KISAH KSATRIA-KSATRIA MACAN PUTIH DI ALAS JANGKUNG BLAMBANGAN
Ilustrasi heroik kesatria kerajaan Blambangan perang melawan kompeni VOC dan perang Mataram
Setelah kematian Ranggasutata yang diprakarsai oleh Wedana mantri Mas Bagus Tepasana dan Mas Anom Sutajiwa, kejadian tersebut di laporkan oleh Senapati Bagus Singayudha kepada Gustinya Pangeran Agung Wilis. Tidak mau harga dirinya diinjak-injak, Pangeran Agung Wilis segera mempersiapkan latihan militer dan seruan kepada seluruh prajurit yang bersembunyi di hutan-hutan termasuk para ksatria-ksatria Macan Putih.
Sebelum pasukan musuh menyerang kedhaton, Mas Anom Sutajiwa dan Wedana Mantri Mas Bagus Tepasana segera mengirimkan pasukan Blambangan wajib militer yang sebelumnya dilatih kemiliteran modern oleh pihak kompeni Kapten Herman, Letnan Cornel dan Vaandrig Houtapel.
Sebanyak 1000 orang diterjunkan untuk berpatroli di sepanjang utara Kali Setail dan Alas Panji yang dipimpin langsung oleh Mas Sumana, Senapati Singobulak, dan Ki Bekel Korok, serta pihak kompeni Kapten Herman, Letnan Cornel, dan Vaandrig Houtappel.
Mas Sumana adalah salah satu ksatria Macanputih yang membela pemerintahan Prabu Agung Danuningrat selain Mas Sutanagara.
Tiba-tiba suara gemuruh penunggang kuda memecah keheningan Alas Jangkung yang sedang diselimuti oleh kabut yang amat tebal.
Kedatangan para penunggang kuda yang tak lain adalah para Ksatria Macanputih itu segera membuat kedua perwira kompeni merinding karena mereka tidak tahu seperti apa orang-orang yang akan mereka hadapi di Alas Jangkung tersebut, oleh sebab itu Vaandrig Houtapel dan Letnan Cornel segera memacu kuda mereka untuk kembali ke kutharaja Blambangan Hamuncar.
Perang pun segera terjadi, pasukan Blambangan dibuat kocar-kacir oleh ksatria-ksatria Macanputih yang menunggang kuda dengan menyerang secara ganas, tembakan-tembakan mereka banyak yang meleset dan hanya menembak angin.
Sebagian dari mereka melarikan diri bersama Ki Bekel Korok dan sebagian lagi lebih memilih menceburkan diri ke sungai Setail yang dipenuhi oleh buaya.
Hanya Mas Sumana dan Kapten Herman yang gigih melawan pasukan Ksatria Macanputih yang dipimpin oleh Raden Mas Purawijaya, mulanya Raden Mas Purawijaya berhasil menyudutkan Kapten Herman, tetapi kemudian Raden Mas Purawijaya mendapat serangan hingga membuat beliau gugur dan dimakamkan di tempat tersebut yang kelak akan menjadi desa Kradenan.
Ksatria Macanputih lainnya segera menangkap Kapten Herman dan Mas Sumana yang sudah terjepit di tepi sungai Setail, namun Mas Sumana lebih memilih Amati Raga daripada dirinya tertangkap oleh saudara sebangsanya sendiri dan lagi hal itu lebih terpuji bagi dirinya sebagai seorang ksatria guna menebus kesalahannya yang tidak membela saudaranya sendiri para ksatria Macanputih.
Kejadian sebelumnya di kedhaton Blambangan yang mengakibatkan terbunuhnya Ranggasutata membuat Pangeran Agung Wilis segera mengirim kan surat kepada raja kerajaan Mengwi I Gusti Agung Made Munggu, surat tersebut dibawa langsung oleh puteranya yaitu Mas Surawijaya dan Mas Gumuk Jati alias Bagus Dalem Jayaningrat.
I Gusti Agung Made Munggu sangat marah mendengar kabar Ranggasutata alias I Gusti Gedhe Lanangjaya tewas dengan cukup mengenaskan di kedhaton Blambangan.
I Gusti Agung Made Munggu segera mengutus Ki Wayahan Kotang membawa surat ke kedhaton Blambangan bersama sepuluh prajurit Mengwi menyeberang ke Blambangan guna meminta keadilan atas terbunuhnya Ranggasutata.
Prabu Agung Danuningrat segera terkejut menerima Ki Wayahan Kotang yang diutus oleh Raja Mengwi tersebut untuk meminta keadilan atas terbunuhnya Ranggasutata.
I Gusti Agung Made Munggu meminta untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan menyerahkan pelakunya sesegera mungkin kepada Raja Mengwi untuk dihukum mati sesuai adat dan perundangan kerajaan Mengwi.
Prabu Agung Danuningrat tidak mau memberikan puteranya dan takut jika puteranya akan dihukum mati oleh raja Mengwi tersebut sehingga tidak mengindahkan surat yang dibawa Ki Wayahan Kotang dan menyuruh utusan Mengwi tersebut kembali.
Blambangan, 1 Rejeb Saniscara Wage wuku Kurantil 1945 çaka
Sumber referensi :
Babad Wilis
Serat Mas Wilis
Babad Blambangan
Babad Tawangalun
Imajiner Nuswantoro