SINUHUN PAKUBUWANA VII
(Raden Mas Malikis Solikin, bergelar Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping VII)
Sinuhun Pakubuwana VII terlahir pada Kamis Wage 16 Mucharom 1723 J atau 28 Juli 1796.
Dengan nama kecil Raden Mas Gusti Malikis Salikin yang berarti " Jiwa yang Murni ". Beliau adalah putra dari GKR Kencana Wungu (Permaisuri II) dengan Sinuhun Pakubuwana IV. Jadi Sinuhun PB VII adalah adik Sinuhun PB V (putra dari Permaisuri I) juga Paman Sinuhun PB VI.
Setelah RMG Malikis Salikin dewasa beliau mendapat anugrah gelar nama KGPA Purubaya dan diperkenankan tinggal Dalem Purbayan (Dalem Suryahamijaya) yasan Sinuhun PB IV letaknya disebelah barat Dalem Sasana Mulya
Pangeran Purbaya adalah pribadi yang sederhana, sabar, tawakal. Hampir setiap harinya dilalui dengan puasa juga mengurangi tidur dimalam hari untuk Sholat Hajat maupun Tahajud. Beliau juga hidup rukun dan setia dengan kakak yang menjadi Raja yaitu Sinuhun PB V. Begitu pula Sinuhun PB V sangat menyayangi adiknya tersebut.
Hingga ketika Sinuhun PB V sakit keras, beliau berpesan kepada Residen Surakarta bahwa yang diperkenankan menggantikan tahta beliau adalah adiknya yaitu KGPA Purubaya, karena KGPA Purubaya juga putra dari Permaisuri II.
Sinuhun PB V adalah putra dari GKR Kencana (Permaisuri I PB IV), Pangeran Purbaya putra dari GKR Kencono Wungu (Permaisuri II PB IV) . GKR Kencono dan GKR Kencono Wungu adalah putri dari Adipati Cakradiningrat Penguasa Kadipaten Pamekasan Madura.
Hingga kemudian keesokan harinya Patih Sasradiningrat II menghadap Sinuhun PB V di Kraton Surakarta. Beliau menanyakan keadaan kondisi Sinuhun PB V sekalian beliau menanyakan siapa yang akan ditunjuk menggantikan Sinuhun. Sinuhun PB V menjawab bahwa jika beliau wafat, beliau ikhlas jika yang menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Purubaya.
Mendengar titah Sinuhun tersebut , sambil tangannya menyembah, Patih Sasradiningrat II menjawab " Sinuhun, waris saudara terhalang oleh waris putra atau anak. Apa Sinuhun tidak menganggap para putra itu adalah putra Sinuhun? "
Sinuhun terdiam sejenak kemudian menjawab " Anakku Sapardan masih muda masih belum cukup umur, belum bisa memimpin Negari Surakarta "
Sang Patih Sasradiningrat II kemudian menjawab " Raja adalah Pepunden Negara, dan Patih sebagai abdi dalem akan senantiasa membantu Raja "
Sinuhun PB V terdiam sejenak kemudian berkata kepada Patih Sasradiningrat II mengenai perintah yang sudah terlanjur diberikan kepada Residen Surakarta.Patih Sasradiningrat menghaturkan hormat akan menyelesaikannya.
Hingga kemudian ketika Sinuhun PB V wafat RM Sapardan diangkat sebagai Raja Surakarta selanjutnya dan bergelar Sinuhun Pakubuwana VI
KGPA Purubaya yang mendengar penuturan Patih Sasradiningrat II juga tidak marah, Beliau malah mendukung penunjukan RM Sapardan menjadi raja, karena Beliau tidak ingin ada kekacauan dibelakang hari karena perebutan tahta.Beliau juga terharu mendengar kisah bahwa kakaknya menunjuknya sebagai Raja selanjutnya.
Pada masa pemerintahan Sinuhun PB VI, ketika masa perang Diponegoro, KGPA Purubaya ditunjuk sebagai Pengawas di perbatasan wilayah negara.
Ketika Sinuhun PB VI ditangkap oleh Belanda dan diasingkan di Ambon, oleh Patih Sasradiningrat II diusulkan menjadi raja selanjutnya karena mengingat putra putri Sinuhun PB VI masih kecil kecil.
KGPA Purubaya diangkat menjadi raja Kraton Kasunanan Surakarta pada tanggal 14 Juni 1830. Dengan gelar Susuhunan Pakubuwana VII.
Susuhunan Pakubuwana VII memerintah selama 28 tahun.
Pada masa pemerintahannya, muncul pujangga pujangga sastra dan menjadi kejayaan Sastra di Kasunanan.
PB VII juga sangat membenci Candu dan membuat aturan khusus bagi pemakai Candu.
PB VII juga membuat undang undang negara " Angger Angger Nagari "
PB VII juga mengatur aturan gelar untuk bangsawan Kasunanan dan Kadipaten Mangkunegaran juga para Bupati.
PB VII juga membakukan " Pranoto Mongso " untuk pedoman petani dalam mengolah sawah dan hal hal yang berkaitan dengan pertanian.
PB VII juga berkenan memasang mustaka brumbungan pada Masjid Agung dengan bahan dari Emas. Tanggal 8 Nov 1856
Beliau juga berkenan membangun serambi Mesjid Agung tanggal 21 Agt 1856
Demikian pula Beliau bersama Kraton Yogyakarta memugar Mesjid Demak. Pada tanggal 3 Juni 1842.
PB VII memesan Kereta Kencana beaya f30.000. Tetapi kereta belum selesai Beliau wafat.
Sinuhun Pakubuwana VII berkenan membangun Pesanggrahan Tegalganda di Delanggu Klaten
Sinuhun PB VII memperbaiki dan memugar Sitihinggil Kidul, Tratag Pagelaran juga memperbaiki Cantik Rajamala.
Istri Istri Sinuhun Pakubuwana VII :
1. Permaisuri I : GKR Mas ( putri P. Mangkubumi I / putra PB III )
2. Permaisuri II : GKR Pakubuwana (putri Sultan Cakraningrat - Raja Madura)
3. RAy Retnodiluwih (Garwa Sepuh & Garwa Paminggir) cucu Patih KRA Jayaningrat. Beliau putra R Mayor Sumadirdja.
Putra Putri Sinuhun PB VII :
1. GRAy Suryaningrat (putri RAy Retnodiluwih) menikah dgn GPH Suryaningrat (putra PB V)
2. BRMG Budiman (putra GKR Pakubuwanana) wafat muda
3. GRM Sarjono (putra RAy Retnodiluwih) wafat muda
4. GKR Pembayun (putri GKR Pakubuwana) tidak menikah
5. GRAj Isbandiyah (putri GKR Pakubuwana) wafat muda.
Kelak hanya dari GRAy Suryaningrat yang menurunkan putra, cucu, buyut , canggah.
GRAy Suryaningrat menikah dengan GPP Suryaningrat putra Sunan Pakubuwana V menurunkan :
1. Pangeran Cakradiningrat
2. Pangeran Cakranegara
Susuhunan Pakubuwana VII berkenan memperbolehkan Patih Sasradiningrat II yang wafat th 1847 M dimakamkan di Astana Imogiri di pelataran Sri Manganti Kedaton Kasuwargan Sinuhun PB III. Sinuhun PB VII kemudian melantik KRT Jayanegara (Bupati Nayaka Sewu) sebagai Patih KRA Sosrodiningrat III.
Pada awal tahun 1857 Masehi, Sinuhun Pakubuwana VII membuat sebuah Sabda Ratu yang berisi tentang siapa calon raja selanjutnya. Beliau menitahkan bahwa sepeninggal beliau wafat yang menjadi raja selanjutnya adalah adiknya yaitu KGPA Hangabehi . Sedangkan KGPH Prabuwijaya (BRMG Duksino / putra PB VI) diangkat menjadi Putra mahkota dengan gelar KGPAA.
Tetapi apabila Pangeran Hangabehi wafat terlebih dahulu, maka KGPH Prabuwijaya (BRMG Duksino) yang berhak menggantikannya.
Dari Sabda Ratu tersebut, Susuhunan PB VII secara tidak langsung berusaha menepis atau menyelamatkan Kraton dari bahaya perebutan tahta seperti yang dikhawatirkan Ayahandanya yaitu Susuhunan PB IV ketika beliau mendapatkan 3 buah kurma dari seorang pemuka agama dan diramalkan 3 putranya akan menduduki tahta Kraton Surakarta.
Setahun kemudian pada Senen Legi 10 Mei 1858 M atau 27 Ramelan Jimakir karasa salira resi sabumi (1786 J) Sinuhun Pakubuwana VII wafat dalam usia 63 tahun 8 bulan. Beliau memerintah kraton surakarta selama 29 tahun.
Jenazah beliau dimakamkan di Astana Imogiri
Al-Fatihah kagem Alusipun Eyang Sunan Pakubuwana VII
Al- Fatihah kagem Alusipun Eyang R.Ay Retnodiluwih
Al - Fatihah kagem Eyang GPH Suryaningrat & GRAy Suryaningrat
Sri Susuhunan Pakubuwana VII (1830 – 1858)
Sebelum naik tahta, beliau bernama kecil Raden Mas Malikis Solikin menggantikan keponakannya yakni Sinuhun Pakubuwana VI yang diasingkan Belanda ke Ambon.
Naik tahta pada tahun 1830, bergelar Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping VII.
Pada masa pemerintahan Sinuhun Pakubuwana VII budaya sastra di Surakarta berkembang pesat. Kasunanan Surakarta Hadiningrat mencapai masa kejayaannya di bidang sastra pada masa Sinuhun Pakubuwana VII. Bagus Burhan atau Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta pada September 1845.
Kemajuan juga terjadi di bidang hukum dan peradilan. Sinuhun Pakubuwana VII menetapkan Serat Angger Angger Gunung atau Serat Angger Nagari. Buku hukum ini menjelaskan bahwa sejak itu dilakukan denda dan hukum sita atas harta milik.
Pada masa Sinuhun Pakubuwana VII telah ditulis dan dibakukan pula “Pranata Mangsa” yang menjadi pedoman musim bertani di wilayah Mataram.
Kisah Sri Susuhunan Pakubuwana VII
Sri Susuhunan Pakubuwana VII (lahir Surakarta, 1796 – wafat Surakarta, 1858) adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 1830 – 1858.
Kisah Pemerintahan
Nama aslinya ialah Raden Mas Malikis Solikin, putra Pakubuwana IV yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Sukaptinah alias Ratu Kencanawungu. Ia dilahirkan tanggal 28 Juli 1796.
Pakubuwana VII naik takhta tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, yaitu Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon oleh Belanda. Saat itu Perang Diponegoro baru saja berakhir. Pemerintahan Pakubuwana VII relatif damai dibandingkan raja-raja sebelumya. Tidak ada lagi bangsawan yang memberontak secara fisik besar-besaran setelah Pangeran Diponegoro. Jika pun ada hanyalah pemberontakan kecil yang tidak sampai mengganggu stabilitas keraton.
Keadaan yang damai itu mendorong tumbuhnya kegiatan sastra secara besar-besaran di lingkungan keraton. Masa pemerintahan Pakubuwana VII dianggap sebagai puncak kejayaan sastra di Kasunanan Surakarta dengan pujangga besar Ronggowarsito sebagai pelopornya. Hampir sebagian besar karya Ronggowarsito lahir pada masa ini. Hubungan antara raja dan pujangga tersebut juga dikisahkan sangat harmonis.
Pakubuwana VII juga menetapkan undang-undang yang berlaku sampai ke pelosok negeri, bernama Angger-Angger Nagari. Pemerintahannya berakhir saat kematiannya pada tanggal 28 Juli 1758.
Karena tidak memiliki putra mahkota, Pakubuwana VII digantikan oleh kakaknya (lain ibu) bergelar Pakubuwana VIII yang naik takhta pada usia 69 tahun.
SAMPEYANDALEM HINGKANG SINUHUN KANGDJENG SUSUHUNAN PAKOEBOEWANA SENAPATI ING NGALAGA ABDULRACHMAN SAYIDIN PANATA GAMA KALIFATULAH HINGKANG KAPING VII DI NAGARA KARATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT
Sri Susuhunan P.B. VII adalah putra dari Sri Susuhunan P.B.IV, yang lahir dari istri permaisuri G.K.Ratu Kencana (R.Aj.Sukaptinah), putri dari R.Adipati Cokrodiningrat di Pamekasan Madura. Sampeyandalem Hingkang Sinuhun P.B.VII bernama kecil B.R.M.G. Malikis Solikin. Beliau sering disebut Sunan Puruboyo.
Alur Silsilah Sampeyandalem Hingkang Sinuhun P.B.VII dari Ibunda Beliau G.K.R. Kencana Wungu, yaitu :
1. Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Demak I, berputra :
2. Pangeran Kandhuruwan, berputra :
3. Pangeran Wetan, berputra :
4. Pangeran Lor, R.Rajasa, berputra :
5. Pangeran Cokronegoro, berputra :
6. R.T.Yudonegoro di Sumenep, berputra :
7. R.T.Wirosari di Pamekasan, berputra :
8. R.T. Purwonegoro, berputra :
9. R.Wironegoro, berputra :
10. R.Hadikoro, berputra :
11. R.Adip.Cokrodiningrat (R.Halsono) di Pamekasan Madura, berputra :
12. G.K.R.Kencana Wungu, istri permaisuri no.2 Sampeyandalem Hingkang Sinuhun P.B.IV, berputra :
13. Sampeyandalem Hingkang Sinuhun P.B.VII, bernama kecil B.R.M.G.Malikis Solikin.
Tanggal kelahiran Beliau pada hari Kamis Wage 16 Mucharam 1723 jawa, atau 28 Juli 1796 M.
Disaat dinobatkan menjadi Pangeran, bernama K.G.P.A. Puruboyo.
Penobatan menjadi Raja pada hari Senin Wage 22 Besar 1753 jawa, atau 14 Juni 1830 M.
Wafat Beliau pada hari Senin Legi 27 Siam (Pasa) 1786 jawa, atau 28 Juli 1858 M, wafat pada usia 63 tahun.
Istri Permaisuri bernama G.K.R.Pakoe Boewana adalah putri dari K.G.Mangkubumi I.
Istri selir bernama R.Ay.Retnodiluwih.
Putra-putri Sri Susuhunan P.B.VII, ada 5 orang:
Putra Beliau yang meninggal ada 3 orang, yang masih hidup ada 2 orang, dan yang mempunyai keturunan ada 1 orang yang bernama G.R.Ay.Suryaningrat.
Dibawah ini adalah nama-nama putra-putri Sri Susuhunan P.B.VII, yaitu :
1. G.R.Aj.Maknowiyah, bernama dewasa G.R.Ay.Suryaningrat dilahirkan dari R.Ay.Retnodiluwih.
2. B.R.M.G. Budiman, meninggal diusia muda, dilahirkan dari G.K.R.Pakoe Boewana.
3. G.R.M. Sarjono, meninggal diusia muda, dilahirkan dari R.Ay.Retnodiluwih.
4. G.K.R. Pambayun, tidak menikah, dilahirkan dari G.K.R. Pakoe Boewana.
G.R.Aj. Isbandiyah, meninggal diusia muda, dilahirkan dari G.K.R. Pakoe Boewana.
Sumber referensi :
Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu