AJARAN BUDI PAKARTI KANUNG & ABAGYAGIRI MAHARAJA PRABHU SRI BOJA GALUH PADJAJARAN 1351 M
Didalam
Ajaran Gunung itu Menekankan Wujud dari Budi dan Wujud dari Pakarti. Budi
Artinya: Pikiran dan Pakarti Artinya: Tindakan.
Semua
di dunia ini nyata adanya Semua Pengetahuan Harus Nyata dan bisa di Terima
Pikiran dan Nalar. Lebih Lebih Suatu Kepercayaan atau Agama dan Pengetahuan
Harus NYATA ADANYA. Karena Hukum Semesta ini Nyata Semua Tidak Menipu.
Jangankan Yang Bisa di Lihat Mata Orang Banyak Yang Cuma bisa di Lihat Pakai
Indria Istimewa Saja bisa di Deteksi Keberadaanya.
Suatu
Kebohongan dan Ketidaknyataan Itu Akan Berbenturan dengan Hukum Semesta. Dan
Suatu Ajaran Kepercayaan (Agama) dan Pengetahuan Harus bisa di PAKARTIKAN Atau
di Ujudkan atau di Tindakan Bukan berdasar dari KATANYA. DI KATAKAN. MENURUT.
RIWAYAT. DI RIWAYATKAN. LEWAT. SESUDAH. SETELAH. NANTI. PASTI. Ini Semua adalah
BOHONG DAN KEBOHONGAN Karena Semua Kata Kata itu Berbenturan dengan Hukum
Semesta Raya Ini dan Ajaran Budi Pakarti Luhur Kanung.
Dan
Perlu di Ingat Ingat Untuk Anak Cucu Lingga dan Para Pengikut Ajaran Kanung.
1.
Jangan Percaya pada Guru (Nabi) Dari pandainya. Karena
Guru itu manusia, Memiliki Watak Baik dan buruk tidak Ada manusia itu Yang
Terlepas dari dua keadaan itu, Makanya Perlu di Waspadai dari kepandaianya itu.
2.
Jangan Percaya Pada Ajaran Karena Banyak Pengikutnya. Banyaknya
Suatu penganut Suatu Ajaran bukan berarti benar, Justru itu harus di Waspadai
dengan Banyaknya Pengikut Suatu Ajaran itu. Karena Ajaran Yang Benar itu Rata
rata berat Lakonanya di Situ justru Jarang Yang Lulus Menjalani dalam Ajaran
Sehingga Mereka meninggalkan Ajaran itu. Memilih Yang Rendahan Spiritualnya.
Karena Banyak pengikutnya justru Menjadikan Suatu ajaran menjadi golongan dan
makin rendah ketitik terendah yaitu KEKUASAAN berbalut Kepercayaan.
3.
Jangan Percaya Kitab dari Lamanya. Jaman ini selalu
Berganti dan silih berganti akan tetapi Suatu ajaran yang di kitabkan akan
menjadi Penghalang kemajuan suatu jaman dan menjadi dasar dari kebodohan di
dalam perjalanan suatu jaman. Karena manusia adalah bagian dari jaman bukan jaman
bagian dari manusia. Dan kitab kuno itu Mungkin benar pada jamanya tapi bukan
untuk jaman jaman selanjutnya. Dan kitab Ajaran itu Mungkin benar menurut
bangsanya Pada Waktu Itu, tetapi belum tentu benar Ajaran Kitab Itu Untuk Jaman
Jaman Jaman Selanjutnya. Apalagi Ajaran Kitab itu Untuk Bangsa Lain, dan di
Terapkan di jaman Sekarang. Pasti Akan Menjadi Masalah dan Menjadi Sumber
Masalah dan Permasalahan Menjadikan Mundurnya Peradaban Suatu Bangsa
Meringkihkan Kejayaan dan Keagungan Suatu Negeri.
4.
Janganlah Berguru pada guru yang Beristri atau
bersuami lebih dari satu. Karena Guru atau (Nabi) Kalau Suka Kawin Bisa di
pastikan beliau itu pasti lemah spiritualnya karena dengan sering kawin akan
menumpulkan Ketajaman matabatinnya (Matahati) merosot Budi Pakartinya Seorang
guru Karena Memikirkan Kebutuhan Keduniawian Seorang Anak dan istri. Di
pastikan Bohong Kalinthong Orang seperti itu berilmu tinggi. Puji doanya Pun
Tidak ada yang Terkabul Karena Jiwa Orang Seperti itu lebih rendah Kastanya
dari Penipu. Sungguh Celaka Orang Yang Berguru Pada Guru seperti itu. Janganlah
Orang Kanung Anggeguru orang seperti itu.
5.
Percayalah pada Rasa Sejatimu Sendiri. Rasa adalah
Perwujudan dari Kesucian Hyang Agung, Rasa itu tak pernah bohong. Kalau gula
manis, Kalau asam Kecut kalau Garam itu asin Rasa itulah Tuntunan yang Agung di
atas para guru guru atau Nabi. Di balik rasa menyimpan Kejayaan keagungan
Keselamatan dan Kemuliaan. Ajaran seperti ini harus di Ajarkan Kepada Satria
Satria Kanung Seperti. Bima Enggi Saputra dan Chandra Wijaya dll. Karena Orang
kanung Harus belajar kasepuhan kanung sebagai Jati diri Bangsa Mandiri.
ABAGYAGIRI MAHARAJA PRABHU SRI BOJA GALUH PADJAJARAN 1351 M
Prabhu
Sri Boja Orang Orang Kerajaan Dulu Menyebutnya, Beliau adalah Raja Galuh
Padjajaran. Yang Memerintah Padjajaran pada Tahun 1351 M.
Raja
Yang Baik Hati Ramah Agak Sedikit Mejeng Berkulit Kuning Langsat Tinggi Lencir
Berikat Kepala Motif Sikatan Nebo Berbaju Motif Kembang Kembang Kecil berdasar
Warna Hijau Mupus, Berkumis Tipis Tanpa Jenggot Tanpa Jambang, Lirikanya dan
Permainan Matanya Penuh Makna,Suka Berkawan di Cintai Kawan di Hormati Lawan.
Baju
Kebesarnya Warna Perak, Kerajaan Galuh Padjajaran Tidak Memakai Mahkota Tropong
Emas Seperti Kerajaan Kerajaan di Jawa Timur, Melainkan Memotif Rambutnya
Sebagai Mahkota dan Bersumping Melathi di Kanan Kiri dan Bersisir Emas.
Prabhu
Seri Boja Galuh Padjajaran Gugur di Medan Tempur Melawan Wilwatikta Nagari
Jaman Rajasanagara Prabhu. Rombongan Prabhu Boja Kalah di Peperangan. Banyak
Prajurit Padjajaran Lari Tinggal Glanggang Menyelamatkan diri Lari Masuk Ke
Hutan Hutan.
Baju
dan Celananya Mereka Menjadi Compang Camping Dedel Duwel Dawul Dawul Tersangkut
Duri duri dan tersangkut sangkut dahan dahan tajam. Nafasnya Para Prajurit
Padjajaran itu Sampai Kendeng Terlihat Krenggosan Melar Mingkus Enggos Enggosan
Padahal
Sudah Tidak di Kejar Prajurit Madjapahit.
Maksud
Hati Ingin Cepat Cepat Kabar Kabar di Galuh Padjajaran Bahwa Paduka Maharaja
Prabhu Seri Boja Gugur di Tlatah Wilwatikta.
Sampai
di Hutan Kendeng Ketemu Pendeta Guru Badra, di Tanyain Kok Krenggosan ada apa,
Kelima Prajurit itu Menjawab Ingin Segera Pulang, Ungin Segera Mengabarkan
Bahwa Prabu Boja Gugur di Bubat Beserta Keluarganya.
Sumengko
Kedatangannya Pajurit Padjajaran itu Membuat Guru Badra Gugup Gupuh Sehingga
Ketrucut Sabdanya di Tepat itu di Sabda Oleh Guru Badra Jadi Nama Sumengko
Untuk Mengenangnya. Tempat itu Kalau jadi Desa atau Banjar Pemukiman jadi Desa
Sumengko kemudian Orang Orang Kendeng Menyebutnya Bhumi Sumengko Kendeng Sampai
Sekarang. Jadi desa Bernama Sumengko
Prajurit
itu Kemudian di Kasih Bekal Oleh Guru Badra Sebungkus Daun Jati Madu Malam,
Sebungkus Kunyit Temulawak dan Bakaran Kelapa Beserta Segenggam Garam Untuk
Bekal Pulang Ke Padjajaran. Di Bungkus Jubah Sang Pendeta Guru Badra Bekal itu
Mereka bawa pulang Ke Negerinya di Sana.
Seri
Prabhu Boja Itu Sudah di Peringatkan Para Sesepuh Para Mpu Para Brahmana
Pandita Domas Bahwa Berangkatnya itu Harinya tidak baik, tetapi masih
Bersikeras Berangkat Juga.
Berangkatnya
itu Berlayar Lewat Laut Utara Waktu Sireb Bajang Kurang Lebihnya. Pulang Malah
Tinggal Namanya Saja. Jaman itu Belum ada Belanda Belum ada Pemerintahan Islam
di Nusa Lingga ini. Atau Zhou Hwa (Jawa).
Perang
Bubat itu terjadi Sekitar Surya Rumangsang Dan Prabhu Boja Gugur Sekitar Wisan
Garu dan Lingsir Surya Sudah Selesai Semuanya, Prajurit Padjajaran Yang Lari
Ketemu Guru Badra Waktu itu Waktu Nggereg Angon.
Celakanya
Sejarah Prabhu Boja di Dramatisir Oleh Cendekiawan Muslim Era Kasultanan. Demak
Sampai Sekarang, Karena Banyak Yang Tidak Tau Sejarah itu Orang Orang Pada
Ngaku Aku Turunan Padjajaran Waris Galuh Padjajaran,
Lha
Prabhu Boja di Rubah Namanya Menjadi Siliwangi. Dan di Kenang Juga Sebagai
Muslim.
Dan
Ada yang menggambarnya tetapi Ciri Ciri beliau yang di tulis keluarga badra
tidak sama dengan gambar gambar yang ada di pasaran itu sehingga bubrah Sejarah
padjajaran Makin Runyam Gelap Gulita Sejarah Pasundanan di Klaim dan
Silsilahnya di Karang karang.
Demi
Ambisi Kekuasaan Serta Memperluas Pengaruh Mereka dalam Mengislamkan Pasundan
dengan Memutarbalikan Sejarah Menjungkirbalikan Kebenaran Sehingga Kebenaran
menjadi kebohongan kebohongan berganti kebenaran. Galuh Padjajaran itu ada 4
Kepercayaan Yang dianut Masyarakat Pasundan Yaitu.
1.
Siwa Kanung.
2.
Buddha Kanung
3.
Kanung
4.
Vishnawa.
Prabhu
boja itu Beragama KANUNG Naluri Leluhur Medhang dan Kendeng. Malah Oleh mereka
Menyebut SUNDA WIWITAN. Artinya SUNDA = Bangsa Sunda
WIWITAN=
Kuno atau Pertama (Kawitan)
Jadi
Arti dari Nama Kepercayaanya Sundawiwitan. Artinya: Kepercayaan Sunda
kuno,Terus Sunda Wiwitanya namanya Apa tidak ada Yang Tau..!
Shang
Maharaja Prabhu Sri Boja Galuh Padjajaran Juga Tidak Memelihara Macan atau
Rimong, Baik Loreng atau Putih Seperti Gambar Gambar di Pasaran itu. Karena
Macan itu Sudah ada di Gambar Panji Panji Kedathon Ratna (Galuh) Di buat Masa
Pemerintahaan Raja Galuh Pertama Yaitu Rahyang Kumbayana Agastya Rishi Indriya
Pra Astha di Banjarnegara abad ke 4 M. Raja Galuh Pertama Sejak Dari Rahyang
Rsi Agastya Kumbayana, Hang Sabura Dampo Awang Sampai Si Ratu Rahyang Dharmada
jaya wisesa atau Surawisesa itu tidak ada Yang Memelihara Rimong atau Macan.
Lha kok Gambar Gambar Lukisan itu ada Macanya...?
Terus
Kembali lagi Ke Pertanyaanya Penulis Sejarah itu Siapa dan Harusnya Siapa Yang
Punya Hak Menulis Kalau Trah Padjajaran Sudah Habis Waktu Padjajaran ambruk di
Kepung 4 Kesultanan yaitu,
1.
Demak,
2.
Cirebon,
3.
Banten,
4.
Turki Otoman dan Giri Sebagai Pembantu Untuk Demak.
SILIWANGI Itu Ada Dari Budi Budaya Para Pengarang Sejarah Setelah Islam Masuk Meruntuhkan Wilwatikta dan Padjajaran.
Ajaran
Kanung menekankan Menjunjung tinggi Orang Tua, Mungkin Patah Jimbuningrat
Berani Sama Orang Tuanya.
Di
Padjajaran itu Para Pangeran itu tidak ada Yang berani Sama Bapaknya Karena
Kanung di junjung tinggi di Pasundan.
Imajiner
Nuswantoro