FILOSOFI KETUPAT
Filosofi ketupat dalam budaya Indonesia mengakar pada masa kehidupan Sunan Kalijaga. Ketupat Lebaran pertama kali diperkenalkan di Indonesia seiring dengan masuknya Islam ke tanah Jawa.
Secara filosofis, ada beberapa makna ketupat yang mendalam dalam budaya Indonesia :
1. Janur Kuning : Janur sebagai simbol tolak bala atau penolak bahaya. Janur dari kata, jatining nur atau cahaya sejati, yang melambangkan hati nurani setiap individu.
2. Santan : Santan sebagai simbol memohon maaf.
3. Empat Tindakan : Ketupat memiliki makna filosofis yang mendalam melalui empat tindakan yang dimaksudkan. Ini termasuk luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar), dan laburan (menyucikan diri). Melalui setiap tindakan ini, ketupat menjadi simbol perjalanan spiritual dan kesucian hati dalam budaya Indonesia.
4. Butiran Beras : Isian beras pada ketupat juga dilambangkan sebagai hawa nafsu. Ketika memakan ketupat, umat Muslim diingatkan untuk mengendalikan hawa nafsu dan memperkuat kesucian hati.
5. Anyaman Ketupat : Anyaman ketupat yang rumit mencerminkan kehidupan manusia yang penuh dengan lika-liku. Hal ini mengingatkan bahwa dalam kehidupan, kita akan mengalami kesalahan dan tantangan, tetapi saling menguatkan.
6. Isi Ketupat : Butiran beras yang dibungkus dalam janur mengandung makna kebersamaan dan kemakmuran. Ketika ketupat dibelah, warna putihnya melambangkan kebersihan setelah melakukan proses maaf-memaafkan.
7. Bentuk Ketupat : Bentuk segi empat pada ketupat melambangkan empat nafsu dunia yang harus dikuasai selama berpuasa, yaitu amarah, rasa lapar, keinginan memiliki sesuatu yang indah, dan dorongan untuk memaksakan diri.
Jadi nilai filosofi ketupat dalam budaya Nusantara tidak hanya sekadar hidangan, tetapi juga mewakili nilai-nilai yang mendalam. Lebih dari itu, makna ketupat juga mencerminkan sejarah panjang perayaan hari raya Islam di Indonesia dan negara sekitarnya.
BENTUK KETUPAT
Di Nusantara khususnya di tradisi ketupatan, terdapat beragam bentuk ketupat yang berbeda dalam hal bentuk, ukuran, dan cara pembuatannya. Berikut adalah beberapa bentuk ketupat yang populer di Indonesia :
1. Ketupat Jago : Bentuk ketupat ini berasal dari Sudimoro Kudus. Ketupat Jago terbuat dari 8 helai janur dan memiliki bentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan dan kiri.
2. Ketupat Tumpeng : Ketupat Tumpeng memiliki bentuk yang mirip dengan tumpeng, yaitu mengerucut dengan dasar yang melebar. Helai janur menjuntai di bagian yang runcing dari ketupat ini.
3. Ketupat Sari : Ketupat Sari memiliki bentuk segitiga sama sisi, namun lebih kecil daripada Ketupat Jago. Helai janurnya menjuntai di sudut kanan dan kiri.
4. Ketupat Bata : Bentuk ketupat ini terbuat dari dua helai janur dan memiliki bentuk persegi panjang seperti batu bata. Satu helai janur berada di satu sudut, sementara helai janur lainnya keluar di seberang sudut tersebut.
Setiap bentuk ketupat ini memiliki makna ketupat secara filosofinya masing-masing. Salah satunya, mencerminkan tradisi dan budaya Indonesia yang beragam. Melalui berbagai bentuk ketupat ini, kita dapat melihat kekayaan nilai-nilai dan makna dalam setiap tradisi perayaan di Indonesia.
CARA MEMBUAT KETUPAT
Berikut adalah cara membuat ketupat dengan mudah, sebuah tradisi dan warisan budaya Indonesia yang tak lekang oleh waktu, makanan khas Bulan Ramadhan yang disajikan dengan bangga di meja keluarga :
1. Persiapan Beras : Cuci beras menggunakan air bersih hingga terasa lembab dan bersih. Rendam beras dalam air panas sehingga beras menjadi lembek dan siap dibungkus dengan daun kelapa muda.
2. Pemilihan Daun Kelapa Muda : Pilihlah daun kelapa muda yang segar dan tidak terlalu panjang. Gunakan daun kelapa muda tersebut untuk membungkus beras dengan cara mengikat ujungnya ke ujung lainnya sehingga beras terbungkus dengan rapat.
3. Penyusunan Ketupat : Setelah beras dibungkus dengan janur, susunlah ketupat dengan rapi sehingga beras terbungkus dengan merata dan tidak terlalu lembek.
4. Proses Pencucian : Cuci ketupat dengan menggunakan air bersih hingga beras terbungkus dengan daun kelapa muda terasa lembek dan bersih.
5. Proses Pengukusan : Ketupat kemudian direbus dalam air mendidih selama 3-6 jam hingga matang dan berkembang. Tiriskan ketupat dengan mengangkatnya dari air mendidih dan menekannya dengan tangan untuk mengeluarkan sisa air.
6. Pembersihan Akhir : Bersihkan ketupat dengan menggunakan air bersih hingga bersih dan tidak terlalu lembek.
Dengan mengikuti langkah-langkah sederhana ini, Anda dapat membuat ketupat dengan mudah dan menikmati cita rasa tradisional Indonesia yang otentik.
KETUPAT DAN PUASA RAMADHAN
Ketupat menjadi sajian khas Bulan Ramadhan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda. Itu sering disajikan bersama dengan berbagai hidangan khas Indonesia lainnya, seperti kupat glabed, coto Makassar, ketupat sayur Padang, dan kupat tahu Magelang.
Selain itu, ketupat juga memiliki peran dalam berbagai acara tradisional di Indonesia, seperti pada acara Sekaten atau Grebeg Maulud di Jawa, serta dalam beberapa upacara adat di Bali.
Lebih lanjut, ketupat juga menjadi fokus perhatian pada acara Lebaran Ketupat, yang diselenggarakan sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri. Lebaran Ketupat memiliki makna simbolis yang mendalam, menegaskan bahwa ketupat merupakan sajian yang tak terpisahkan dari tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri.
MENGANYAM KETUPAT UNTUK ANAK-ANAK
Menganyam ketupat dengan anak-anak adalah sebuah aktivitas yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengenalkan budaya dan tradisi lawas kepada generasi muda.
Proses menganyam ketupat memperlihatkan bagaimana cara membuat ketupat yang masih tradisional. Aktivitas ini memungkinkan mereka untuk belajar tentang proses pembuatan ketupat, nilai-nilai kebersamaan, kerja keras, kesabaran, dan kerjasama.
Selain itu, anak-anak juga dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga serta merasakan kebanggaan terhadap warisan budaya.
Manfaat menganyam ketupat untuk anak-anak juga membangun koordinasi mata dan tangan melalui proses gerakan dalam membuat motif tikar dari ketupat.
Mereka harus mengawasi dengan teliti setiap langkah dalam menyusun anyaman, mengatur posisi ketupat, dan merapikan setiap lapisan dengan teliti.
MAKNA KETUPAT
Ketupat adalah sajian khas lebaran atau Idul Fitri. Ketupat ini merupakan hidangan khas Asia Tenggara maritim yang terbuat dari bahan dasar beras dengan anyaman daun kelapa muda. Sajian ini menjadi simbol khas momen Idul Fitri dan lebaran. Idul Fitri atau biasa kita sebut lebaran adalah salah satu tradisi setiap tahunnya. Idul Fitri (bahasa Arab: عيد الفطر, translit. ‘Īdul-fiṭr) atau Lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriah. Kata Idul Fitri berasal dari kata Id yang berakar pada kata aada-yauudu yang artinya kembali. Sedangkan fitri yang mempunyai kata fathoro-yafthiru yang mempunyai arti suci, bersih dari segala dosa.
Asal kata Lebaran berasal dari bahasa lokal yang berarti lebar, lapang, yakni menunjukkan kelapangan hati umat Muslim untuk saling memaafkan. Sedangkan menurut orang Jawa kata “Lebaran” berasal dari kata lebur yang mempunyai arti usai, atau selesai. Mereka memaknai kata “Lebaran” sebagai tanda telah selesai dalam menjalankan ibadah puasa ramadan. Pada hari Idul Fitri atau Lebaran ini biasanya semua pekerja akan mendapatkan cuti bersama. Momen ini banyak orang manfaatkan untuk mengumpulkan keluarganya.
Ketupat tidak hanya menjadi hidangan khas Lebaran. Namun, ada makna dan filosofi ketupat dibaliknya. Asal kata ketupat berasal dari Bahasa Jawa "ngaku lepat," yang artinya "mengakui kesalahan." Jadi, saat umat Muslim bersama-sama menikmati ketupat, maka ada harapan agar bisa saling memaafkan.
Filosofi ketupat yang banyak diketahui adalah, mencerminkan perpaduan antara nafsu dunia dengan hati nurani. Tak heran, sejarah ketupat telah mengakar sebagai simbol perayaan Idul Fitri.
Lebih dari sekadar sajian kuliner, ketupat memiliki cerita yang mengajarkan nilai kebersamaan, kerendahan hati, dan pengampunan kepada yang kuasa. Dibungkus anyaman daun kelapa muda, ketupat menjadi simbol persatuan dan harapan akan kebaikan bersama di tengah-tengah perjalanan hidup.
ASAL-USUL KETUPAT
Asal-usul kata ketupat merujuk pada istilah kupat yang umum digunakan oleh masyarakat Jawa dan Sunda. Kupat memiliki arti ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Dalam perjalanan sejarahnya, istilah ketupat menjadi lebih dikenal dan digunakan secara luas. Ketupat sendiri merupakan sajian yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda, atau yang dikenal dengan sebutan janur.
Nilai kearifan lokal ketupat memperlihatkan peran penting Sunan Kalijaga, salah satu tokoh Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Konsep kupat juga mencerminkan laku papat atau empat tindakan yang tercermin dalam empat sisi ketupat, yakni :
1. Lebaran berasal dari kata dasar 'lebar', menandakan pintu ampun yang dibuka bagi orang lain.
2. Luberan dari kata dasar 'luber', menunjukkan kelimpahan berkah.
3. Laburan arti kata ketupat yaitu menyucikan diri.
4. Leburan makna ketupat yang berarti meleburkan dosa yang selama ini ada.
Kemudian, ketupat terus menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi dan budaya Indonesia, menyimpan dalamnya nilai-nilai yang kaya dan mendalam.
ASAL-USUL KATA KETUPAT (2)
Asal-usul ketupat, salah satu makanan khas Bulan Ramadhan di Indonesia, saat Sunan Kalijaga mengenalkannya. Dalam bahasa Jawa dan Sunda, ketupat juga dikenal sebagai kupat, yang bermakna "ngaku lepat" atau "mengakui kesalahan."
Para ahli yang mendapati prasasti yang mana menunjukkan ketupat telah ada sejak zaman pra-Islam. Hal ini terungkap melalui tulisan dalam prasasti tentang makanan berupa beras yang dibungkus dengan daun nyiur.
Pada masa tersebut, nyiur dan beras dianggap sebagai sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Ketupat juga populer di berbagai kawasan Asia Tenggara, terutama di negara dengan mayoritas penduduk dari Suku Melayu.Di sana, ketupat juga menjadi sajian penting dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri atau hari besar lainnya.
Penggunaan janur atau daun kelapa muda untuk membungkus ketupat sebagai identitas budaya pesisir yang erat dengan keberadaan pohon kelapa. Warna kuning pada janur menunjukkannya berasal dari Timur Tengah sementara janur merah berasal dari Asia Timur.
KETUPAT DAN SEJARAHNYA
Ketupat adalah sajian khas lebaran atau Idul Fitri. Ketupat ini merupakan hidangan khas Asia Tenggara maritim yang terbuat dari bahan dasar beras dengan anyaman daun kelapa muda. Sajian ini menjadi simbol khas momen Idul Fitri dan lebaran. Idul Fitri atau biasa kita sebut lebaran adalah salah satu tradisi setiap tahunnya. Idul Fitri (bahasa Arab: عيد الفطر, translit. ‘Īdul-fiṭr) atau Lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriah. Kata Idul Fitri berasal dari kata Id yang berakar pada kata aada-yauudu yang artinya kembali. Sedangkan fitri yang mempunyai kata fathoro-yafthiru yang mempunyai arti suci, bersih dari segala dosa.
Asal kata Lebaran berasal dari bahasa lokal yang berarti lebar, lapang, yakni menunjukkan kelapangan hati umat Muslim untuk saling memaafkan. Sedangkan menurut orang Jawa kata “Lebaran” berasal dari kata lebur yang mempunyai arti usai, atau selesai. Mereka memaknai kata “Lebaran” sebagai tanda telah selesai dalam menjalankan ibadah puasa ramadan. Pada hari Idul Fitri atau Lebaran ini biasanya semua pekerja akan mendapatkan cuti bersama. Momen ini banyak orang manfaatkan untuk mengumpulkan keluarganya.
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna yang mendalam. Kupat mempunyai arti ganda yaitu, ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Laku papat ini terdiri dari 4 tindakan yaitu, luberan, leburan, lebaran, dan laburan. Lebaran mempunyai arti sudah usai yang menandakan berakhirnya puasa ramadan. Luberan mempunyai arti meluber atau melimpah, yang bertujuan mengajak bersedekah untuk kaum miskin (zakat fitrah). Selanjutnya adalah leburan, mempunyai arti bahwa setiap kesalahan akan melebur karena setiap umat muslim akan saling memaafkan satu sama lain. Kata terakhir adalah laburan (penjernih air), maksudnya setiap manusia harus menjaga kesucian lahir dan batinnya. Sementara itu dalam tradisi sunda kata Kupat mengingatkan mereka untuk tidak mengumpat atau berbicara buruk terhadap orang lain.
Kupat adalah beras yang terbungkus menggunakan anyaman janur. Menurut asal katanya dari bahasa Arab (Ja’a nur) mempunyai arti telah datang cahaya. Selain itu, kupat juga memiliki bentuk fisik yang unik yakni, segi empat. Bentuk kupat ini menggambarkan hati manusia yang sudah mengakui kesalahannya, maka hatinya akan putih seperti kupat yang terbelah. Selain itu, bahan utama kupat adalah nasi dan daun kelapa yang masih muda (janur). Nasi ini menjadi lambang nafsu dan janur yang melambangkan hati manusia. Hal ini memiliki tujuan supaya manusia mampu menahan nafsu dengan hati nurani mereka. Sementara itu, dalam proses pembuatannya kupat juga terbuat dari anyaman janur. Hal ini melambangkan kemenangan umat muslim setelah satu bulan puasa. Tidak hanya itu anyaman tersebut juga mempunyai arti kompleksitas masyarakat jawa yang harus melekat pada tali silahturahmi. Pada beberapa orang ada yang membuat kupat menggunakkan santan atau santen (bahasa jawa). Hal ini menjadi simbol sebagai permintaan maaf atau pangapunten.
Sejarah ketupat sebagai sajian khas Lebaran di Indonesia sejak zaman Kerajaan Demak pada abad ke-15. Awalnya, ketupat muncul di Tanah Jawa. Ketupat dibuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda.
Sunan Kalijaga, seorang walisongo yang memegang peran penting dalam pemerintahan Kerajaan Demak, memperkenalkan ketupat sebagai bagian dari tradisi Lebaran atau Idul Fitri. Dengan memanfaatkan pendekatan budaya, Sunan Kalijaga berupaya menyebarkan ajaran Islam ke masyarakat Jawa melalui asal usul ketupat.
Hingga kini, ketupat menjadi salah satu makanan yang berhasil menarik perhatian karena keterkaitannya dengan budaya lokal dan selalu dihidangkan dengan berbagai sajian menggugah selera.
Di samping itu, filosofi ketupat yang juga berfungsi sebagai simbol perayaan Idul Fitri pada masa kerajaan Demak. Ketupat digunakan sebagai nama tradisi yang dikenal hingga hari ini yaitu Lebaran Ketupat.
Tradisi Lebaran Ketupat berkembang di berbagai daerah Indonesia dengan perbedaan cara penyajiannya. Contohnya, di Kudus, Jawa Tengah, budaya tersebut diwarnai dengan Kirab Gunungan Seribu Ketupat, yang melambangkan rasa syukur atas kelancaran puasa Ramadhan.
MEMPUNYAI NILAI PESAN
Sunan Kalijaga adalah orang yang memperkenalkan kupat untuk pertama kalinya. Ia memperkenalkan kupat pada abad ke 15-16 pada masa syiar Islamnya di Demak, Jawa Tengah. Beliau membudayakan 2 kali bakda, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat, seminggu sesudah lebaran. Beliau ini membudayakan sebuah tradisi setelah bakda, yaitu membuat anyaman segiempat wajik dari janur muda. Kemudian mereka mulai mengisinya dengan beras mengukusnya dan mengeringkannya. Biasanya kerabat atau tetangga akan membagikan kupat sebagai simbol kebersamaan. Sementara itu, seorang antropolog mengemukkakan pendapat bahwa kupat ini menjadi simbol solidaritas sosial dan sebagai ‘hubungan timbal balik’. Hubungan timbal balik ini terkait dengan kebiasaan masyarakat di Indonesia yang saling memberi dan menerima kupat dan makanan khas lainnya.
Ketupat ini memiliki filosofi dan makna yang mendalam. Selain menjaga tali silaturahmi, adanya ketupat ini juga membuat persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan. Keberadaan ketupat tak hanya menyebar di seluruh Indonesia, tapi, juga sampai ke negara Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Adanya ketupat ini menyebar sangat luas karena penyebaran agama islam juga ikut serta membawa tradisi budayanya. Menyebarnya tradisi makan ketupat ini juga bisa menjadi salah satu faktor pendorong persatuan tradisi antar negara. Pada akhirnya filosofi ketupat ini mengajarkan bahwa kita sebagai manusia harus selalu rendah hati dan saling memaafkan satu sama lain. Tradisi yang sudah sunan kalijaga wariskan harus kita lestarikan sebagai bagian dari sejarah penyebaran agama islam dan akulturasi budayanya. Mari kita lestarikan tradisi dan budaya supaya generasi muda tidak kehilangan pondasi dan karakter bangsa.
Sumber referensi :
Diambil dari berbagai sumber referensi Googling dan medsos
Imajiner Nuswantoro