MALAM SELASA KLIWON
(ANGGORO KASIH)
Selasa Kliwon dianggap sebagai salah satu hari yang kerap dikaitkan dengan berbagai misteri hingga hal-hal sakral oleh sebagian masyarakat Jawa. Namun, yang menjadi pertanyaan apakah benar mitos Selasa Kliwon dapat disebut sebagai hari keramat.
Selasa Kliwon erat kaitannya dengan istilah Anggoro Kasih atau Anggara Kasih. Hal ini rupanya berasal dari bahasa kawi yang dipakai oleh masyarakat Jawa untuk menyebut Selasa Kliwon. Istilah Anggoro Kasih berasal dari kata "anggoro" yang berarti Selasa, sedangkan "kasih" bermakna Kliwon.
Tidak hanya disebut sebagai Anggoro Kasih, Selasa Kliwon juga erat kaitannya dengan hari yang keramat.
MITOS SELASA KLIWON
Terkait dengan sebutan Selasa Kliwon sebagai hari keramat yang selama ini dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa rupanya memiliki filosofi tersendiri. Masih merujuk pada jurnal yang sama, dikatakan bahwa mitos Selasa Kliwon sebagai hari keramat ternyata bukanlah sesuatu yang buruk atau hal-hal negatif. Sebaliknya, hari keramat yang dimaksudkan adalah hari yang bagus bagi setiap orang dalam melakukan aktivitas maupun pekerjaannya.
Namun demikian, terdapat mitos Selasa Kliwon yang berkaitan dengan hal mistis maupun ilmu ghaib.
Selasa Kliwon biasanya dipilih sebagai hari yang istimewa bagi sebagian orang Jawa.
Apabila seseorang yang meninggal di hari Selasa Kliwon, biasanya kuburannya harus dijaga siang hingga malam hari selama 40 hari lamanya. Hal ini harus dilakukan karena kekhawatiran pihak keluarga akan orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang menggali kuburan tersebut. Sering kali kuburan orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon digali dengan tujuan untuk diambil kain kafan hingga anggota tubuh jenazahnya untuk dijadikan sebagai syarat dalam hal-hal yang bertujuan tidak baik. Misalnya saja sihir hingga merampok.
Meskipun begitu, tidak jarang ada sebagian orang yang mengisi kehadiran Selasa Kliwon dengan mengerjakan berbagai amalan-amalan. Misalnya dzikir, wirid, maupun sembahyang hajat.
Sebagian masyarakat Jawa salah satunya yang berada di Jogja kerap mendatangi atau ziarah ke makam pada Selasa Kliwon. Hal ini bertujuan untuk mencari berkah, karena mereka menganggap hari Selasa Kliwon sebagai waktu yang suci. Salah satu tujuan ziarah yang banyak didatangi oleh masyarakat adalah makam raja-raja hingga makam suci atau yang dianggap keramat.
WETON SELASA KLIWON
Tidak hanya terdapat mitos Selasa Kliwon, ada juga weton yang berkaitan dengan waktu tersebut. Mengacu pada buku '60 Detik Langsung Bisa Membaca Kepribadian & Sifat Orang Terdekatmu : Hanya Dengan Melihat Inisial Nama, Tanggal Lahir, Tanda Tangan, Tulisan Tangan, dan Garis Tangan' oleh Balqis Khayyirah, weton merupakan gabungan antara hari yang umum dalam seminggu yaitu Senin sampai Minggu, sekaligus hari yang ada di dalam kalender Jawa yang dikenal sebagai Legi, Wage, Pon, Kliwon, dan Pahing.
Selasa Kliwon merupakan gabungan dari weton tersebut. Biasanya weton bagi sebagian masyarakat Jawa digunakan untuk berbagai bidang kehidupan. Misalnya saja untuk meramal, memperkirakan sifat, hingga menghitung kecocokan terhadap berbagai macam hal.
Terkait dengan weton Selasa Kliwon, ada sejumlah ramalan yang berkaitan dengan tanggal tersebut.
Weton Selasa Kliwon dapat dimaknai sebagai bumi kepatek.
Hal tersebut berkaitan dengan sifat aras tuding yang diperkirakan memiliki sifat yang baik hati, tetapi mudah bersedih. Tidak hanya itu, weton Selasa Kliwon juga kemungkinan memiliki sifat pemberani, boros, hingga panjang tangan.
Weton Selasa Kliwon diperkirakan terlahir dengan sifat unik. Mereka bisa memiliki kecerdasan yang tinggi, tetapi sebaliknya juga dapat mempunyai kemampuan yang kurang.
Terlepas dari mitos dan weton yang berkaitan dengan Selasa Kliwon, hal tersebut kembali lagi pada kepercayaan masing-masing orang.
Menurut kitab primbon Jawa, Selasa Kliwon memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya :
Titisan Nyi Roro Kidul :
Weton Selasa Kliwon dipercaya sebagai titisan Nyi Roro Kidul.
Neptu besar :
Weton Selasa Kliwon memiliki neptu 11 yang diyakini sebagai pertanda keberuntungan dan kesempatan yang melimpah.
Anggoro Kasih :
Selasa Kliwon juga dikenal sebagai Anggoro Kasih, yang berasal dari kata "anggoro" yang berarti Selasa, dan "kasih" yang berarti Kliwon.
Khodam :
Weton Selasa Kliwon didampingi oleh dua khodam perempuan dan khodam macan kumbang.
Tibo Sri :
Weton Selasa Kliwon termasuk dalam kelompok Tibo Sri, yang membuatnya memiliki karakter cerdas dan berwawasan luas.
Cakra :
Weton Selasa Kliwon memiliki kekuatan Cakra solar fleksus bumi dan Cakra mahkota langit.
Perangai :
Orang yang lahir pada weton Selasa Kliwon umumnya berperangai lembut, ramah, bicaranya enak didengar, dan nriman.
Kelemahan :
Weton Selasa Kliwon juga memiliki kelemahan, salah satunya adalah sifat mudah marah.
Dalam penanggalan Jawa, Kliwon juga disebut dengan "kasih".
Dimanapun di belahan dunia, Bunga adalah lambang ungkapan kasih. Itulah kenapa bagi orang Jawa di malam Kliwon baik malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon sering menyiapkan sesajen berupa bunga. Entah Bunga setaman, Bunga Telon, Kinangan ataupun Bunga Macan kerah.
Bunga atau kembang adalah ungkapan cinta kasih kita kepada para leluhur yg telah mendahului kita, ungkapan cinta kasih kita kepada Tuhan, alam semesta dan juga kepada diri sejati kita. Tepat di malam Jumat Kliwon malam ini.
Bunga juga sebagai lambang dari keharuman jiwa kita yang selalu memancarkan "cahyo ganda arum kang nyuminari sagung titah dumadi"
(cahaya wewangian yg menebarkan keharuman kepada seluruh mahluk)
Di malam Jumat kliwon pula bagi masyarakat Jawa adalah saat yang bagus untuk berdoa, laku prihatin setelah seharian kita berpuasa di hari kamis, laku samadhi, meditasi untuk memancarkan aura nur cahaya welas asih kita kepada para leluhur yang telah mendahului kita dan juga kepada seluruh mahluk di semesta ini.
Agar kelak dimudahkan perjalanan para leluhur menuju alam kelanggengan dan semoga segera bisa manitis kembali ke dimensi kehidupan yang lebih mulia.
Malam Jumat kliwon juga saat yang baik untuk merawat serta meminyaki pusaka-pusaka kita. Disaat daya welas asih semesta turun dalam intensitas yang tinggi di malam ini.
FILOSOFI KEMBANG 7 WARNA
1. KANTIL
Bunga ini menjadi simbol tali rasa dan kasih sayang atau "tresno tansah kumanthil kantil."
2. MELATI
Kembang Melati memiliki makna kesucian. Bunga dengan aroma wangi ini menjadi simbol, bahwa manusia dalam bertindak menggunakan hati yang tulus dan suci.
3. MAWAR PUTIH
Selanjutnya bunga Mawar Putih yang melambangkan kekuasaan langit.
Konon, bunga mawar putih menjadi simbol asal manusia dan menjadi pengingat asal mula manusia yang suci tanpa dosa.
4. MAWAR MERAH
Bunga ini melambangkan dunia dan ibu.
Penggunaan bunga ini menjadi pengingat bahwa dunia hanya sementara.
5. KENANGA
Bunga ini memiliki keunikan lantaran meski mengering, tetap mengeluarkan harum yang semerbak.
Bunga ini diartikan rasa hormat terhadap leluhur dan warisanya.
6. MELATI GAMBIR
Bungga ini melambangkan rasa syukur dan rendah hati.
7. SEDAP MALAM
Terakhir adalah sedap malam yang tidak boleh di lewatkan dalam racikan kembang tujuh rupa.
Sedap Malam memiliki arti tentang kedamaian, keharmonisan dan keselarasan.
Mangasah Mingising Budi
Memasuh Malaning Bumi
Hamemayu Hayuning Bawana
Jaya-jaya wijayanti
Sumber referensi :
- Jurnal 'Eksistensi Ekologi Sastra Tradisi Anggoro Kasih di Sendang Pituh Desa Cabean Kunti Cepogo Lereng Gunung Merapi' karya Uma Latifa Widiyanti dan Elen Inderasari.
- Jurnal 'Tradisi dan Budaya Masyarakat Jawa dalam Perspektif Islam' karya Marzuki, MAg.
- Buku 'Etnologi Jawa' oleh Prof Dr Suwardi Endraswara, M Hum.
- Buku 'Karakter, Weton, dan Non Performing Financing' oleh Tri Hendrik Ikwandoyo, SM, ME.
- Buku 'Kitab Primbon Jawa Serbaguna' karya R Gunasasmita
Imajier Nuswantoro