Pesan Sunan Kalijaga : Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli (Serat Lokajaya, Lor 11.620)
Sunan Kalijaga dalam kitabnya Lokajaya mengajarkan “Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli” yang berarti menyesuaikan aliran air, sengaja mengikuti arus, tetapi jangan terbawa arus.
Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli merupakan Sabdo Sunan Kalijaga Lewat Dakwahnya
Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli. Uninga sucining gandaning Nabi. Sabdo dari Sunan Kalijaga.
Pesan Sunan Kalijaga: Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli Jika kita artikan ke Bahasa Indonesia berbunyi "Menyesuaikan diri dengan mengalirnya air tetapi tidak terbawa arus. Selalu ingat kesucian ajaran Nabi."
Ini merupakan dakwah islami yang brilian dan mendalam.
Bukan yang frontotatif dan mendobrak dari luar sebab jika melakukan dakwah sementara yang didakwahi juga punya ajaran / kekuatan maka cara mendobraknya harus dari dalam dulu.
Ikuti pelan-pelan sambil menyaring mana yang baik dan mana yang buruk terus menerus memasukinya dengan nafas-nafas islami.
Dan strategi ini terbukti berhasil sebab mengajak dengan pelan-pelan dan membujuk dengan kesabaran dan keramahan, serta memasukan nafas-nafas dakwah Islami.
Silakan belajar strategi Walisongo utamanya Sunan kalijaga. Disana kita akan melihat cara kesantunan, keramahan, dan brilian dari para Walisongo.
Sunan Kalijaga adalah figur penting dalam sejarah pembentukan karakter arif umat Islam di tanah Jawa, dengan karakternya yang berwajah budaya, lentur, toleran, berkeadilan, dan berkeseimbangan.
Sebagai salah satu anggota Walisongo, Sunan Kalijaga adalah arsitek budaya Islam Jawa dan peletak dasar ideologi pendirian Kesultanan Mataram. Sang Sunan juga adalah tokoh penting lintas generasi yang menjaga proses krusial transisi kerajaan-kerajaan nusantara (Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram Islam).
Beliau tumbuh sebagai tokoh ruhani yang mumpuni, juga seniman dengan penguasaan khazanah budaya yang mendalam dan memiliki proyeksi politik kebudayaan yang berkarakter.
Melalui perjuangan Sunan Kalijaga pula, kebudayaan nusantara menjadi penuh warna dan cahaya. Berakar pada sejarah dan tradisi sendiri, namun terbuka dan sensitif terhadap perkembangan zaman.
Sunan Kalijaga tidak hanya berupaya membenahi budaya yang ada, tetapi juga memberikan tafsiran budaya yang tidak lepas dari imajinasi masyarakat pada masa itu. Lahirlah naskah lakon-lakon wayang caragan sebagai salah satu tafsiran karya Sunan Kalijaga.
Rekuperasi masyarakat melalui jalur budaya menunjukkan sikap arif Sang Sunan sebagai tokoh yang memahami sejarah masa lalu, masanya, dan masa yang akan datang. Dari seorang figur besar Sunan Kalijaga pula, tentu kita telah mengetahui semangat perjuangannya menyebarkan nilai-nilai Islam ke masyarakat melalui budaya, dengan semangat perjuangannya yang gigih dalam melakukan gerakan sosiokultural-keagamaan.
Bhineka Tunggal Ika, itulah simbol semboyan yang sering didengungkan masyarakat Indonesia. Semboyan tersebut menggambarkan di negara bernama Indonesia terdapat berbagai budaya dan kearifan lokal di setiap daerahnya. Sehingga wajah kehidupan masyarakat Indonesia pun tidak bisa terlepas dari wajah budaya yang sangat beragam.
Tentu wajah kebudayaan ini bisa menjadi nilai tambahan yang sangat kuat bagi pembentukan karakter keislaman di Indonesia. Terlepas dari pro-kontra pembahasan Islam Nusantara itu sendiri, karakter bangsa Indonesia akan menjadi kuat apabila Islam dan kebudayaan di negeri ini bisa dikembangkan.
Islam dan kebudayaan bisa saling bersinergi dan bisa saling menguatkan. Nilai Inilah perlu ditanamkan ke seluruh lapisan masyarakat, artinya karya-karya budaya asli daerah, tradisi dan kesenian lokal sebagai kekayaan kebudayaan nusantara dikembangkan untuk mendukung dakwah Islam dan gerakan keagamaan. Sehingga jalur kebudayaan dengan mengedepankan dakwah islamiyah akan menjadi karakter kuat bagi bangsa Indonesia yang Islami.
Tentu pernah kita ketahui dalam sejarah bahwa Sunan kalijaga memanfaatkan wayang sebagai media dakwah Islam di tanah Jawa.Budaya tidak harus semerta-merta dihilangkan seluruhnya, akan tetapi dari sebagiannya tersebut bisa menguatkan dakwah Islam dengan disisipkannya nilai-nilai keislaman di dalamnya. Menelaah kembali visi, pemikiran, kepribadian, dan kehidupan Sunan Kalijaga itu sendiri, yaitu berupaya membumikan Islam dengan pendekatan budaya, sehingga nilai-nilai Islam benar-benar merasuk dan membudaya dalam perilaku masyarakat.
Dengan begitu masyarakat akan terbangun jiwa raganya, seimbang kesalehan ritual dan sosialnya, juga sebanding antara semangat dan pemahaman agamanya. Sehingga Islam budaya dapat bersinergi menjadi Islam yang tampil dalam kerja membudayakan manusia yang mengambil Islam sebagai panutan.
Dengan Islam dan budaya, manusia beriman berangkat dari kedalaman pemahaman, sehingga tampilan luarnya menunjukkan kedewasaan perilaku dan kebebasan berkreasi tanpa melewati batas-batas syariat yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Indikatornya yang terpenting adalah adanya keseimbangan antara semangat beragama serta pemahamannya dengan kebudayaan dan kearifan lokal.
Islam dan budaya senantiasa menekankan pada sisi substansial ajaran Islam ketimbang formalitasnya. Dalam bahasa Sunan Kalijaga, seorang muslim harus mampu anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli. Kurang lebih artinya yaitu “Menyesuaikan mengalirnya air, sengaja mengikuti arus tapi jangan terbawa arus“.
Ucapan Sunan Kalijaga itu artinya kurang lebih mengajak kita untuk menyelaraskan diri dengan arus zaman, tapi jangan sampai terhanyut dalam arus itu.
Memang, terkadang kita temui orang-orang yang maunya hanya melawan arus, tapi lebih sering kelelahan lalu mati di tengah jalan. Atau minimal berbalik arah sebab tidak kuat menahan arus. Adapun tipe yang kedua itu adalah mereka yang sejak awal selalu cari aman, cari enaknya saja.
Tipikal yang seperti ini susah untuk dijadikan pelopor. Sunan Kalijaga pun jauh-jauh hari sudah berpesan pada kita bahwa zaman memang tidak bisa ditentang. Akan tetapi kita harus mempunyai prinsip dan pijakan. Sebab dengan itu, kita tidak akan kebingungan menentukan arah.
Umat Islam memang harus mampu mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat global, didukung informasi dan teknologi yang terus berkembang. Namun yang terpenting adalah masyarakat Indonesia harus mempunyai pegangan agama, yakni; tauhid dan akhlak, sehingga tidak hanyut oleh perkembangan dan kebebasan yang tak terbatas.
Pesan lain yang melengkapi pesan Sunan Kalijaga yang telah dibahas diatas yaitu Uninga sucining gandaning Nabi, yaitu kurang lebih artinya “Selalu ingat/sadar akan kesucian harum/ajaran Nabi”.
Betapa indahnya pesan seorang figur besar dalam kejayaan Islam di tanah Jawa. Pesannya tersebut mengingatkan kita bahwa jangan sekali lupa akan kesucian dan keagungan ajaran kanjeng Nabi Muhammad saw. Ini merupakan wanti-wanti dari jauh hari terkait gambaran perkembangan zaman yang begitu pesat, akan tetapi umat muslim tidak dapat menghindari pesatnya kemajuan zaman tersebut.
Umat muslim tentu harus tetap mengikuti perkembangan zaman yang terus maju pesatnya, akan tetapi jangan sampai terbawa arus negatifnya. Dengan dilengkapi sebuah pesan bahwa kita harus terus ingat dan yakin akan kesucian dan keagungan ajaran kanjeng Nabi Muhammad saw.
Tetaplah berpegang teguh dengan ajaran-ajaranya, karena umat islam sejatinya nanti akan dihadapkan banyak hal-hal negatif dengan seiring berkembangnya zaman. Apabila mereka itu sendiri belum atau mungkin tidak memiliki prinsip dan karakter yang kuat dalam hidupnya, akan sangat mudah untuk terbawa arus hal-hal negatif yang ditemui sekelilngnya.
Begitulah perkiraan makna pesan tersirat dari seorang figur besar Sunan Kalijaga yang terkenal akan kearifannya menjaga budaya bangsa dengan mengedepankan nilai dakwah Islam. Alangkah indahnya pesan Sunan Kalijaga tersebut kalau kita mampu istiqomah menjalankannya.
Imajiner Nuswantoro