦤ꧀ꦠꦺꦤ꧀ꦮꦶꦫꦪꦠꦶꦁꦒꦸꦫꦸ꧉ꦩꦤꦮꦶꦄꦩꦺꦣꦫꦏꦺꦤ꧀ꦫꦃꦱꦤꦶꦁꦧꦼꦠꦭ꧀ꦩꦸꦏꦣꦱ꧀ꦆꦁꦔꦠꦱꦶꦥꦸꦤ꧀ꦄꦩꦺꦗꦁꦣꦠꦺꦁꦠꦶꦪꦁꦄꦼꦱ꧀ꦠꦿꦶꦮꦼꦤꦁꦏꦶꦤꦶꦪꦱꦏꦺꦤ꧀ꦩꦏꦠꦺꦤ꧀꧈"
"Wirid Hidayat jati pertama tama memang diajarkan pada kaum Adam, lalu selanjutnya ada murid perempuan yang menginginkan wirid ajaran tersebut, maka menurut petunjuk dirubahlah wirid tersebut khusus untuk kaum hawa."
"Ing nalika ingkang maha suci karsa anata malige wonten salebeting betal mukadas, jumeneng ing baganipun siti khawa. punika ingkang wonten salebeting baga, purana."
"Ketika Hyang Maha Suci berkehendak menata di dalam betalmukhadas, maka Dia Jumeneng (berdiri) dalam badan wanita (siti khawa),yaitu di dalam kandungan."
"Ingkang wonten ing ngantawisipun purana, reta: inggih punika mani, salebeting mani, madi, salebeting madi, wadi. Salebeting wadi manikem. Salebeting manikem, rahsa. Salebeting rahsa punika dating Atma, ingkang anglimputi ing kahanan jati."
꧋"ꦆꦁꦏꦁꦮꦺꦴꦤ꧀ꦠꦺꦤ꧀ꦆꦁꦔꦤ꧀ꦠꦮꦶꦱꦶꦥꦸꦤ꧀ꦥꦸꦫꦤ꧈ꦉꦠ꧇ꦆꦁꦒꦶꦃꦥꦸꦤꦶꦏꦩꦤꦶ꧈ꦱꦭꦺꦧꦺꦠꦶꦁꦩꦤꦶ꧈ꦩꦣꦶ꧈ꦱꦭꦺꦧꦺꦠꦶꦁꦩꦣꦶ꧈ꦮꦣꦶ꧉ꦱꦭꦺꦧꦺꦠꦶꦁꦮꦣꦶꦩꦤꦶꦏꦺꦩ꧀꧈ꦱꦭꦺꦧꦺꦠꦶꦁꦩꦤꦶꦏꦺꦩ꧀ꦫꦃꦱ꧉ꦱꦭꦺꦧꦺꦠꦶꦁꦫꦃꦱꦥꦸꦤꦶꦏꦣꦠꦶꦁꦄꦠ꧀ꦩ꧈ꦆꦁꦏꦁꦄꦁꦭꦶꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦆꦁꦏꦲꦤꦤ꧀ꦗꦠꦶ꧉"
"Kemudian diantara purana (kandungan?)terdapatlah indung telur (reta), yaitu mani, dalam mani ada madi, dalam madi ada wadi, dalam wadi ada manikem, dalam manikem ada rahsa. Dalam rahsa ini adalah dating Atma, yang berkuasa penuh akan kesejatian."
Jadi sebelum intercouse yang diridhoi Nya yang nantinya akan menjadi manusia, maka kedua belah pihak (laki dan perempuan) merupakan alat sarana Tuhan untuk penciptaan manusia, yaitu dengan kedua belah pihak mendapat Rasa Hyang Tunggal , rasa yang hanya satu, walaupun ujud berbeda dan yang merasakan berbeda pula. Maka dalam Kejawen Hubungan suami istri adalah suci dan merupakan ajaran luhur untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik. Lalu coba dilihat jaman sekarang, adakah yang masih seperti itu, ataukah sudah jauh bergeser.
KITAB SERAT HIDAYAT JATI (AJARAN SUFISME JAWA)
Kitab Wirid Hidayat Jati merupakan salah satu karya dalam khazanah kepustakaan Islam kejawen. Kitab ini adakalanya disebut secara singkat dengan nama Serat Wirid atau juga Hidayat Jati. Keistimewaan dari wirid hidayat jati adalah merupakah hasil karya Raden Ngabehi Ranggawarsita (1802-1873).
Dia seorang sastrawan istana Mataram Surakarta yang sangat masyhur. Bahkan kemudian oleh para pecinta kepustakaan Jawa, serta para pengagumnya, digelari sebagai pujangga penutup. Dengan gelar kehormatan sebagai pujangga penutup, berarti Ranggawarsita memiliki kedudukan yang amat tinggi. Kalau Nabi Muhammad mendapat gelar kehormatan sebagai khatam al-anbiya’, atau sebagai Nabi penutup, maka Ranggawarsita-lah yang digelari sebagai pujangga penutup.
Keistimewaan lainnya, menurut Simuh (1988), karena wirid hidayat jati ini disusun dalam bentuk jarwa atau prosa. Isi kandungannya diproyeksikan untuk menjadi kitab mistik yang cukup lengkap dan padat.
Serat wirid yang diterbitkan oleh Administrasi Jawi Kandha, isinya meliputi: Upacara dan perlengkapan sajian yang harus diselenggarakan oleh seorang guru yang akan mengajarkan ilmu sufi, uraian bab guru dan murid, ajaran tentang Tuhan dan hubungan antara Dzat, sifat, asma dan af’al Tuhan, uraian tentang cita kesatuan antara manusia dengan Tuhan, jalan untuk mencapai penghayataan mistik dan kesatuan dengan Tuhan, tingkat-tingkat penghayatan mistik beserta godaan-godaan yang terdapat dalam tingkat-tingkat tersebut, uraian tentang pencitaan manusia dan hakikat manusia, dan yang terakhir berupa aspek budi luhur (akhlak) beserta ajaran yang berkaitan dengan kesufian.
Bila melihat struktur isi yang terdapat dalam serat wirid hidayat jati sebagaimana tertulis di atas, maka menjadi jelas bahwa karya ini mencoba mengkaji persoalan sufisme Jawa secara lengkap dan memadai. Ranggawarsita boleh dibilang telah berhasil dalam melakukan sinkretisme antara ajaran kebatinan Jawa dengan sufisme Islam, sehingga melahirkan corak sufisme Jawa yang otentik, di mana ajaran manunggaling kawula Gusti sangat khas dalam konsep sufisme Jawa yang dihadirkan dalam karya tersebut.
Meski ajaran kesatuan wujud (manunggaling kaliwa Gusti) sangat khas, namun kitab wirid hidayat jati bukan merupakan ajaran murni yang berbasis pada konsep kesatuan manusia dan Tuhan. Konsep sufisme yang tercermin dalam kitab wirid hidayat jati memiliki dua inti sekaligus, yakni ajaran sufi yang menekankan pada aspek teosentris (ketuhanan) juga aspek antroposentris (kemanusiaan).
Sebabnya, dalam kitab wirid ini kolaborasi antara pembahasan Tuhan dan manusia tampak seimbang dan komprehensif. Sehingga tidak benar bila kitab wirid ini hanya berkaitan dengan cara mengenal Tuhan, tetapi juga sekaligus tentang cara mengenali hakikat manusia.
Namun demikian, bahwa gambaran tentang Tuhan dalam wirid hidayat jati sangatlah bersifat antropomorfis. Artinya, Tuhan digambarkan berada pada hidup manusia, bahwa antara Tuhan dan manusia tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hidup manusia menurut wirid hidayat jati merupakan sifat Tuhan. Sifat pastinya tidak terpisahkan dengan Zat. Oleh karena itu, Simuh menandaskan bahwa keterangan tentang Tuhan selalu timpang tindih dengan keterangan manusia. Uraian tentang Tuhan selalu dikaitkan dengan uraian tentang manusia sekaligus merupakan keterangan tentang Tuhan.
Persoalan sufisme dalam wirid hidayat jati sebenarnya sama dengan ajaran sufisme ataupun mistik pada umumnya. Esensi sufisme pada umumnya adalah teosentrisme. Artinya, pusat kegiatan bukan mengabdi kepada Tuhan, akan tetapi justru mencari dan merindukan untuk bertemu muka dan pendapat petunjuk langsung dengan perantara bertatap muka dengan Dia (Tuhan). Atau dalam wirid hidayat jati bahkan bersatu dan menjadi berkuasa, seperti Tuhan sendiri. Dalam tasawuf, hubungan langsung ini memunculkan konsep makrifat, sementara dalam sufisme Jawa memunculkan konsep wangsit, petunjuk, dan manunggaling kawula Gusti.
Yang jelas, ada perbedaan mendasar antara konsep sufisme dalam wirid hidayat jati dengan sufisme Islam. Sufisme Islam menuntut bentuk pemimpin rasional (ulama) sedangkan sufisme dalam wirid hidayat jati umumnya melahirkan bentuk kepemimpinan yang irasional. Misalnya pemitosan wali-wali keramat, orang-orang suci, raja-raja, beserta kuburan-kuburannya. Logika Islam adalah logika penalaran yang cerah, sedangkan logika sufisme Jawa adalah logika paradoksal dengan rumusan simbol-simbol. Jadi, konsep sufisme dalam wirid hidayat jati adalah ilmu serba gaib dan banyak mitosnya.
Berikut penulis sajikan Serat Wirid Hidayat Jadi Terjemahan dalam bahasa Indonesia berbentuk PDF (Free Download) :