KISAH LAHIRNYA RADEN SETYAKI DALAM MAHABHARATA
Nama : Setyaki
Nama lain : Sencaki, Secaki, Yudhayana, Singamulangjaya,
padmanegara
Panglima dari : negara Dwarawati
Senjata : gada wesi kuning
Anak : Harya Sanga Sanga
Ayah : Ugrasena/ Setyiajid
Ibu : Dewi Wersini
Kisah cerita singkat :
Nama Singamulangjaya dia peroleh sejak ia lahir
Diceritakan bahwa sewaktu Dewi Wresini mengandung Setyaki, ia mengidam menaiki harimau putih.
Keinginan itu dapat dikabulkan sewaktu bertemu dengan seekor singa putih bernama Singamulangjaya, dan singa itupun bersedia ditunggangi sang Dewi.
Namun, sewaktu ditunggangi, singa putih itu malah berlari dan kandungan Dewi Wresini terlahir di punggung harimau.
Singamulangjaya hendak menerkam bayi Setyaki, namun si bayi kecil malah melawan sang harimau putih sampai harimau itu tewas. Sejak itulah Setyaki diberi julukan Singamulangjaya.
KISAH RADEN SETYAKI DALAM KISAH MAHABARATA
Setelah pernikahan dengan Rukmini, Prabu Kresna berkumpul dengan kedua wanita utamanya, Dewi Radha dan Dewi Rukmini. Mereka membahas perkembangan sepupu mereka yakni Setyaki yang sekarang ini di bawah bimbingan Permadi. Prabu Kresna berkata Setyaki semakin kuat dan sakti, bahkan kini ia juga belajar permainan gada dengan Bratasena. Dewi Radha lalu bertanya bagaimana kelahiran Setyaki sehingga ia jadi sakti begitu. Prabu Kresna lalu bercerita :
'Pada jaman dahulu, raja kepiting samudera utara yakni Prabu Yuyudana melakukan pertapaan. Batara Wisnu senang dengan pertapaan Prabu Yuyudana dan bertanya "Yuyudana, aku senang dengan pertapaanmu. Katakanlah, apa yang kamu inginkan dariku?" "Ampun, paduka. Dari semua keinginan hamba di dunia hanya ada satu yang belum pernah hamba utarakan kepada siapapun. Hamba ingin mengabdi bersamamu." Batara Wisnu berkata bahwa ia akan mengabdi padanya saat penitisannya sebagai putra Basudewa dan Yuyudana akan mengabdi padanya sebagai sepupunya. Singkat cerita, Prabu Yuyudana menanti di alam lain.
Ratusan tahun kemudian, di kerajaan Lesanpura, Arya Ugrasena yang kini menjadi raja bergelar Prabu Setyajid dihadap para menteri, punggawa, dan permaisurnya, Dewi Wresini juga putri sulungnya, Dewi Setyaboma. Mereka membicarakan tentang pesta siraman tujuh bulan yang akan diselenggarakan tiga hari lagi. Tiba-tiba Dewi Wresini menyampaikan permintaannya ingin naik harimau putih yang bisa bicara. Prabu Setyajid segera memerintahkan prajuritnya memasang grogol (perangkap hewan) di hutan Harsawana. Di tempat lain di kerajaan Swalabumi, Prabu Tambakyuda dihadap patihnya, Singamulangjaya membicarakan untuk menyerang kerajaan tetangga yakni kerajaan Lesanpura. Selain atas dasar perpolitikan, alasan lain Prabu Tambakyuda ingin menyerang Lesanpura yakni disebabkan ia kepincut hati dengan Dewi Wresini. Patih Singamulangjaya akan mencoba menculik ratu Lesanpura sebagai sandera itu alih-alih menyerang langsung Lesanpura. Ia lalu bertukar wujud jadi harimau putih.
Di hutan Harsawana, Raden Permadi, para punakawan dan para prajurit telah memasang jebakan grogol. Lalu dari arah dalam hutan, muncul seekor harimau putih. Beberapa prajurit dikejarnya lalu ketika mengejar prajurit itu, harimau itu masuk ke jebakan dan meronta-ronta dengan bahasa manusia. “Tolong! Tolong! Lepaskan Aku!. Kalau aku dilepaskan, aku akan menurut.” Raden Permadi kemudian memerintahkan para prajurit untuk melepaskannya. Sesuai janjinya, setelah dilepaskan harimau itu menjadi sangat jinak dan mau di bawa oleh Raden Permadi ke Lesanpura. Beberapa hari kemudian, pesta siraman tujuh bulan di selenggarakan. Pesta berlangsung meriah. Selain dari Amarta ada Prabu Yudhistira dan Raden Permadi, turut datang pula Arya Bratasena untuk memeriahkan. Setelah melakukan prosesi siraman, sang permaisuri Prabu Setyajid itu duduk diatas harimau putih idamannya. Kucing besar itu nampak begitu anteng dan jinak ketika dinaiki Dewi Wresini. Namun, setelah mereka semua lengah, tiba-tiba harimau putih itu kabur membawa Dewi Wresini yang masih ada dipunggungnya. Prabu Setyajid dan tetamu undangan terkejut melihat sang harimau berhasil kabur dan membawa permaisuri Lesanpura. Prabu Setyajid takut kalau Permadi membawa makhluk jadi-jadian. Permadi segwra memohon diri disusul Prabu Kresna yang ikut menemani.
Harimau yang melarikan Dewi Wresini terus berlari jauh ke dalam hutan. Dewi Wresini ketakutan karena mengira dia akan di mangsa. Tiba-tiba kandungannya berontak. Sang harimau mengerti lalu berhenti di tepi sendang didalam hutan. Sang harimau berubah kembali jadi patih Singamulangjaya. Tanpa disadari, Batara Narada datang bersama jiwa Prabu Yuyudana. Dewi Wresini merasa kesakitan perutnya tanda akan melahirkan. Di saat yang sama, jiwa Prabu Yuyudana menitis ke rahim sang permaisuri itu sehingga bersatulah dengan si jabang bayi. Patih Singamulangjaya mencoba menggugurkan kandungan Dewi Wresini dengan memukul perutnya. Namun semakin dipukul, Dewi Wresini tidak kesakitan dan sang jabang bayi justru lahir dengan selamat. Bayi berkelamin laki-laki itu nampak sehat. Patih Singamulangjaya mencoba membunuh sang jabang bayi. Dewi Wresini memohon sambil menangis agar anaknya jangan dibunuh. Namun permintaannya tak dihiraukan. Patih Singamulangjaya memukuli si bayi namun si jabang bayi kulitnya sekeras kulit kepiting dan malah bisa merangkak. Lalu si jabang bayi diangkat lalu dibantingnya tapi si bayi tidak terluka sedikitpun malah si jabang bayi berubah jadi anak berumur tujuh tahun dapat berjalan dan berlari. Dewi Wresini memanfaatkan berusaha kabur. Karena kesal, Patih Singamulangjaya membanting dan menghajar si anak hingga terpental ke balik semak-semak. Bukannya mati, justru si anak semakin kuat dan tangan Patih kesakitan. Patih Singamulangjaya berubah lagi jadi harimau, mencakar dan menendangnya hingga terpental jauh. Tanpa disadari, si anak berubah jadi pemuda sembilan belas tahun berkumis dan berjanggut tebal. Dewi Wresini yang berhasil kabur menyaksikan peristiwa ajaib itu lalu mendekati putranya yang tumbuh dewasa dalam sekejap. Pemuda itu kemudian bertanya “hei, perempuan. Siapa kamu ?” “aku ibumu, anakku. Atas perlindungan Dewata, kau telah tumbuh dewasa dalam sekejap.” Sang pemuda itu tak mengerti. Di saat yang sama, Batara Narada menampakkan diri di hadapan Dewi Wresini dan putranya lalu memakaikan pakaian pada putra Dewi Wresini dan memberinya nama Arya Yuyudana. Dewi Wresini menjelaskan bahwa ia diculik oleh harimau itu. Maka putra Dewi Wresini itu segera menyerang harimau jejadian itu hingga akhirnya harimau itu berhasil dihabisi. Secara ajaib, atma Patih Singamulangjaya berubah jadi cahaya dan manjing ke tubuh putra Wresini. Batara Narada berkata bahwa sekarang patih Singamulangjaya akan mengabdi kepada dharma.
Singkat cerita, mereka harus kembali ke Lesanpura untuk memberitahu kabar gembira ini. Di tengah perjalanan, mereka diserang oleh Raden Permadi. Di kejauhan, Prabu Kresna dan Ki lurah Semar hanya mengawasi. Arya Yuyudana memaki mereka “ hei,apa yang kau lakukan. Kau mau melukai ibuku??” raden Permadi menyangkalnya “ Tutup mulutmu. Kau pasti penculik bibi prameswari. Lepaskan dia! Kakang Madawa, bantu aku.” Prabu Kresna tak mau gegabah, lalu nampak berjalan tenang lalu melerai perkelahian mereka. Di saat yang sama Batara Narada dan Ki Lurah Semar kembali muncul dan menjelaskan bahwa mereka itu bersaudara sepupu. Setelah Batara Narada menghilang, Dewi Wresini menceritakan apa yang dialaminya. Raden Permadi dan Prabu Kresna terkesan dengan pengalaman bibi mereka. Mereka pun memeluk Arya Yuyudana dan kembali melanjutkan ke Lesanpura.
Sesampainya di Lesanpura, Prabu Setyajid menerima kedatangan istri dan para keponakannya. Dia bersyukur istrinya dapat diselamatkan.lalu dia bertanya “istiku, siapa pria muda yang disebelahmu?" “suamiku, ini anak kita.” Prabu Setyajid terkejut dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Dewi Wresini menceritakan bagaimana dia diculik patih Swalabumi yang menyamar jadi harimau, bagaimana dia melahirkan dan bagaimana putra mereka bisa tumbuh dewasa dalam sekejap. Prabu Setyajid ragu akan kebenaran cerita itu. Sebelum dia berbicara, tiba-tiba datang seorang prajurit mengabarkan pasukan Swalabumi mengamuk di dekat kotaraja. Prabu Setyajid geram hendak memerintahkan para prajurit. Namun Arya Yuyudana mendekati ayahnya “ayahanda, biar aku saja yang memimpin dan menghadapi mereka." Singkat cerita pertarungan dahsyat terjadi. Prajurit Swalabumi kucar-kacir menyisakan Prabu Tambakyuda seorang. Dengn sekuat tenaga, Prabu Tambakyuda memghantamkan gada ke badan Arya Yuyudana. Tapi karena kulit Yuyudana sangat keras, gada sakti Tambakyuda terpental.
Setelah beberapa lama, Prabu Tambakyuda dibanting lalu kepalanya dibentur-benturkan ke sebuah batu besar hingga tewas. Secara ajaib, ruh Prabu Tambakyuda bersatu dengan kekuatan fisik Arya Yuyudana. Prabu Setyajid yang melihat dari kejauhan memeluk Arya Yuyudana dan mengakuinya sebagai putranya. Namanya lalu diubah jadi Arya Setyaki, mengikuti nama gelar ayahnya. Di bawah bimbingan Permadi, Setyaki berlatih dan belajar berbagai ilmu.'
Dewi Radha terkesan dengan kisah Setyaki. Dia ingin sekali bertemu dengan Setyaki dan kakaknya, Setyaboma. Sebelum bertemu mereka, Dewi Radha akan menemui sahabat lamanya, Dewi Jembawati.