KISAH BALUMBUNGAN & BLAMBANGAN
Nama Balumbungan berasal dari nama sebuah tanaman yang tumbuh subur di negeri itu yaitu tanaman Lumbu.
Lumbu adalah bahasa Kawi dari tanaman Talas/ Lateng/ Walur/ Balur, maka tak heran nama ibukotanya disebut Baluran.
Jadi bisa dipastikan Kadipaten Balumbungan bertempat di Baluran.
Dalam prasasti Congapan tahun 1010 Ç/1088M yang ditemukan di Sumberbaru, Jember menyebut bahwa Balumbungan adalah negeri yang subur dan kaya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mpu Prapanca dalam Negarakertagama nya yang menyebut daerah kaya itu sebagai Balumbung yang berasal dari kata " Lumbung ".
Diceritakan bahwa pada tahun 1347, Dalem Makambika putra mendiang Sri Astasura Ratna Bhumi Banten dari Bedahulu membalas dendam atas gugurnya raja Bedahulu tersebut. Penyerangan itu mengakibatkan seorang Mangkubhumi Samidha Medang Kawitan sekaligus seorang Ajar Kandang Lembu yang bernama Mpu Mahisa Suradenta gugur.
Dalam penyerangan itu pula mengakibatkan Adipati Patukangan Arya Sura Adikara mengungsi ke Lamajang.
Gugurnya Mpu Mahisa Suradenta dikarenakan penolakan sang Ajar untuk membantu raja Bedahulu menghalau pasukan Majapahit dari padepokan Balumbungan. Ki Ajar Mpu Mahisa Suradenta lebih memilih menepati sumpah setianya kepada Majapahit ketimbang membantu raja Bedahulu Sri Astasura Ratna Bhumi Banten.
Menanggapi keadaan yang tak terkendali di Bali, Balumbungan, dan lombok atas laporan Senopati Damar Wulung Wijaksara, akibat kekacauan yang dibuat oleh Dalem Makambika beserta pengikutnya. Maka Mahapatih Gajah Mada mengusulkan putra-putra Sri Çoma Kepakisan untuk menumpas para pemberontak-pemberontak tersebut di daerah Balumbungan, Bali dan Sumbawa.
Sri Çoma Kepakisan adalah putra Mpu Tantular Dang Hyang Kepakisan.
Sri Çoma Kepakisan adalah guru sekaligus sahabat Gajah Mada yang menjadi Dang Hyang di Bhumi Daha.
Setelah berhasil mengatasi kekacauan yang dibuat oleh Dalem Makambika beserta pengikutnya, putra-putra Rshi Çoma Kepakisan diangkat sebagai penguasa di daerah-daerah yang dulu pernah dikuasai musuh.
Putra-putra Sri Çoma Kepakisan tersebut masing-masing adalah :
1. Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan yang diangkat sebagai Adipati pertama di Balumbungan pada tahun 1352-1406
2. Sri Bima Çakti Kepakisan yang diangkat sebagai Adipati di Pasadehan (Pasuruhan)
3. Sri Aji Kresna Kepakisan yang diangkat sebagai Adipati pertama Nagara Jawa di Bali
4. Dalem Ayu Kepakisan atau Ketut Kepakisan yang diangkat sebagai Adipati di Sumbawa
Melihat tahun pengangkatan Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan yaitu tahun 1352 menandakan bahwa berdirinya Kadipaten Balumbungan berdiri sejak tahun tersebut.
Untuk lebih tau siapa itu Sira Dalem Bima Chili Kepakisan telah diuraikan di beranda saya.
Jadi jelas bahwa undangan yang datang dalam pesta penyambutan Baginda Raja Prabu Hayam Wuruk di Patukangan adalah Adipati Balumbungan I yaitu Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan.
Dan jelas pemberian anugrah Swatantra desa Katapang dalam salinan prasasti Trowulan I diberikan kepada Adipati Balumbungan pula.
BLAMBANGAN
Blambangan, kerajaan besar dan kuat yang misterius. Jarus dibedakan antara kerajaan kerajaan Lamajang Tigang Juru dengan kerajaan Majapahit Timur. lamajang Tigang Juru adalah kerajaan yang dihadiahkan kepada Arya Wiraraja oleh Raden Wijaya, sedangkan kerajaan Majapahit Timur yang lokasinya di Pamotan adalah kerajaan baru yang didirikan mertua Raja Hayam Wuruk (cucu Raden Wijaya) yang bernama Wijayarajasa.
Kerajaan lamajang Tigang Juru habis ketika terjadi pemberontakan anak Arya Wiraraja bernama Nambi, ditumpas oleh raja kedua Majapahit bernama Jayanagara. lumajang masih bergolak lagi di era raja ketiga majapahit bernama Tribuana Tungga Dewi, tepatnya di wilayah sadeng dan keta, penumpasan pemberontakan di sadeng dan keta dilakukan oleh Gajah Mada, yang pada saat itu masih menjabat patih kahuripan, patih majapahit masih dipegang Arya Tadah. setelah itu tidak ada lagi gejolak di lumajang atau lamajang tigang juru.
Di cerita lain, raja keempat majapahit bernama Hayam Wuruk itu mertuanya yang bernama Wijayarajasa ingin mendirikan kerajaan baru, dinamakan istana Timur atau majapahit Timur, lokasinya di Pamotan. masih menjadi perdebatan lokasi di pamotan ini tepatnya di mana, ada yang menganalisa di Sidoarjo, atau di Lumajang atau di Situbondo. ringkasnya ketika istana Timur diserahkan kepada anak angkat Wijaya Rajasa yang menikahi cucunya, bergelar Bhre Wirabhumi. pada saat Bhre Wirabhumi berkuasa, Majapahit dipegang oleh anak Hayam Wuruk yang bernama Wikramawardhana.
Bhre Wirabhumi bertengkar dengan Wikramawardhana mengenai jabatan Bhre Lasem yang ingin ditempati istri masing-masing. maka dari itu ada dua Bhre Lasem, yaitu istri Wikramawardhana bernama Bhre Lasem Sang Ahayu dan istri Bhre Wirabhumi bernama Bhre Lasem Sang Alemu (yang satu ahayu/ayu/cantik dan yang satunya lemu/gemuk/ginuk).
Pertengkaran tersebut menimbulkan pecah perang sebenarnya yaitu perang paregreg. Bhre Wirabhumi akhirnya kalah dan lari naik perahu, dikejar oleh anak buah Wikramawardhana, tertangkap dan dipenggal kepalanya, kemudian kepala itu dibawa ke Majapahit.
Habislah kerajaan majapahit Timur. anak Bhre Wirabhumi diambil dan dijadikan selir Wikramawardhana, melahirkan anak perempuan bernama Dewi Suhita.
Dewi Suhita menjadi raja ke 6 Majapahit, melakukan balas dendam atas kematian kakeknya Bhre Wirabhumi dengan menghukum mati Raden Gajah.
tulisan tertua mengenai nama Blambangan didapat dari catatan Bujangga Manik baru pada abad 16, yang menyebutkan adanya kerajaan Balumbungan di wilayah paling timur pulau Jawa.
Adanya cerita rakyat mengenai Damar Wulan yang memenggal kepala Minak Jinggo dan dibawa ke majapahit menjadi identik dengan pemenggalan kepala Bhre Wirabhumi yang dibawa ke Majapahit, namun agak rancu juga karena kejadian pemenggalan kepala Bhre Wirabhumi ini terjadi tahun 1406,
Sedangkan data dari Bujangga Manik mengenai kerajaan Blambangan ada di abad 16.
Kisah Damar Wulan menyatakan bahwa raja Majapahit di saat tersebut bernama Kencono Wungu, ini diidentikkan dengan sosok Dewi Suhita.
Adapula yang mencocokkan sosok Kencono Wungu itu dengan Tribuwana Tungga Dewi, karena Tribuwana memang menikah dengan ksatria bernama Cakradara setelah memenangkan lomba, persis seperti lomba yang dimenangkan oleh Damar Wulan ketika membunuh Minak Jinggo.
Blambangan kerajaan besar yang sulit ditaklukkan di masa Demak maupun oleh kerajaan dari Bali, walau akhirnya bisa ditaklukkan juga.
Kisah mengenai kebesaran dan kekuatan Blambangan serta penaklukannya oleh Demak dan Bali terjadi setelah Majapahit Runtuh.
Sumber referensi :
Prasasti Congapan
Prasasti Trowulan I
Negarakrtagama
Babad Dalem
Babad Pasek
Babad Nararya TegehKori
Dirangkum oleh Imajiner Nuswantoro dari berbagai sumber referensi postingan FB maupun media online