TAUBAT
Taubat Nasuha Menurut Al-Qur’an. Secara bahasa taubat berasal dari bahasa Arab taba-yatubu yang memiliki arti kembali, menyesal, dan jera. Artinya, orang yang bertaubat berarti kembali dari sesuatu yang dicela dalam syariat menuju sesuatu yang dipuji oleh syariat. Taubat nasuha juga bisa diartikan kembali kepada Allah, kembali taat kepada Allah pasca kemaksiatan, dan menyesali segala perbuatan dosa yang telah lalu.
Sedangkan taubat secara terminologi adalah menyesal dengan sepenuh hati atas dosa yang telah lalu, memohon ampunan (istigfar) dengan lisan, menghentikan kemaksiatan dari badan, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa depan. Pengertian taubat nasuha yang sebenarnya adalah kembali kepada Allah dengan konsekuensi menjalankan apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarang (Tafsir al-Munir: 706).
Dalam ajaran tasawuf, taubat menduduki maqam pertama karena ia menghapus dosa yang menjadi penghalang utama antara manusia dan Tuhannya. Oleh sebab itu, sebelum menempuh maqam-maqam lain, seorang salik harus bertaubat dari segala dosa yang telah dia perbuat. Jadi, taubat adalah bagian terpenting dalam perjalanan seseorang menuju Allah swt. Tidak ada ibadah yang benar apabila tidak disertai rasa bersalah, menyesal, dan berharap kepada ampunan-Nya.
Taubat dalam arti taubat nasuha adalah usaha manusia untuk menyesali segala kesalahan yang lalu dan tidak akan mengulangi lagi di waktu yang akan datang. Taubat adalah bagian dari usaha manusia untuk menyucikan jiwa dari sifat-sifat yang tidak terpuji yang diharapkan berimplikasi terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik tingkah laku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, rasul, orang tua, atau sesama manusia dengan lingkungannya.
Kata taubat berasal dari kata taba yang darinya terbentuk antara lain kata taubat, pada mulanya berarti kembali. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan pernyataan menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
DASAR TAUBAT
Banyak sekali ayat ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. yang memuat kewajiban dan anjuran bertaubat, antara lain dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Disamping itu masalah taubat juga disampaikan dalam :
QS. At-Tahrim Ayat 8
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
QS. Al-Baqarah Ayat 222
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.
QS. al-Munāfiqūn ayat 10–11
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿ ١٠﴾
wa-anfiquu min maa razaqnaakum min qabli an ya/tiya ahadakumu almawtu fayaquula rabbi lawlaa akhkhartanii ilaa ajalin qariibin fa-ashshaddaqa wa-akun mina alshshaalihiina
[63:10] Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿ ١١﴾
walan yu-akhkhira allaahu nafsan idzaa jaa-a ajaluhaa waallaahu khabiirun bimaa ta'maluuna
[63:11] Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.
Tafsir Surah al-Munafiqun ayat 10-11 menganjurkan orang-orang mukmin untuk membagi sebagian rezekinya kepada orang lain sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah diberi Allah. Tafsir Surah al-Munafiqun ayat 10-11 ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan kelak Allah akan membalas setiap perbuatan manusia semasa di dunia.
Ayat 10
Pada ayat ini, Allah menganjurkan agar orang-orang mukmin membelanjakan sebagian rezeki yang telah dikaruniakan kepadanya, sebagai tanda syukur atas nikmat-Nya. Hal itu bisa berupa menyantuni anak-anak yatim, orang-orang fakir miskin, dan sebagainya. Hal ini merupakan bekal untuk akhirat untuk dinikmati di hari kemudian.
Janganlah kekayaan itu hanya ditumpuk untuk diwarisi oleh para ahli waris yang belum tentu akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya serta mendatangkan kegembiraan, atau untuk disia-siakan yang akan mengakibatkan kekecewaan. Kekayaan yang ada pada seseorang, bagaimanapun banyaknya, hanya tiga macam yang menjadi miliknya, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda :
عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْرَأُ أََلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. يَقُوْلُ ابْنُ اۤدَمَ مَالِيْ مَالِيْ، قَالَ وَهَلْ لَكَ يَاابْنَ اۤدَمَ مِنْ مَالِكَ اِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ. (رواه مسلم)
Mutharrif bin Syu’bah meriwayatkan dari ayahnya berkata, “Aku mendatangi Nabi saw, sedangkan beliau sedang membaca ayat alhakumut-takatsur.” Lalu Nabi saw bersabda, “(Ada seorang) manusia mengatakan ‘hartaku-hartaku’.” Nabi saw bersabda lagi, “Wahai manusia, kamu tidaklah memiliki harta (yang kamu kumpulkan), melainkan apa yang kamu makan maka telah habis, apa yang kamu pakai maka telah lusuh, dan apa yang kamu sedekahkan maka telah berlalu.” (Riwayat Muslim).
Membelanjakan harta benda untuk kemanfaataan dunia dan akhirat, janganlah ditunda-tunda sampai datang sakaratul maut. Dan jangan berandai-andai kalau-kalau umurnya masih bisa diperpanjang atau kematiannya masih bisa ditunda. Ia harus membelanjakan harta bendanya kepada yang diridai Allah, dan beramal baik sehingga ia dapat digolongkan bersama orang-orang yang saleh sebelum ajal tiba, karena apabila ajal telah sampai pada batasnya, tak dapat lagi diubah, dimajukan, atau ditangguhkan.
Ayat 11
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan menunda kematian seseorang apabila telah sampai ajalnya. Oleh karena itu, bersiap-siaplah untuk menghadapi maut itu. Kumpulkanlah sebanyak-banyaknya bekal berupa amal saleh yang akan dibawa dan yang bermanfaat di akhirat nanti.
Firman Allah :
فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ ٦ فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ ٧ وَاَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ ٨ فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ ۗ ٩ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا هِيَهْۗ ١٠ نَارٌ حَامِيَةٌ ࣖ ١١
Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (al-Qari‘ah/101: 6-11).
Ayat yang kesebelas ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa yang diperbuat hamba-Nya. Semua itu akan dibalas di hari kemudian, sesuai dengan amal perbuatannya. Kalau baik dimasukkan ke dalam surga, dan kalau jahat akan dimasukkan ke dalam neraka.
Surat An-Nisa [4] Ayat 17-18
Taubat Nasuha Menurut Al-Qur’an
Berkenaan dengan taubat nasuha, Allah swt berfirman dalam surah an-Nisa [4] ayat 17-18 yang berbunyi :
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا ١
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا ١٨
“Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Surah an-Nisa [4] ayat 17)
“Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.” (Surah an-Nisa [4] ayat 18)
Menurut Quraish Shihab, secara umum ayat ini berbicara mengenai taubat nasuha dan bagaimana taubat seseorang bisa diterima atau ditolak. Dalam surah an-Nisa [4] ayat 17-18 ini Allah mengingatkan manusia tentang apa makna taubat dan kondisi seorang pentaubat yang bisa diterima taubatnya, yakni orang yang melakukan dosa dalam keadaan kelemahan dalam akal, atau gerak yang menjadikan dia bagaikan tidak tahu.
Pada ayat Nisa [4] Ayat 17-18, Allah swt. seakan berfirman, “hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan, baik dosa kecil maupun dosa besar lantaran kejahilan, yakni didorong oleh ketidaksadaran akan dampak buruk dari kejahatan itu, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, yakni paling lambat sesaat sebelum berpisahnya ruh dari jasad, maka mereka itulah yang kedudukannya cukup tinggi yang diterima Allah taubatnya.”
“Dan Allah swt. sejak dahulu hingga kini Maha Mengetahui siapa yang tulus dalam taubatnya lagi Maha bijaksana, yakni menempatkan segala sesuatu pada tempatnya secara wajar dan proporsional menurut-Nya, sehingga Dia menerima taubat siapa yang wajar diterimanya dan menolak siapa yang pantas ditolak taubatnya.” (Tafsir Al-Misbah [2]: 378).
“Dan tidaklah taubat, yakni pengampunan dosa itu diberikan Allah swt untuk orang-orang yang mengerjakan kejahatan-kejahatan, yakni orang yang durhaka terus menerus silih berganti tanpa penyesalan, hingga apabila datang kepada seseorang di antara mereka itu kematian, yakni sesaat sebelum keluarnya ruh dari jasad yang biasa ditandai dengan bunyi “gher” barulah ia mengatakan: “Sesungguhnya aku bertaubat sekarang.”
“Dan tidak pula ada pemberian pengampunan untuk orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran, yakni mereka yang mati membawa serta bersama kematian itu kekufurannya yang sebelumnya ketika hidup tidak disertai dengan taubat nasuha. Itulah orang-orang yang telah Kami sediakan buat mereka siksa yang pedih.” (Tafsir Al-Misbah [2]: 379)
Menurut sebagian ulama yakni Muhammad al-Bayjuri, imam an-Nawawi, dan imam al-Qusyairi taubat nasuha dari segala dosa adalah kewajiban, baik itu berupa dosa kecil atau besar, baik dosa yang nampak atau yang tidak (seperti penyakit hati berupa riya, ‘ujub, dan lain-lain). Jika dosa dihasilkan dari maksiat yang hanya berkaitan dengan pelaku dan Allah, tidak berhubungan dengan hak manusia, maka taubat harus memenuhi tiga syarat, yaitu sebagai berikut :
Pertama, seseorang yang ingin bertaubat nasuha harus menyesali semua perilaku menyimpang dari syariat yang telah dilakukannya dan memohon ampun atas semua itu.
Kedua, segera meninggalkan perilaku tersebut dan perilaku serupa serta tidak mencoba mendekati perbuatan itu bagaimanapun alasannya. Ketiga, bertekad dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat.
Namun jika perbuatan dosa berkaitan dengan hak manusia lain, maka ada satu syarat tambahan yang wajib dilakukan ketika bertaubat nasuha, yaitu menyelesaikan hak tersebut pada orang yang bersangkutan. Jika ia memakai harta orang lain, maka ia harus mengembalikan barang yang digunakan kepada pemiliknya, atau meminta pembebasan tanggungan pada yang bersangkutan dan sebagainya.
QS. al-Ahzab[33] ayat 73
لِّيُعَذِّبَ اللّٰهُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكٰتِ وَيَتُوْبَ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Terjemahan :
Sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik, laki-laki dan perempuan; dan Allah akan menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Tafsirnya :
Demikianlah kezaliman dan kebodohan manusia, sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan, karena mereka tidak menjalankan amanat; dan bagi mereka yang bertobat, Allah akan menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada semua hamba yang bertobat.
Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa (HR. Ibnu Majah).
Mengapa manusia harus bertaubat? Jawabannya karena perbuatan dosa yang dilakukan seseorang dapat membawa akibat buruk bagi pelakunya.
Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan dosa, antara lain :
1 Menjauhkan dari pertolongan Allah karena Allah Swt. hanya akan menolong hamba-Nya yang taat (lihat QS. Hūd [11] : 44);
2. Membuat hidup tidak berkah atau tidak berdaya guna dan tidak bermanfaat (lihat Al-A’rāf [7] : 96),
3. Membuat rusak lingkungan hidup dan penderitaan (lihat Ar-Rūm [30] : 41), dan.
4. Membuat hati menjadi keras sehingga sulit untuk menerima.
Dosa sebesar apapun dapat dihilangkan dengan cara taubat, sebagaimana firman Allah Swt. berikut :
1. Katakanlah, “Wahai hamba-hambaKu yang melampau batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39] : 53).
2. Allah Maha Pengampun dan sifat Allah yang Maha Pengampun dijelaskan sendiri dalam Al-Qur’an. Allah Swt. mempunyai beberapa nama yang menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun. Nama-nama itu adalah sebagai berikut.
3. Al-Gafūr berarti yang Maha Pengampun, sebagaimana firman-Nya berikut :
- Beberapa derajat daripadaNya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun dan penyayang (QS. An-Nisā’ [4] : 96)
- Al-Afuwwu berarti yang Maha Pemaaf, sebagaimana firman-Nya
- Maka mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun (QS. An-Nisā’ [4] : 99)
- At-Tawwāb berarti yang Maha Menerima Taubat, sebagaimana firman-Nya berikut :
Sungguh Dia Tuhan Penerima taubat, Maha Penyayang (QS. Al-Baqarah [2] : 54)
SYARAT TAUBAT
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang bertaubat agar taubatnya diterima Allah Swt. syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :
1. Taubat yang dilakukan seketika itu juga, yaitu setelah sadar bahwa ia telah berbuat
2. Jika ada hak orang lain yang harus diselesaikan terlebih dahulu, misalnya hutang, maka harus diselesaikan
3. Taubat hendaknya merupakan taubat nasuha, yaitu benar-benar menyesal atas kesalahan yang diperbuat dan bertekad tidak akan mengulangi
4. Mengakui dan menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan magfirah atau ampunan Allah.
5. Mengganti kesalahan dengan kebaikan.
Disamping itu ada beberapa amal ibadah yang apabila dilakukan akan menghapus atau melebur dosa kita, antara lain :
1. Wudhu;
2 Shalat fardu dan shalat jumat;
3. Sujud dalam salat;
4. Puasa ramadan;
5. Salat tarawih;
6. Ibadah haji dan umrah;
7. Tasbih, tahmid, takbir bakda salat;
8. Sabar dalam penderitaan;
9. Menziarahi dan mendoakan orang tua.
JANGANLAH KAMU BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH
Firman Allah Ta’ala :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)
Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar [39] : 53-54).
Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam maksiat, baik dalam dosa kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali pada Allah. Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya. Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak mungkin terhitung). Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa Allah tidaklah mengampuni dosa syirik, itu maksudnya adalah bagi yang tidak mau bertaubat dan dibawa mati. Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka ia pun diampuni.
Dalam ayat lain disebutkan,
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya?” (QS. At-Taubah {9} : 104).
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa’ {4} : 110).
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisa’ {4} : 145-146).
Kepada orang Nashrani yang menyatakan ideologi trinitas, masih Allah seru untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al Maidah {5} : 73).
Kemudian setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah {5} : 74).
Walau mereka -Nashrani- berkata keji dengan mengatakan bahwa Allah adalah bagian dari yang tiga, namun Allah masih memiliki belas kasih dengan menyeru mereka untuk bertaubat jika mereka mau.
Lihatlah orang yang telah membunuh wali Allah, juga diseru untuk bertaubat jika mereka ingin,
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al-Buruj {85} : 10).
Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Lihatlah pada orang-orang yang merasa mewah tersebut, mereka telah membunuh wali-wali Allah dan Allah masih menyeru mereka untuk bertaubat.”
Ayat semisal di atas teramat banyak yang juga menerangkan tentang hal yang sama bahwa setiap dosa bisa diampuni bagi yang mau bertaubat. Lihatlah sampai dosa kekafiran pun bisa Allah ampuni jika kita benar-benar bertaubat, apalagi dosa di bawah itu. Sehingga tidak boleh seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah walau begitu banyak dosanya.
Setelah Allah menyebutkan ayat di atas, lalu Allah mendorong untuk segera bertaubat, jangan ditunda-tunda. Allah Ta’ala berfirman :
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar {39} : 53-54).
Maksud ayat ini adalah kembalilah pada Allah dengan berserah diri pada-Nya sebelum datang siksaan yang membuat mereka tidak mendapat pertolongan, yaitu maksudnya bersegeralah bertaubat dan melakukan amalan shalih sebelum terputusnya nikmat. Demikian uraian Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya.
Di dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allâh berfirman :
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun yang datang darimu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan sepenuh itu pula ampunan.” (HR. At-Tirmidzi no.3540)
Perbanyaklah taubat dan istighfar, itulah yang akan menghilangkan gelapnya hati dan membuat hati semakin bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran. Segeralah taubat dan jangan tunda-tunda, sebab apabila tanda-tanda Kiamat besar telah tampak, yakni matahari sudah terbit dari barat. Kematian sudah di ambang pintu, yakni nyawa sudah berada di tenggorokan, maka taubat tidak lagi diterima.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ
"Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau datangnya siksa Rabb-mu atau kedatangan beberapa ayat Rabb-mu. Pada hari datangnya beberapa ayat Rabb-mu, maka iman seseorang sudah tidak lagi berguna, yang sebelumnya itu tidak pernah beriman atau selama dalam imannya itu dia tidak pernah melakukan kebajikan. Katakanlah: “Tunggullah, sesungguhnya Kami akan menunggu”. (QS. Al-An’am {6} : 158).
Dalam surat yang lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
"Taubat itu bukanlah bagi orang-orang yang berbuat kemaksiyatan, sehingga apabila kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka lalu ia berkata: “Sungguh sekarang ini aku taubat” dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan kafir. Bagi mereka Kami sediakan siksa yang pedih". (QS. An-Nisa`{4} : 18).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan". (HR. At Tirmidzi no. 3537)
HIKMAH DAN KEUTAMAAN TAUBAT
Ketahuilah bahwa tidaklah Allah memerintahkan sesuatu melainkan ada hikmah di balik perintah tersebut, termasuk perintah agar kita bertaubat kepada-Nya. Taubat memiliki hikmah, yaitu:
1. Terhapusnya dosa.
Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang bertaubat (dari dosanya) seakan-akan ia tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, no. 4250).
2. Kejelekan diganti dengan kebaikan.
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. al-Furqan: 70).
HIKMAHNYA TAUBAT
1. Terhapusnya dosa.
Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang bertaubat (dari dosanya) seakan-akan ia tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, no. 4250).
2. Kejelekan diganti dengan kebaikan.
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. al-Furqan: 70).
3. Membawa keberuntungan.
Allah berfirman, artinya, “Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung” (QS. al-Qashash: 67).
4. Jalan menuju Surga.
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun” (QS. Maryam: 60).
5. Pembersihan Hati.
Allah berfirman, artinya, “Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan)” (QS. at-Tahriim: 4).
6. Diberi kenikmatan yang baik.
Allah berfirman, artinya, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan …” (QS. Huud: 3).
7. Mendapat kecintaan Allah.
Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Qs. al-Baqarah: 222).
DOA TAUBAT
Berikut ini adalah beberapa contoh doa taubat :
Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Al-A’rāf [7] : 23)
Doa taubat Nabi Ibrahim :
… dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang (QS. Al-Baqarah [2] : 128)
Doa taubat Nabi Yunus s. ;
… Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang zalim (QS. Al-Anbiyā’ [21] : 87)
Doa taubat untuk diri sendiri, orang tua, dan kaum.
Ya Tuhan kami:Ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat). (QS. Ibrāhim [14] : 41)
Doa taubat untuk diri sendiri, orang tua, mukminin, mukminat :
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan.Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran”. (QS. Nūh [71] : 28)
Selain itu, ada beberapa doa taubat, baik yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun hadis berikut :
S. Al-Baqarah/2 Ayat 286
…Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, Jangan Engaku bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami .Ya Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami,… (QS. Al-Baqarah [2] : 286)
Surah Āli-Imrān Ayat 147.
… Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (QS. Āli-Imrān [3] : 147)
Āli-Imrān/3 Ayat 193.
… Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kami kesalahan-kesalahan kami dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (Q.S. Āli-Imrān [3] : 193)
Bukhari dan Muslim.
Ya Allah! Aku berdosa dengan dosa yang banyak, dan sungguh tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engku. maka ampunilah (dosaku) dengan maghfirah dari sisi-Mu dan berilah rahmat kepadaku, sungguh Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang (HR. Bukhari).
DOA TAUBAT NASUHA DAN TATA CARA
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, seorang Muslim dianjurkan untuk bertaubat dan membaca doa taubat nasuha guna menebus kesalahan yang pernah diperbuat.
Meskipun kesalahan yang pernah diperbuat begitu besar, seorang Muslim dianjurkan untuk berserah diri memohon ampunan kepada Allah yang Maha Pengasih.
Sebelum membaca doa Taubat Nasuha mari kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan Taubat Nasuha. Taubat Nasuha merupakan kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT setelah menyadari melakukan dosa baik yang disengaja maupun karena ketidaktahuannya.
Ia kemudian dengan tulus melaksanakan sholat taubat nasuha dan membaca doa taubat nasuha. Setelahnya hamba tersebut meningkatkan kualitas dirinya semakin baik, bertakwa dan semakin taat kepada Allah SWT.
Agar taubat nasuha Anda diterima oleh Allah SWT, ada tata cara taubat nasuha yang harus dilakukan per langkah. Dimulai dari memenuhi syarat-syarat berikut ini :
1. Harus dilakukan denan ikhlas.
2 Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan.
3. Segera berhenti dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan
4. Bertekad tidak mengulangi dosa yang sama.
5. Membaca doa pengampunan atau doa taubat nasuha yang tercantum di sub bab di bawah ini.
DOA TAUBAT NASUHA
1. Doa taubat nasuha untuk memohon ampun kepada Allah SWT.
Astaghfirullhal ‘azhiima-lladzii l ilha ill huwal hayyul qayym, wa atbu ilaih.
Artinya : “ Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, tidak ada sesembahan yang patut disembah kecuali Dia, yang hidup dan terus-menerus mengurus ciptaan-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya.
2. Lanjutkan dengan doa taubat nasuha berikut ini,
Allhumma innii zhalamtu nafsii zhulman katsiiran, wa l yaghfirudz-dzunba ill anta faghfir lii maghfiratan min ‘indika warhamnii innaka antal ghafrur-rahiim.
Artinya : “ Ya Allah, sungguh aku telah mendzalimi diriku dengan banyak kedzaliman dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan sebuah pengampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3. Lanjutkan baca doa taubat nasuha berikut yang disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam kitab hadits shahih Abu Daud no. 1342.
“Rabbighfirlii wa tub ‘alayya innaka antat-tawwbur-rahiim.
Artinya : “ Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan terimalah taubat dariku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. “
DOA TOBAT ISLAM
1. Doa tobat Nabi Muhammad.
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaahal ‘azhiima-lladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, wa atuubu ilaih.
Artinya: “Aku minta ampun kepada Allah Yang Maha Agung, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Hidup dan terus-menerus mengurus makhlukNya, dan aku bertaubat kepada-Nya”
2. Doa tobat yang diajarkan Nabi Muhammad kepada Abu Bakar.
اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allaahumma innii zholamtu nafsii zhulman katsiiron, wa laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta, faghfir lii maghfirotan min 'indika, warhamnii, innaka antal ghofuurur-rohiim.
Artinya: "Ya Allah, sungguh aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705).
3. Doa tobat Nabi Muhammad menjelang ajalnya.
سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Subhaanaka wa bihamdik. Astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Artinya: "Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Aku mohon ampunan-Mu. Aku bertobat kepada-Mu."
4. Doa tobat Nabi Musa.
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
Robbi innii zholamtu nafsii, fagh-fir lii.
Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku.” (QS. Al-Qashash [28]: 16)
5. Doa tobat sayyidul istighfar.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma anta robbi laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii wa ana abduka wa ana 'abduka wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastatho'tu. A 'udzu bika min syarri maa shona'tu abuu-u laka bini'matika 'alayya wa abuu-u bidzanbii, faghfirlii fainnahuu alaa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
Artinya: "Ya Allah Engkau adalah Tuhanku. Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau. Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hambaMu dan aku di atas ikatan janjimu dan akan menjalankannya dengan semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakuimu atas nikmatmu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku padaMu, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau."
6. Doa memohon ampunan.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَىَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Robbighfir lii wa tub ‘alayya, innaka antat-tawwaabur-rohiim.
Artinya: “Ya Rabbku, ampunilah dosa-dosaku dan terimalah taubat dariku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
TAUBAT NASUHA DAN TATA CARA SHOLAT NASUHA
Sholat taubat merupakan sholat sunnah yang dikerjakan usai menyadari dosa yang telah diperbuat. Tata cara sholat taubat tidak berbeda jauh dengan sholat sunnah lainnya.
Imam Abu Wafa mengatakan dalam buku Panduan Shalat Rasulullah, sholat taubat dilakukan ketika seorang hamba melakukan kesalahan apa saja. Sholat ini dikerjakan dalam dua rakaat.
Dalil pelaksanaan sholat taubat bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia berkata pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Tidaklah seorang hamba yang melakukan dosa, lalu ia bersuci dengan baik lalu ia berdiri untuk sholat dua rakaat, kemudian ia meminta ampunan kepada Allah melainkan Allah akan mengampuninya." (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah).
Setelah Abu Bakar RA menyampaikan hadits tersebut, Rasulullah SAW membacakan ayat :
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ ١٣٥
Artinya: Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya)." (QS Ali 'Imran: 135).
Manusia kerap berubat khilaf sehingga tidak jarang terjerumus pada perbuatan dosa. Untuk mendapat ampunan Allah SWT, umat muslim dapat melakukan sholat taubat dan melakukan taubat nasuha. Di bawah ini adalah niat sholat taubat nasuha lengkap.
Namun sebelum melakukan praktik sholat taubat nasuha, perlu diketahui perihal taubat nasuha terlebih dahulu. Apa sebenarnya taubat nasuha?
Mengutip buku Mengetuk Pintu Taubat oleh Muhammad Syaiful Hidayat dan Yunus Hanis Syam disebutkan bahwa Ibnu Katsir memberi pengertian bahwa taubat nasuha adalah taubat yang jujur dan pasti, menghapus kesalahan yang lalu, membenahi orang yang bertaubat, serta menghilangkan dari dirinya segala perbuatan salah yang telah dilakukan.
Mengenai taubat nasuha ini, Allah SWT berfirman dalam Surat At Tahrim ayat 8:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, 'asā rabbukum ay yukaffira 'angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma'ah, nụruhum yas'ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka 'alā kulli syai`ing Qadir.
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".
TATA CARA TAUBAT NASUHA
Cara taubat nasuha dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Berhenti dari perbuatan yang menyebabkan dosa dan mulai melaksanakan perintah Allah. Dalam urusan sholat dan puasa, maka setelah bertaubat bisa mulai di qadha jika sebelumnya sempat tidak mengerjakan.
2. Melakukan sholat taubat dan berdoa memohon ampunan Allah SWT
3. Menyesali sepenuhnya perbuatan dosa yang telah dilakukan
4. Berjanji untuk tidak mengulanginya kembali dengan sungguh-sungguh
5. Sholat taubat dilakukan sebanyak 2, 4 rakaat dan seterusnya. Sholatnya seperti sholat biasa dan dapat dilakukan kapan saja. Akan tetapi lebih baik dilakukan pada tengah malam setelah sholat Isya.
Bacaan Niat Sholat Taubat Nasuha :
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatat-taubati rak'ataini lillaahi ta'aalaa. Allahu akbar.
Artinya :
Saya niat sholat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Ta'ala. Allahu akbar."
Bacaan Doa Setelah Sholat Taubat Nasuha :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaahal'adziim, alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaiih
Artinya :
Saya mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang tiada Tuhan melainkan hanya Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada Nya."
Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa berikut :
اللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآاِلهَ اِلَّااَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَناَ عَبْدُكَ وَأَناَ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ من شَرِّمَاصَنَعْتَ. اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَي وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana'abduka wa ana'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'uudzubika min syarri maa shana'tu. abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bidzanbi fahghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
Artinya :
Wahai Tuhan, Engkau adalah Tuhanku, tiada yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku dalam ketentuan dan janji-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, karena itulah ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat memberi ampunan melainkan Engkau wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat.
SYARAT MENCAPAI TAUBAT NASUHA
Adapun empat syarat seseorang dalam mencapai taubat nasuha antara lain :
1. Meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan dan berniat tidak akan mengulanginya kembali.
2. Berhenti secara totalitas dalam melakukan dosa yang pernah ia kerjakan.
3 Tidak melakukan perbuatan yang memungkinkan hukumnya dosa atau sepadan dengan dosa yang pernah ia lakukan tersebut.
4. Bersungguh-sungguh untuk menjalankan perintah-Nya setelah ia melakukan sholat taubat.
Berikut tata cara sholat taubat secara berurutan :
1. Mengucapkan niat sholat taubat
2. Takbiratul ihram
3. Membaca doa iftitah
4. Membaca surah Al Fatihah
5. Membaca surah pendek dalam Al-Qur'an
6. Rukuk
7. Iktidal
8. Sujud
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud
11. Bangun dari sujud dan melanjutkan rakaat kedua seperti rakaat pertama
12 Tasyahud akhir
13. Salam
14. Membaca doa sholat taubat
15. Doa Sholat Taubat
Merangkum arsip detikHikmah, berikut bacaan doa sholat taubat :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaahal'adziim, alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaiih
Artinya :
Saya mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang tiada Tuhan melainkan hanya Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada-Nya,"
Kemudian, dianjurkan juga membaca doa setelah sholat taubat yang berbunyi :
اللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآاِلهَ اِلَّااَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَناَ عَبْدُكَ وَأَناَ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ من شَرِّمَاصَنَعْتَ. اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَي وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana'abduka wa ana'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'uudzubika min syarri maa shana'tu. abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bidzanbi fahghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
Artinya :
Wahai Tuhan, Engkau adalah Tuhanku, tiada yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku dalam ketentuan dan janji-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, karena itulah ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat memberi ampunan melainkan Engkau wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat."
WAKTU SHOLAT
Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Kitab Majmu' Fatawa, sholat taubat dilakukan ketika seseorang melakukan kesalahan. Belum menemukan dalil yang menyebut secara spesifik kapan waktu terbaik untuk melaksanakan sholat taubat. Namun, merujuk pada sejumlah hadits, Allah SWT akan turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan mengabulkan permohonan hamba-Nya.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya : Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, 'Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku-kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Ku-berikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku-ampuni." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam Kitab Shahih Muslim turut disebutkan :
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya : Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat yang dilakukan di malam hari." (HR Muslim)
Apabila hendak melaksanakan sholat taubat pada sepertiga malam terakhir, maka bisa dilakukan sekitar pukul 01.00 dini hari hingga menjelang subuh.
TANDA-TANDA TAUBAT YANG DITERIMA ALLAH SWT
Setiap manusia memiliki kesalahan masa lalu, untuk menghapus dosanya dianjurkan untuk bertaubat. Namun hanya yang bersungguh-sungguh taubat yang akan mendapatkan ampunan Allah SWT.
Orang yang bertaubat harus memiliki niat yang kuat untuk memohon ampunan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan maksiat yang menyebabkan dosa. Ketika menguatkan hati untuk bertaubat, sebaiknya sudah benar-benar mengetahui apa yang boleh dikerjakan dan menghindari apa yang dilarang.
Dengan demikian, taubat seseorang dapat disebut taubatan nasuha sehingga ia bisa istiqomah dalam taubatnya. Dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 104, menegaskan bahwa Allah SWT maha menerima taubat.
أَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ وَيَأْخُذُ ٱلصَّدَقَٰتِ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
A lam ya'lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata 'an 'ibādihī wa ya`khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm
Artinya :
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
TANDA TAUBAT DITERIMA
Taubat menjadi cara yang bisa dilakukan ketika seseorang berbuat kesalahan. Taubat bisa dilakukan dengan cara berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulang kesalahan, menjauhi segala larangan dan memohon ampun kepada Allah SWT.
Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuat seseorang lebih berhati-hati dalam bersikap. Selain itu, dengan taubat juga akan lebih meningkatkan ketaqwaan sekaligus merasa takut pada azab Allah SWT.
Ada beberapa tanda bagi orang yang taubatnya diterima Allah SWT. Disebutkan al-Jailani dalam Sirr al-Asrar, ada 4 tanda diterimanya taubat :
1. Terputusnya hubungan dengan para pelaku kejahatan dan terjalinnya hubungan yang erat dengan orang-orang soleh.
2. Terhindari dari segala dosa serta adanya kesungguhan untuk menaati Allah SWT.
3. Senantiasa ingat bahwa kehidupan akhirat lebih baik dan abadi dibanding kehidupan dunia.
4. Mengisi waktu hanya untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Setiap taubat pasti diterima dan setiap kesalahan pasti akan diampuni, sebagaimana janji Allah SWT dalam surat Asy-Syura ayat 25:
وَهُوَ ٱلَّذِى يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ وَيَعْفُوا۟ عَنِ ٱلسَّيِّـَٔاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
Wa huwallażī yaqbalut-taubata 'an 'ibādihī wa ya'fụ 'anis-sayyi`āti wa ya'lamu mā taf'alụn
Artinya :
Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Orang yang telah bertaubat secara sungguh-sungguh pastinya akan berusaha kuat untuk menjauhi setiap larangan Allah SWT. Inilah salah satu cara Allah SWT melindungi orang-orang yang bertaubat.
ANJURAN SEGERA BERTAUBAT SAAT BERBUAT KESALAHAN
Tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki masa lalu dan kesalahan yang meliputinya. Namun ketika menyadari telah berbuat kesalahan, sebaiknya menyegerakan diri untuk bertaubat.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda :
"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah SWT dan mintalah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dan minta ampun kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali."
Taubat harus dilakukan dengan segera, tidak boleh ditunda, baik itu meliputi dosa kecil maupun dosa besar. Dosa yang dilakukan secara terus menerus akan memberikan efek buruk di dunia maupun di akhirat.
Selama masih ada kesempatan hidup dan selama belum kiamat, maka taubat akan diterima Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
"Barangsiapa taubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya."