SARINAH KARYA SOEKARNO
Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia ‘mbok’ saya… Dari dia, saya banyak mendapat pelajaran mencintai ‘orang kecil’. Dia sendiri pun ‘orang kecil’, tetapi budinya selalu besar!” Ir. Sukarno.
________
Buku Sarinah ini pertama kali terbit pada November 1947. Isinya merupakan kumpulan bahan pengajaran Bung Karno dalam kursus wanita. Melalui buku ini, Bung Karno mengkritisi kebanyakan laki-laki yang masih memandang perempuan sebagai “suatu blasteran antara Dewi dan seorang tolol.” Dipuji-puji bak Dewi, sekaligus dianggap tolol dalam beberapa hal lainnya.
Meskipun juga tidak menyetujui gerakan feminisme yang kelewat batas di Eropa saat itu, Bung Karno menekankan pentingnya bagi para wanita untuk mengambil bagian dalam pembangunan Negara Indonesia. Kepada Sarinah-Sarinah masa kini, Bung Karno lantang berpesan, “Hai wanita-wanita Indonesia, jadilah revolusioner, – tiada kemenangan revolusioner, jika tiada wanita revolusioner, dan tiada wanita revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner !
Sarinah merupakan tokoh penting bagi Soekarno. Saking cintanya Soekarno kepada perempuan tersebut, namanya diabadikan menjadi nama mal pertama yang dibangun di Jakarta.
Sarinah seorang wanita desa yang tinggal seatap dengan Soekarno kecil saat keluarganya pindah ke Mojokerto. Kala itu Sukarno dan keluarga yang masih berusia enam tahun dalam kondisi serba tak punya. Dia tinggal di daerah yang melarat, keadaan lingkungannya pun sama. Namun, tetangga-tetangganya masih bisa menyisihkan uangnya untuk membeli jajan, sedangkan Soekarno tidak. Yang dapat menghibur derita kemiskinannya saat itu hanyalah ibunya dan Sarinah.
Siapakah Perempuan Bernama Sarinah itu ?
“Pengasuh saya itu bernama Sarinah, ia mbok saya,” tulis Soekarno dalam bukunya berjudul Sarinah: Kewadjiban Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia.
Sarinah tinggal sebagai pembantu keluarga, namun ia tidak digaji. Dia menumpang tinggal di rumah keluarga Soekarno. Dalam autobiografi Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, Soekarno mendeskripsikan seperti apa Sarinah saat tinggal di rumah mereka.
“Sarinah adalah bagian dari rumah-tangga kami. Tidak kawin. Bagi kami dia seorang anggota keluarga kami. Dia tidur dengan kami, tinggal dengan kami, memakan apa yang kami makan, akan tetapi ia tidak mendapat gaji sepeserpun.
Soekarno sangat mengagumi sosok Sarinah. Setiap malam dia tidur bersama Sarinah di kasur yang kecil. Dia selalu mengikuti ke mana pun Sarinah pergi. Suatu saat ketika Soekarno menghampiri Sarinah yang sedang masak di gubuk, pengasuh itu mengajarinya untuk mencintai manusia.
Karno, yang terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai pula rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya.
Bagi Soekarno, Sarinah adalah sosok orang kecil yang berhati besar. Soekarno mendapatkan ajaran untuk peduli dengan sesama manusia. “Sarinah memberiku humanism.
Saat beranjak dewasa, Sarinah sudah tidak tinggal bersama Soekarno lagi. Untuk mengisi kekosongannya, dia tidur dengan kakak perempuannya Sukarmini di tempat tidur yang sama. Kemudian dia tidur dengan seekor anjing bernama Kiar.
Bukti keberadaan Sarinah ada pada sebuah makam di Tulungagung. Pada makam tersebut, terdapat sebuah nisan yang tertulis “B. Sarinah wafat-28-12-1959”.
Begitu berpengaruhnya Sarinah bagi Soekarno, dia menulis buku tentang perjuangan perempuan di Indonesia, dan mengukir nama Sarinah sebagai judul buku tersebut. Buku itu juga menyebut perempuan sebagai Sarinah.
Berikut Buku Sarinah Karya Soekarno berbentuk PDF free download :