Jalan menuju kesembuhan dan kedamaian
(Guruji Gede Prama)
Jika memegang api terbakar, jika memegang air basah. Begitulah hukum di alam ini. Dengan cara yang sama, jika seseorang penuh kritik dan penuh penolakan ia akan mudah terbakar. Bila Anda penuh penerimaan, lebih-lebih penuh rasa syukur, maka di dalam akan sejuk dan damai.
Hukumnya sederhana, namun praktiknya tidak sederhana. Terutama karena pikiran banyak manusia telah dibikin super rumit oleh keinginan dan persaingan berlebihan. Sebelum bahaya datang berkunjung, mari berevolusi dari penolakan menuju penerimaan. Dari persaingan berlebihan menjadi kesendirian yang penuh kedamaian.
Tanpa keberanian berevolusi jenis ini, banyak manusia rawan dikunjungi bahaya di zaman ini. Ingat jiwa-jiwa yang indah, diatara banyak penyembuh yang ada, Anda tetap adalah penyembuh yang terbaik untuk diri Anda.
Sumber referensi/ Penulis : Guruji Gede Prama
Tirtha untuk jiwa-jiwa yang terluka
"Jika setan di luar dijinakkan dengan suguhan, setan di dalam dijinakkan dengan apa?", begitu seorang Ibu yang hidupnya sangat bermasalah pernah bertanya. Dengan tulus dan halus Ibu ini diberi jawaban seperti ini: "Beri setan di dalam suguhan berupa penerimaan diri". Yang layak disyukuri, Ibu yang suami pertamanya wafat, pisah dengan suaminya yang kedua, bahkan pernah mencoba bunuh diri lebih dari sekali, sekarang tidak saja hidupnya selamat, bahkan berhasil menjadi manajer spa di sebuah hotel berbintang 5 di salah satu negeri kaya di Timur Tengah. Setiap kali ibu ini datang ke sesi meditasi, matanya merunduk dalam sebagai ungkapan rasa terimakasih yang sangat dalam.
Undangannya untuk para sahabat, kapan saja di dalam terasa hadir banyak setan (marah, gelisah, pingin pisah), cepat beri setan di dalam suguhan penerimaan diri. Untuk direnungkan lebih dalam, bahkan jiwa-jiwa suci pun memerlukan kesalahan di awal sebagai sarana bertumbuh. Sang Rama memanah kaki Subali ketika masih kecil, Pangeran Siddharta melukai hati ayahandanya karena lari di pagi-pagi buta. Langkah praktisnya kemudian, jangan izinkan rasa bersalah dari masa lalu memperkosa kebahagiaan di saat ini, Sebaliknya, gunakan berkah di saat ini untuk menyembuhkan masa lalu. Awalnya penerimaan diri, akhirnya hidup tumbuh dalam harmoni
(Guruji Gede Prama)